08. Jatuh Sakit

493 77 3
                                    

Tujuh bulan berlalu, selama itu pula Jennie bekerja serabutan di pasar demi membeli susu dan popok adiknya. Nara tidak mengizinkan Bohyun memberinya uang jajan dan hanya diperbolehkan makan nasi sisa miliknya. Setiap pulang sekolah, Jennie langsung bekerja. Kini dia harus menyiapkan uang untuk masuk SD.

"Adek"

"Tatata" oceh Lisa dan Chaeyong merangkak pelan mendekati sang kakak yang baru saja pulang bekerja.

Jennie mencuci tangannya terlebih dahulu memakai sabun sebelum menggendong adik bayinya. Kebersihan adalah faktor utama Jennie terapkan dalam kehidupan.

"Apa yang kalian lakukan seharian ini" Jennie bertanya seraya mengecup leher pendek mereka.

"Bum bum aakhhjy" oceh Lisa dengan semangatnya sampai air liurnya mengalir di dagu.

"Aigoo" gemas Jennie mengelap air liur sang adik.

"Cucu" ucap Chaeyoung.

"Adek haus? Sebentar Unnie buatin susunya" Jennie beranjak pergi ke dapur. Susu adiknya tinggal setengah.

"Bibi, apa si kembar sudah makan?"

"Sudah non. Baru setengah jam tadi"

"Terimakasih bibi" Jennie selalu berterimakasih kepada maid yang telah membantunya menjaga si kembar selama dia tidak di rumah.

"Ini susunya. Unnie mau ke kamar sebentar ambil buku. Adek jangan nakal ya" peringat Jennie. Bayi-bayi lucu tersebut mengangguk patuh atas ucapan sang kakak.

Tatkala Jennie masuk ke kamar, Bohyun dan Nara turun ke ruang keluarga bersama bayi mereka yang baru berusia dua bulan. Bayinya laki-laki dan sehat. Anak yang mereka berdua dambakan. Chaeng dan Lisa tidak menggubris kehadiran dua orang dewasa itu.

"Kenapa mereka main disini. Mana anak gembel itu" protes Nara tidak suka Jennie ataupun si kembar satu ruangan bersamanya.

"Bibi" bibi Seo selaku kepala maid bergegas datang.

"Bawa mereka jauh-jauh dariku. Aku tidak mau bayiku kena sial gara-gara mereka" Nara berucap kejam padahal bayi-bayi itu tidak berdosa. Bibi Seo dan maid lain sampai geleng-geleng kepala dan mengumpatinya dibelakang.

"Babies ayo kita main ke kamar" Lisa menepis tangan bibi Seo. Dia masih mau main disini.

"Eng no no in" ujarnya mengangkat boneka lusuhnya keatas seolah mengatakan kalau dia sedang bermain.

"KU BILANG BAWA DIA PERGI!" Lisa dan Chaeyoung terperanjat kaget kemudian menangis mendengar nada tinggi Nara.

Jennie yang baru turun dari tangga mempercepat langkah kala mendengar tangisan adik-adiknya.

"Ada apa bibi?"

"Hey, bawa adik gembelmu ini jauh-jauh dariku" Nara menyela.

"Adek, jangan menangis hum. Ada kakak disini" bujuk Jennie lembut mengusap air mata dipipi gembul mereka. Lama-lama tangisan mereka perlahan berhenti.

"Tatak tut hiks"

"Gwenchana" Jennie memeluk mereka kemudian membawanya sedikit menjauh.

"Non belum makan kan, bibi buatkan makanan dulu"

"Tidak usah buang-buang beras. Nanti malam saja makan lagi" interupsi Nara yang mendengar percakapan mereka.

"Tidak apa bi, aku punya roti"

"Tapi ini udah kadaluarsa non"

"Gapapa bi. uangku cuma bisa beli ini" tanpa sengaja bibi Seo meneteskan air mata melihat Jennie memakan roti basi itu.

"Jangan adek" Chaeyoung menggapai-gapai roti ditangan Jennie. Untung rotinya satu lagi masih baru. Jennie mengupasnya sedikit-sedikit kemudian menyuapi mereka.

"Enak?"

"Nak nak" ucap Chaeyoung.

Sesudah belajar, Jennie menidurkan adik-adiknya. Waktunya mereka tidur siang sementara ia harus pergi bekerja lagi. Akan tetapi setelah menuruni anak tangga, Jennie merasakan tubuhnya limbung. Kepalanya mendadak pusing hingga berakhir jatuh pingsan.

Bohyun dan Nara yang baru saja pulang dari rumah sakit terkejut mendapati Jennie terbaring dilantai dingin. Bohyun bergegas lari menghampiri putrinya. Ia membalikkan badan Jennie agar menghadapnya hingga menemukan wajah sang anak pucat pasi.

"Jennie-ya bangun nak. Kamu kenapa" cemasnya merasakan pernapasan Jennie lambat.

"Sudah biarkan saja dia tidur disana entar juga bangun sendiri" ucap Nara menarik tangan Bohyun menaiki anak tangga menuju kamar.

Bibi Seo bergegas lari usai memastikan majikannya pergi kemudian membawa tubuh Jennie ke sofa.

"Non Jennie bangun non" saat dicek ternyata tubuhnya panas.

"Dia demam. Apa kita punya obat penurun panas di rumah" tanya bibi Seo pada maid lain.

"Sepertinya ada. Coba aku cek dulu" mereka membagi tugas. Satu menjaga si kembar, satu lagi mengambil handuk dan air hangat sementara satu lagi mencari obat.

Jennie dibawa ke kamar setelah tadi sempat sadar dan selesai minum obat. Turun dari tangga, bibi Seo melengos melihat majikannya yang bermesraan di ruang tengah.

"Apa yang terjadi dengan Jennie?"

"Non Jennie sakit karena jarang makan" ungkap bibi Seo jujur. Bertujuan membongkar kejahatan istrinya meskipun Bohyun mengetahuinya.

"Apa kalian tidak memasak"

"Bukan kami yang tidak memasak tetapi istri bapak yang melarangnya makan"

"Heh kamu udah berani kurang ajar ya sama saya. Yang gaji kalian disini itu saya bukan si pembunuh itu"

"Kami memang maid disini tetapi kami tidak sekejam anda"











Tbc

After That Day ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang