Di depan anak-anak, Bohyun memukuli kaki Jennie menggunakan tongkat bisbol, senjata andalannya. Jennie kabur dari bar sementara ia telah menerima uang dari pria yang menyewa Jennie malam ini. Pria itu meminta uangnya kembali tetapi masalahnya uang itu telah habis dia pakai untuk membelanjakan istrinya barang-barang mewah.
"Biar ku patahkan saja sekalian kakimu ini supaya tidak bisa lari lagi" kata Bohyun menginjak kuat kaki Jennie membuat gadis itu menjerit kesakitan.
Lisa datang dari belakang. Mengendap-endap membawa sebuah guci berukuran kecil ditangan.
Brugh
Guci tersebut mengenai tepat kepala belakang Bohyun. Bohyun limbung dan merasakan penglihatannya berkunang-kunang. Menoleh ke belakang melihat siapa pelakunya yang ternyata adalah putri bungsunya.
"Kau!" marah Bohyun menunjuk Lisa. Tangan kanannya memegang kepala. Bohyun berjalan sempoyongan sebelum akhirnya pingsan.
Diarah berlawanan, Chaeyoung datang memukul kepala Nara menggunakan tongkat sapu tatkala dirinya hendak mendekati Lisa. Bergegas Chaelisa bahu-membahu memapah tubuh Jennie ke kamar. Jennie tidak sanggup berjalan. Ia merasakan tulang kakinya remuk.
"Unnie, ayo kita pergi dari rumah ini" tangis Chaeyoung dan Lisa.
"Kita nggak bisa kabur. Appa bisa membunuh kita. Dia punya mata-mata" jawab Jennie menahan sakit yang amat kentara.
Dulu mereka pernah mencoba kabur dari rumah namun belum cukup satu jam, Bohyun menemukan mereka dan menyeretnya kembali ke rumah. Jennie benar-benar putus asa. Rumah ini sekarang seperti neraka baginya. Sejak malam festival itu keluarga mereka tak lagi sama. Ayahnya yang lembut berubah kejam.
"Kaki Unnie masih sakit? Kita ke rumah sakit ya" lirih Lisa.
"Anniya. Unnie tidak punya uang untuk kesana" lirih Jennie.
Tidak ada tempat aman bagi mereka sembunyi. Bahkan tempat yang mereka sebut rumah pun tak mampu memberikan kenyamanan dan keamanan.
"Unnie, aku takut" Chaeyoung dan Lisa memeluk sisi tubuh Jennie erat. Mereka sangat ketakutan. Apalagi saat ditinggal Jennie bekerja. Keduanya sering mendapat pelecehan dari Bohyun.
Chaeyoung dari dulu hendak menceritakannya pada Jennie namun selalu ditahan oleh Lisa. Lisa bilang, beban Jennie sudah terlalu banyak. Mereka tidak mau merepotkan sang kakak dengan masalah mereka.
"Unnie, ahjussi itu sering menyentuh paha Chaeng dan Lisa. Kami sudah lama ingin memberitahu Unnie tapi kami tahan karena kami tidak mau menambah beban Unnie" cerita Chaeyoung dibahunya mengundang air mata Jennie turun tanpa izin.
Jika saja ia tidak melihatnya tadi, mungkin adik kembarnya tidak akan mau cerita. Perasaan gelisah di bar tadi ternyata malapetaka untuk si kembar. Apalagi sebenarnya yang ayahnya itu inginkan. Bohyun telah menjual dirinya dan sekarang mengincar adik-adiknya. Tolong ingatkan lagi dia, kalau mereka adalah darah dagingnya. Bohyun sepatutnya menjaga bukan merusak.
Jennie tidak mengerti apa penyebab sang ayah berubah. Apa sisi lemah lembut dan sosok penyayang yang selama ini ia tunjukkan hanya tipuan palsu. Bohyun bukan seperti ayah yang Jennie kenal. Pria itu iblis yang menjelma menjadi manusia.
"Besok-besok saat Unnie bekerja kalian main dulu di rumah bibi Seo ya. Unnie sudah meminta izin padanya" kata Jennie. Untuk sekarang hanya itu solusi yang ia punya.
"Ne" cicit mereka mengangguk pelan.
Jennie nggak bakal diam kalau adik-adiknya disentuh sekalipun itu oleh ayah kandungnya. Cukup masa depannya yang Bohyun rusak. Perjalanan hidup Chaelisa masih panjang. Adik-adiknya layak mendapatkan kehidupan dan masa kecil yang baik.
"Eomma, berat sekali tanggung jawab yang kau letakkan pada pundakku" batin Jennie meredam sesak yang tak kunjung menghilang.
Empat hari lagi Jisoo resmi dibebaskan. Wanita paruh baya dengan paras cantik bak putri kerajaan itu tidak sabar menanti hari H tiba. Empat hari terasa lebih lama dibandingkan sepuluh tahun yang telah berlalu. Tanpa ia ketahui disana anak-anaknya disiksa habis-habisan oleh Bohyun. Banyak air mata tumpah dan mengering sia-sia. Kamar temaram sempit menjadi saksi bisu tangisan pilu seorang anak.
"Jennie-ya, Chaeyoung, Lisa. Tunggu Eomma ya nak. Sebentar lagi Eomma akan pulang" lirih Jisoo mengusap foto anak-anaknya.
Jennie terbangun ditengah malam. Tenggorokannya terasa kering dan ia butuh air untuk membasahinya. Namun ketika hendak berjalan, ia langsung jatuh. Kakinya lemas seperti tak bertulang. Jennie mencengkram kaki kirinya. Sial. Air mata itu tumpah lagi. Dengan sisa tenaganya, Jennie bangkit kembali. Berjalan dengan kaki pincang ke bawah.
Ia sentuh kakinya. Sepertinya tulang kakinya patah. Tak ayal sebab Bohyun memukulinya membabi buta seperti dirasuki setan. Mata Jennie berpindah pada pisau dapur. Terbesit dipikiran ingin menikam ayahnya diam-diam namun cepat-cepat Jennie halau pikiran jahat itu.
Untuk sekarang Jennie harus bertahan dalam beberapa hari ke depan. Setelah Jisoo pulang, penderitaannya akan segera berakhir.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day ✓
FanficSetelah hari itu, malam festival yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia berubah menjadi malapetaka dalam sekejap. - BLACKPINK -