Jisoo tidak Suho izinkan lagi bekerja di restorannya. Ia mau Jisoo fokus mengurus anak-anak dan rumah. Setiap hari juga ia selalu menjemput dan mengantar si kembar ke sekolah. Suho membuktikan ucapannya kalau dia bisa menjadi anak yang baik buat anak-anak Jisoo. Sementara Bohyun dan Nara setiap hari selalu bertengkar. Bohyun tidak dapat membangun lagi perusahaannya walau telah dibantu oleh sang ayah. Akibatnya sekarang ia bekerja di perusahaan ayahnya sebagai direktur dan Nara tidak terima. Dia mau Bohyun di posisi CEO seperti semula.
"Appa perusahaan Appa kan banyak. Apa salahnya jadikan Bohyun CEO disana alih-alih direktur" protes Nara.
Keluarga Bohyun mengadakan makan malam bersama Bohyun dan Nara dikediaman Ahn. Ada kakak, adik, ipar dan keponakan ayah Bohyun yakni Ahn Jaehyun juga disana.
"Kemarin Appa sudah bantu tapi dia tidak bisa mengelolanya dengan baik. Sudah Appa berikan dia posisi direktur saja sudah untung" kata Ahn Jaehyun.
"Ya makanya kenapa tidak ditempatkan di perusahaan Appa yang lain sebagai CEO. Aku yakin Bohyun bisa menghandlenya lebih baik dari orang kepercayaan Appa" Nara terus mendesak membuat suasana semakin runyam. Ahn Jaehyun tampak menghembuskan napas kasar. Menantunya satu ini sangat kurang ajar berani mengatur-atur dirinya.
"Perusahaan yang waktu itu ku berikan saja ia buat bangkrut, bagaimana nanti. Aku tidak mau mengambil risiko" Jaehyun tetap menolak. Pasalnya dulu perusahaan itu adalah perusahaan miliknya yang Bohyun buat bangkrut.
"Pelit banget sih jadi ayah. Anak sendiri juga. Emang Appa nggak kasihan sama kami. Cucu Appa hanya putraku satu-satunya yang bisa mewarisi perusahaan Ahn. Si pembunuh itu tidak bisa"
"Si pembunuh itu lebih baik daripada dirimu. Kalian juga kan yang membunuh cucu sulungku. Jadi apa bedanya kalian dengannya" Jaehyun membalikkan ucapan Nara. Ia lebih suka Jisoo dibanding Nara. Jisoo tidak banyak menuntut harta gono-gini suaminya, tidak seperti perempuan licik ini. Dari dulu pun ia tidak sudi Nara menjadi menantunya.
"Kok Appa malah bela dia. Anaknya mati itu karena ulahnya. Siapa suruh dia bunuh orang dan dipenjara"
"Dia dipenjara karena nyelamatin suami kamu itu. Kalian pikir aku tidak tau kronologinya. Kalian memaksa cucuku jadi pelacur" Bohyun dan Nara shock. Mengapa ayahnya bisa tau sedetail itu.
"Wajar kami menyuruhnya bekerja. Dia tinggal bersama kami kan menumpang. Appa pikir beli makan dia dan adik-adiknya itu pakai daun" Bohyun memegang tangan Nara dan menggeleng. Menyuruh istrinya itu berhenti memalukan dirinya sendiri.
"Dia makan dari hasil pencariannya. Sejak adiknya bayi hanya dia yang membiayai kebutuhan adiknya. Aku tau semuanya jadi jangan coba-coba membohongiku!"
Brak
Jaehyun menggebrak meja lantaran kesal. Amarahnya menggelegak sampai ke ubun-ubun. Dirinya merasa bersalah kepada Jisoo dan anak-anaknya. Sayangnya ia tidak bisa meminta maaf sebab Jisoo sudah pergi meninggalkan Seoul.
"Sekarang terima saja takdirmu. Ini adalah karma karena kau menceraikan istrimu saat hamil dan kesulitan" pungkas Jaehyun meninggalkan meja makan membawa amarahnya.
"Jangan diambil hati ucapan Appa mu. Mungkin dia lelah makanya kebawa emosi" bujuk sang ibu tetap membela putranya.
"Aku juga salah Eomma" lirih Bohyun menundukkan kepala.
"Kamu tidak salah. Wanita itu dari dulu memang payah. Eomma akan bantu bujuk Appa kamu supaya mau jadiin kamu CEO" sang Eomma selalu membela putranya walau melakukan kesalahan.
Disisi lain, Suho berencana membuka satu lagi cabang restorannya di Seoul. Ia melihat peluang besar jika membangun restoran disana meski tau ada banyak restoran mewah berseliweran dipusat kota tersebut.
"Sayang, aku mau buka cabang baru di Seoul. Menurut kamu kira-kira gimana, apa bakal untung?" Suho bertanya. Jisoo menyimpan kopi yang Suho minta tersebut di meja sebelum menjawab pertanyaan suaminya.
"Aku nggak paham apapun soal bisnis tetapi jika menurutmu bagus, aku akan dukung"
"Soalnya aku sering dapat saran dari pelanggan buat bikin cabang di Seoul. Mereka rela datang jauh-jauh buat makan direstoran kita"
"Jinjayo?" kaget Jisoo ia balas anggukan kepala.
"Kita coba aja kali ya"
"Kamu pikir ini mainan pake dicoba segala. Riset dulu ke lapangan dong" omel Jisoo mendengar ucapan Suho.
"Katanya tadi nggak tau bisnis, terus kok tau harus riset dulu sebelum mendirikan usaha"
"Ya aku tau dikit-dikit karena mantan suamiku dulu juga pengusaha" ucap Jisoo ada benarnya.
Suho menarik pinggang Jisoo. Mendudukkan wanita itu diatas pangkuannya.
"Apa sudah waktunya kita memberi si kembar adik?" tanya Suho tiba-tiba membuat tubuh Jisoo menegang.
"Jangan aneh-aneh deh"
"Kok aneh-aneh. Kita kan udah nikah jadi apa salahnya kalau mau punya anak" kata Suho.
"Aku belum siap aja" Suho menghela napas. Jisoo masih dalam suasana berduka atas kehilangan putri sulungnya.
"Jangan nyalahin diri kamu terus. Jennie gak bakal suka lihat Eommanya disini menderita gara-gara pilihannya. Dia milih bunuh diri buat ngilangin beban kamu"
"Seharusnya dia ngomong dulu sama aku kalau mau pergi. Seharusnya dia cerita. Aku gak bakal marah dan malu menanggung aibnya"
"Jennie udah dititik terendah lelahnya sayang. Mental dan fisiknya udah hancur. Ia berpikir dirinya udah gak layak lagi buat hidup. Aku gak minta kamu buat lupain tapi aku minta tolong ikhlasin kepergiannya. Langkahnya menuju tuhan terhalang oleh air matamu Yeoubo" ujar Suho membuat air mata dimata sendu Jisoo mengalir.
"Aku nggak bisa. Aku gak terima dia pergi gitu aja tanpa pamit. Kalaupun aku harus menderita seumur hidup membawa luka ini tak mengapa. Asalkan sukmanya terikat disini bersamaku. Sekali ini aku cuma mau egois"
Tanpa keduanya sadari sosok bayangan putih tembus pandang memperhatikan dari jauh. Air mata beningnya menetes dan menghilang sebelum sempat jatuh mengenai tanah.
'Eomma, biarkan aku pergi'
"Jisoo-ya. Jennie dan kita udah berpisah alam. Aku tau ini gak mudah tapi aku yakin kamu bisa melewati terowongan gelap ini. Ada aku bersamamu, si kembar dan anak kita di masa depan. Jennie cukup kita kenang dalam hati"
"Aku akan belajar mengikhlaskannya sampai dimana titik lelahku dimulai"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day ✓
FanfictionSetelah hari itu, malam festival yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia berubah menjadi malapetaka dalam sekejap. - BLACKPINK -