Jisoo yang asik memandang foto anak-anaknya dikejutkan oleh kedatangan teman satu kamarnya. Foto Jennie, Chaeyoung dan Lisa ia tempelkan di dinding tembok. Mulai dari bayi sampai usia si kembar sekarang.
"Mereka tumbuh sangat cepat"
"Benar. Lihatlah pipinya gembul banget" timpal Minyoung menggemasi pipi Chaeyoung dan Lisa.
"Apa Jennie masih sering mengirimmu surat Ji?" tanya Sohee pasalnya mereka sering mendapati Jisoo membaca surat dari Jennie.
"Setiap hari dia mengirim surat padaku. Menceritakan apa saja yang mereka lalui bersama seharian. Sekarang dia sudah masuk SD. Anak itu semakin pintar menulis dan membaca" ujar Jisoo panjang lebar membanggakan putri sulungnya. Setiap ibu pasti akan melakukan hal sama.
"Kenapa tidak kamu minta dia datang kemari. Kami tau kau terus mengingau menyebut nama mereka setiap malam" ucapan Yejin melunturkan senyuman manis Jisoo. Ia tidak tau selama ini rasa rindunya sampai terbawa ke alam mimpi.
"Mian. Aku pasti mengganggu kalian" mereka kompak menggeleng.
"Anniya. Kami paham perasaanmu karena kami juga seorang ibu. Bedanya anak-anak kami sudah dewasa dan berkeluarga. Kamu beruntung Ji" lirih Minyoung membuat suasana menjadi haru.
"Aku tidak mau Jennie tau kalau ibunya adalah seorang pembunuh. Teman-temannya pasti akan menjauhinya dan aku takut dia membenciku saat mengetahui itu. Selain itu tempat ini dipenuhi oleh banyak penjahat. Mereka bisa terluka" ujar Jisoo mengutarakan kekhawatirannya.
"Jisoo-ya, lambat laun Jennie pasti akan mengetahui semuanya. Aku yakin dia tidak akan pernah membencimu. Aku bisa lihat dia sangat menyayangimu dari cara dia menatapmu. Jangan pikirkan apa yang belum terjadi" nasehat Sohee.
Berkat masukan dari teman-teman satu selnya. Jisoo menelepon bibi Seo untuk mengajak anak-anak ke penjara. Jennie awalnya menolak sekaligus terkejut, ibunya tiba-tiba menyuruh mereka datang sementara luka-luka ditubuhnya belum menghilang.
"Bibi bagaimana ini, lukaku pasti kelihatan" cemas Jennie.
"Non pakai saja hoodie hitam untuk menutupinya. Kalau nyonya Jisoo curiga, biar bibi yang mengurusnya" kata bibi Seo menghalau kekhawatiran Jennie.
"Kenapa aku tidak kepikiran ya tadi. Yaudah bi, aku mau ganti baju dulu" seru Jennie berlari masuk ke dalam kamar. Bibi Seo tersenyum tipis melihatnya.
Hampir satu tahun tidak mengunjungi ibu, Jennie takut bila seandainya Jisoo tau kalau dirinya di rumah selalu mendapatkan kekerasan. Bagaimana jika Jisoo tak sengaja melihat memar ditubuhnya. Jennie gugup. Menarik napas panjang tatkala mereka telah sampai diambang pintu ruangan sel Jisoo bersama petugas. Petugas membuka kunci gembok pintunya sehingga mereka bisa masuk.
"Eomma" ujar Jennie lari memeluk Jisoo yang merentangkan tangan menyambut dirinya.
Si kembar celingak-celinguk mengamati tempat yang masih asing di penglihatannya sementara Jisoo berkaca-kaca melihat mereka secara langsung untuk pertama kali.
"Babies ini Eomma" kata Jennie menarik pelan tangan si kembar menuju Jisoo.
Chaelisa menatap lekat wajah Jisoo. Wajah baru yang bukan asing lagi. Mereka mengenal wajah ini adalah wajah ibunya.
"Mma ma" oceh Lisa membelai pipi Jisoo dari atas sampai bawah.
"Nni, mma?" Chaeyoung bertanya pada sang kakak kalau yang ada dihadapannya sekarang adalah benar ibunya.
"Ne, ini Eomma yang sering Unnie ceritakan pada kalian itu. Ayo peluk Eomma" titahnya. Chaelisa langsung berhambur ke pelukan Jisoo.
Jisoo tidak pernah berekspektasi lebih pada si kembar. Ia sudah pesimis duluan tadi kalau bayi-bayinya akan takut padanya. Sepasang bola mata Jisoo melelehkan cairan bening. Emosi yang telah lama ia pendam akhirnya bisa ia tumpahkan sekarang.
"Eomma merindukan mu nak. Kalian baik-baik saja kan sama Unnie?" kedua bayi kembar itu mengangguk di dada ibunya.
"Anak Eomma sudah sebesar ini saja hum. Lihat pipi ini, sudah lama Eomma ingin menciumnya" gemas Jisoo memuaskan diri mencium pipi gembul si kembar.
"Mma deli xixi" tawa Lisa terbahak-bahak membuat siapapun akan ikut tersenyum.
Minyoung, Sohee dan Yejin tersenyum kecut memperhatikan interaksi ibu dan anak itu. Karena tidak boleh berkunjung lama, petugas datang untuk memperingati tetapi Jisoo memohon-mohon agar ia diberikan waktu lebih lama lagi bersama anak-anak membuat petugas itu iba dan mengizinkannya.
"Berapa kali anak Eomma minum susu hum"
"Uwa" jawab Chaeyoung tetapi ia mengangkat lima jarinya.
"Itu lima, bukan dua" koreksi Jisoo merasa gemas.
Jisoo mendongak melihat Jennie yang tersenyum memperhatikan mereka. Ia baru sadar kalau tubuh putri sulungnya itu sangat kurus.
"Nini kenapa badannya semakin kurus. Apa kamu tidak makan dengan baik hum" Jennie gelagapan dan melirik bibi Seo untuk meminta bantuan.
"Perasaan Eomma aja mungkin. Aku kan memang selalu makan sedikit" alibinya.
"Ini lagi kenapa pake hoodie. Apa gak panas nak?"
"Anniyo. Aku suka memakainya karena nyaman" ucap Jennie sejujurnya tidak pandai berbohong. Semoga saja Jisoo tidak membaca tatapannya.
"Nini lagi gak nutupin sesuatu dari Eomma kan. Eomma tidak suka anak pembohong" mata Jennie berkaca-kaca membuat Jisoo iba. Hati anak satunya itu sangat lembut. Ia tarik tangan si sulung untuk di dekap.
"Eomma hanya tidak suka anak Eomma kurus begini. Kalau Nini sakit siapa yang akan merawat sementara Eomma disini. Jangan tutup-tutupi apapun dari Eomma hum. Kalau ada apa-apa bilang saja ya. Nini tidak harus memendamnya sendirian. Anak Eomma masih sangat kecil untuk itu" tutur Jisoo panjang lebar membuat Jennie menangis.
Ingin bercerita namun tidak ingin ibunya khawatir. Jennie terpaksa membungkam mulut dan menjadikannya rahasia.
"Bisakah aku tinggal bersama Eomma saja" pintanya.
"Tidak bisa sayang. Ini bukan tempat tinggal yang baik untuk kalian"
"Sehari saja?" nego Jennie dan Jisoo menggeleng membuat anak itu cemberut.
Cuph
Jisoo mengecup bibir manyunnya. Ia pun ingin berlama-lama dengan anaknya tetapi keadaan tidak memperbolehkan. Sama seperti Jennie, si kembar pun tak mau melepaskan pelukannya pada Jisoo. Jisoo berusaha mendekap seluruh tubuh anak-anaknya. Mencium satu-satu kepala mereka.
'Kalian harus tetap hidup walau tanpa Eomma nak'
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day ✓
FanfictionSetelah hari itu, malam festival yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia berubah menjadi malapetaka dalam sekejap. - BLACKPINK -