25. Tiada Maaf Bagimu

481 96 2
                                    

Hal yang paling Jisoo hindari terjadi. Setelah hampir satu tahun meninggalkan Seoul, ia harus kembali menginjakkan kaki di tanah kelahirannya tersebut menemani Suho ke pertemuan bisnis disalah satu gedung pencakar langit Seoul. Yang ia takutkan adalah bertemu Bohyun. Jisoo mencemaskan anak-anaknya.

Yang ia takutkan terjadi, ia bertemu Bohyun dan Nara di depan pintu masuk gedung bergandengan tangan bersama putra mereka. Tampaknya Nara hamil lagi, sama sepertinya. Sementara Bohyun sendiri terpaku pada jalinan tangan Jisoo dan Suho. Mantan istrinya itu tambah cantik saat hamil besar. Dan anak kembar mereka tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik seperti ibunya.

"Eomma" lirih Lisa membuyarkan lamunan Jisoo.

"Tidak apa-apa. Genggam saja tangan Eomma hum" Lisa mengeratkan genggaman tangannya pada Jisoo sementara Chaeyoung menggenggam tangan Suho.

"Appa akan melindungi kalian" timpal Suho berusaha berekspresi normal agar tidak terlalu jelas ia membenci lelaki dihadapannya ini.

"Ayo kita masuk" langkah mereka diekori oleh Bohyun dan Nara dibelakang. Ada secercah penyesalan tertanam didalam bola mata Bohyun. Hendak meminta maaf namun sungkan karena ada Suho.

Sesampai di dalam, Suho memilih meja yang jauh dari keramaian orang. Ia pribadi sejujurnya tidak suka berada ditempat seperti ini namun ia terpaksa. Mereka menikmati pesta yang disuguhkan. Pandangan Bohyun pun tak lepas dari keluarga harmonis Jisoo. Wanita itu tampak bahagia bersama suaminya dan anak-anak. Ada rasa iri melihat anak kandungnya sendiri bisa tertawa lepas bersama pria lain.

"Suho-ya"

"Hai Chen" balas Suho menyapa rekan bisnisnya.

"Istrimu?" tanya Chen melirik Jisoo.

"Ne, sayang kenalin ini Chen teman SMA ku dulu sekaligus rekan bisnisku dan Chen kenalin ini istriku Jisoo dan ini anak-anak kami"

"Kim Jisoo" tutur Jisoo berdiri menjabat tangan Chen.

"Chen"

"Nampaknya mau nambah anggota baru nih" sarkas Chen tatkala melihat perut besar Jisoo.

"Ya, doakan saja semoga anak kami dan ibunya sehat-sehat sampai lahiran" ucap Suho diaminkan oleh mereka.

Chen sebenarnya penasaran sama asal usul Jisoo dan bagaimana mereka bisa bertemu. Setahunya Suho baru menikah satu tahun lalu dan bagaimana anak kembar mereka sudah sebesar itu. Asumsinya Jisoo ini adalah seorang janda. Kesampingkan masalah itu, Chen yakin Suho tidak mungkin memilih perempuan sembarangan menjadi istrinya. Kedua keluarga konglomerat tersebut berkumpul dan saling bercengkrama.

"Kamu ngapain sih ngelihatin mereka terus" dengus Nara menarik perhatian Bohyun kembali pada dirinya.

"Aku nggak terima aja anak-anakku lebih sayang dia daripada aku" Nara memutar matanya jengah. Suaminya ini tidak bisa ditebak. Selama mereka tinggal bersamanya ia malah sering memukuli dan menelantarkan anaknya dan sekarang saat mereka dekat dengan ayah tirinya ia tidak terima.

"Udah biarin aja. Sebentar lagi anak kita juga bakal lahir" katanya mencoba mengalihkan perhatian Bohyun.

Melihat Jisoo meninggalkan meja ke toilet, Bohyun mengikutinya dari belakang secara diam-diam dan memastikan Suho tidak melihatnya. Ia perlu bicara sebentar dengan wanita itu.

"Bisa kita bicara sebentar" Bohyun mencegat langkah Jisoo yang hendak masuk ke toilet membuat tubuhnya seketika membeku. Setelah berpikir panjang, Jisoo menerima ajakan Bohyun menuju taman belakang gedung.

"Apa yang mau kamu katakan?"

"Kenapa kau mau menikah dengan laki-laki itu" tanya Bohyun dibalas senyuman remeh oleh Jisoo.

"Kalau kau bisa menikah lagi kenapa aku tidak. Lagipula itu hakku mau nikah apa enggak. Kita kan udah gak ada hubungan apa-apa lagi" ujar Jisoo panjang lebar.

"Lantas apa hakmu melarang seorang ayah bertemu anaknya. Mengapa suamimu ikut campur"

"Yang buat hubungan kalian jauh itu kan ulahmu. Kamu melecehkan putriku dan membunuh putri sulungku. Jadi wajar jika anak-anak tidak mau bertemu denganmu karena kau psikopat" Jisoo menekan kata disetiap kalimatnya. Bohyun menghembuskan napas berat. Ia akui kesalahannya fatal dan tidak seharusnya ia merecoki urusan Jisoo.

"Baiklah. Aku tidak mau berdebat sama kamu. Mumpung kita ketemu disini aku mau minta maaf atas semua kesalahanku"

"Kau pikir maafmu bisa membalikkan keadaan? Kau pikir penyesalanmu bisa menghidupkan lagi putriku?" Bohyun terdiam. Laki-laki itu menunduk dalam.

"Ada banyak hal yang tidak bisa diselesaikan dengan kata maaf. Aku tau setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua tetapi maaf, aku tidak pernah mau memaafkan mu. Kau telah merenggut nyawa putriku" bagi Jisoo, dalang dibalik kematian Jennie adalah Bohyun meskipun pria itu tidak bersalah. Gara-gara tekanan yang diberikan oleh Bohyun lah Jennie depresi dan memilih bunuh diri.

"Kamu membunuh putriku yang paling berharga. Apa salahnya sama kamu. Bagaimana anak sekecil itu tega kau jadikan tulang punggung keluarga hiks" isak Jisoo memukul-mukul dada bidang Bohyun. Luka kehilangan Jennie dihatinya terus membasah setiap hari. Bayang-bayang senyum Jennie terus melintas dikepala.

"Jika memang sejak dulu orangtuamu membenciku seharusnya kau jujur biar aku bisa mundur. Kenapa harus kau limpahkan pada putriku. Dia tidak bersalah hiks. Gara-gara mu dia kehilangan mahkotanya dan hamil. Penyebabnya bunuh diri adalah kau, pembunuh!" jerit Jisoo dihadapan Bohyun yang kaget mendengar Jennie meninggal dalam keadaan hamil.

"Wae wae wae!" Jisoo terus berteriak seraya memukul-mukul dada Bohyun yang bergeming.

"Sayang" Suho datang menghampiri lantaran khawatir istrinya tak kunjung kembali setengah jam lalu dari toilet.

"Kembalikan putriku bajingan! Kembalikan dia brengsek! Kau merenggutnya dariku" Suho yang tau apa akar permasalahannya pun seketika mencelos. Luka dihati Jisoo ternyata belum juga sembuh.

"Yeoubo, ayo kita kembali. Si kembar mencarimu" ucap Suho untuk menarik perhatian Jisoo. Jisoo melemas dipelukan suaminya. Dirinya masih terguncang akan kepergian Jennie. Berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal, Jisoo menyeka air mata. Sebagai seorang ibu dia harus tetap kuat dihadapan anak-anak.

"Jangan pernah temui si kembar. Mereka membencimu. Hiduplah dengan jalan yang kau pilih. Aku masih berbaik hati tidak melaporkanmu ke polisi atas penganiayaan terhadap anak kecil" ucap Jisoo diakhiri ancaman.

"Ini peringatan bukan sekedar ancaman biasa. Aku tidak akan segan-segan mengotori tanganku untuk kedua kalinya jika kau berani menyentuh anak-anakku" imbuhnya membuat Bohyun meneguk ludah. Suho pun lantas membawa Jisoo menjauh dari Bohyun. Meninggalkan pria itu dengan pikiran yang berkecamuk.














Tbc

After That Day ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang