07. Susu Untuk Si Kembar

508 80 5
                                    

"Perempuan lagi kan. Dua lagi tuh. Kamu gak bakal nyesel nikahin aku" ujar Nara dengan nada ejekan.

Bohyun dan Nara ke kamar Jennie saat mengetahui mantan istrinya baru saja melahirkan. Penasaran sama wajah dan jenis kelamin bayinya yang berakhir membuat Bohyun kecewa. Dia menginginkan bayi laki-laki tetapi yang lahir perempuan lagi.

"Majayo. Dia tidak becus menjadi istri" Bohyun membenarkan ucapan istrinya.

Jennie cuma diam memunggungi kedua orang dewasa itu yang mengatai adik bayinya. Ia lega adik-adiknya tidak banyak rewel. Disamping itu seluruh maid juga membantunya merawat si kembar Chaeyoung dan Lisa. Jennie belajar membuat susu, mengganti popok, memandikan bayi, dan menidurkan bayi dari mereka. Bocah perempuan itu tau dia tidak bisa selamanya menyusahkan maid.

"Kalian jangan dengerin ucapan Appa ya. Unnie dan Eomma selalu menyayangi kalian" ucap Jennie berbisik ditelinga adik-adiknya.

Chaeyoung tiba-tiba menangis karena kelaparan. Jennie baru ingat kalau susu adiknya baru saja habis. Mau minta uang buat beli susu ke ayah, Jennie takut bakal diamuk. Namun dia tidak bisa tetap diam membiarkan adik-adiknya kelaparan. Jennie memberanikan diri menemui Bohyun. Pria itu sedang santai di ruang tengah bersama istrinya. Mereka sangat menanti-nanti kelahiran bayi laki-laki yang Nara bangga kan.

"Appa" cicit Jennie memilin resah jari jemarinya dibawah baju.

"Ada apa?" Tanya Bohyun.

"Boleh minta uang buat beli susu adek" pinta Jennie takut-takut.

Bohyun tidak langsung menjawab. melainkan mengamati ekspresi wajah yang Jennie tunjukkan. Jennie kecilnya tidak seperti dulu lagi. Badannya kurus kering. Dulu biasanya selalu lengket dan manja, sekarang menjaga jarak darinya.

"Tidak ada uang. Minta saja sama ibumu sana. Yang punya anak kan dia" usir Nara.

Jennie masih tetap diam ditempatnya berdiri. Kepalanya tertunduk dalam lantaran tak berani menatap mata mereka.

"A-akan ku ganti setelah bekerja nanti" Nara berdecih seraya tersenyum remeh mendengar ocehan bocah lima tahun di depannya ini.

"Bekerja? Itu puluhan tahun lagi. Lagipula siapa yang mau menerima anak pembunuh bekerja ditempatnya"

"Yeoubo" tegur Bohyun.

Nara sering sekali mengucapkan kata tak pantas dihadapan Jennie. Itu akan mempengaruhi mentalnya. Nara melengos. Suaminya masih saja membela anak pembunuh itu. Tatapan Bohyun berpindah pada Jennie. Ia mengeluarkan dompetnya dan memberikan seluruh uang dari isi dompet pada Jennie.

"Nah, beli susu dan popok adikmu" katanya membuat senyuman terukir dibibir Jennie.

"Gomawo Appa" Nara melirik tajam uang ditangan Jennie. Ia lantas berdiri merebut semua uang ditangannya membuat Jennie terperanjat kaget.

"Enak aja semuanya. Kerja sana. Jangan bisanya minta-minta terus sama suami orang"

"Kembalikan uangku ahjumma" ucap Jennie mempertahankan miliknya.

"Uangmu darimana, ini uang suamiku. Pergi sana" usir Nara mendorong tubuh kecil Jennie hingga tersungkur.

Jennie memeluk kaki Nara yang hendak duduk kembali ke sofa. Memohon kepada ibu sambungnya agar dia berbaik hati mengembalikan uang tersebut.

"Ku mohon kembalikan. Itu untuk beli susu adikku"

"Enyahlah sialan!"

Nara menyentak kakinya membuat Jennie tersungkur. Menginjak-injak dada dan perutnya secara brutal. Maid memperhatikan itu diam-diam. Mereka kasihan tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Nara hentikan! Apa yang kau lakukan" bentak Bohyun menarik tubuh istrinya dari sang anak.

"Aku hanya meminta sedikit kenapa harus memukuliku. Dia ayahku bukan milikmu sendiri" lirih Jennie ditengah napasnya yang tersengal-sengal.

Bohyun merasa hatinya dicubit mendengar lirihan putrinya. Ini kali pertama Jennie angkat bicara selama Nara memukulinya.

"Eomma masuk penjara karena melindungi Appa. Kenapa kalian mengatakan ibuku pembunuh. Eomma ku bukan pembunuh" jerit Jennie bercucuran air mata. Bohyun membuang muka. Air mata Jennie ikut membuat dadanya sesak.

"Gwenchana. Aku akan cari uang sendiri untuk membeli susu adikku" Jennie bangkit dari posisinya memegangi dadanya yang masih terasa sakit.

Jennie pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan.

"Paman, apa aku boleh bekerja disini" si pemilik toko langsung menolak saat melihatnya. Bagaimana bisa dia mempekerjakan anak dibawah umur untuk pekerjaan berat.

"Maaf dek, paman tidak bisa. Kamu masih kecil, ini pekerjaan berat"

"Tidak apa-apa paman. Aku perlu uang untuk membeli susu dan popok adikku" kata Jennie membuatnya iba.

"Kalau gitu paman kasih saja susu dan popoknya ya terus pulang" bujuk si pemilik toko. Orang-orang akan menganggapnya kejam karena mempekerjakan anak kecil.

"Tidak paman. Aku kuat kok"

Terenyuh melihat semangat dan kerja keras Jennie, akhirnya paman itu mempekerjakan Jennie di tokonya. Ia menyuruh anak itu menyusun barang yang baru saja masuk ke dalam rak-rak yang telah disediakan.

Selama satu jam bekerja, Jennie diberi upah. Uangnya cukup untuk membeli popok saja sementara susu bayi sekarang sangat mahal. Jennie keluar dari toko si paman dan mencari pekerjaan lain. Kali ini Jennie memasuki restoran.

"Ahjumma boleh aku bekerja disini hanya untuk hari ini"

"Maaf dek, kami tidak mempekerjakan anak kecil"

"Aku butuh uang untuk beli susu adikku ahjumma. Hanya untuk sehari. Aku bisa mencuci piring" ujar Jennie tak menyerah.

Karena iba, mereka terpaksa menerima Jennie karena hanya untuk hari ini sepertinya tidak masalah. Jennie bersungguh-sungguh melakukan pekerjaannya. Hasil cucian piringnya sangat bersih. Anak itu tidak berbohong. Mereka terkejut melihat itu. Tidak cukup sampai satu jam bekerja ia diberi upah.

"Terimakasih ahjumma"

"Sama-sama" ucap si pemilik restoran terenyuh.

Setelah uangnya terkumpul, Jennie membeli dua kotak susu dan pampers kemudian pulang. Setidaknya untuk beberapa hari ke depan susu dan popok si kembar aman.

"Sini biar bibi yang buatkan susu adek. Non makan siang dulu" kata bibi Seo mengambil susu dan popok dari tangan Jennie.

Nara dan Bohyun terkejut melihat Jennie pulang membawa susu dan popok.

"Jangan bilang kau mencuri" ucap Nara.

"Aku bekerja di toko dan restoran" sangkalnya.

Jennie mencuci tangannya terlebih dahulu kemudian mengambil nasi namun dihentikan oleh Nara.

"Makan ini aja daripada buang-buang beras. Kau hanya menumpang disini" tanpa protes Jennie menerima nasi sisanya dan duduk memakannya dilantai dapur karena Nara tidak memperbolehkannya duduk dimeja makan.

"Kamu sudah keterlaluan Nara"

"Wae? Dia memang cuma bisa menyusahkan kan" ujarnya melenggang pergi.

Bohyun hampir saja menangis melihat Jennie.

















Tbc

After That Day ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang