"Sebenarnya aku tidak ingin menceritakannya di dalam buku diary ini tetapi ada satu hal yang ingin ku beritahu pada Eomma. Tentang mengapa aku memilih mengakhiri hidupku. Sejak perusahaannya bangkrut, Appa menjadikanku tulang punggung keluarga. Aku dipaksa melayani pria-pria tua dibar setiap malam. Pernah suatu hari aku kabur, Appa memukuliku tetapi aku tidak menyesal karena dengan begitu aku tau jika selama ini dia sering melecehkan si kembar. Dia belum puas merusakku hingga ingin merusak putrinya yang lain. Gara-garanya aku kehilangan kehormatan yang selama ini ku jaga. Aku tidak perawan lagi Eomma"
Tangan kanan Jisoo sontak mengepal kuat membentuk tinju. Buku-buku tangannya memutih dengan urat-urat yang menonjol keluar. Bohyun benar-benar pria bajingan. Dia tega merusak putri kandungnya sendiri demi uang dan kepuasan.
"Aku dari dulu ingin kabur dari rumah tetapi selalu gagal karena Appa selalu bisa menemukan kami. Aku putus asa. Pikiranku buntu. Disatu sisi aku memegang janjiku pada Eomma untuk tetap menunggu di rumah sedangkan disisi lain aku takut dia melecehkan si kembar saat aku tidak di rumah. Apa yang harus ku lakukan Eomma"
"Lantas kenapa kau bunuh diri saat Eomma sudah kembali"
"Aku takut Eomma. Aku takut. Aku tidak mungkin menyambut Eomma dengan kondisiku seperti ini. Apa yang akan ku katakan pada Eomma. Kalau anakmu ini kehilangan mahkotanya dan mengandung anak yang entah siapa ayahnya. Aku tidak mau bertahan terlalu lama. Lebih baik aku mati bersama anak ini agar dimasa depan ia tidak dicaci maki. Aku ingin memeluk Eomma lagi tetapi bukan dalam kondisi seperti ini. Fisik dan mentalku sudah rusak Eomma. Ada terlalu banyak noda hitam ditubuhku. Aku terlalu banyak berbuat dosa dan mengecewakanmu. Setidaknya setelah aku tiada, ada Eomma yang menggantikan posisiku menjaga si kembar. Aku percaya mereka lebih aman bersama Eomma"
Jisoo sekarang paham alasan kuat mengapa Jennie mengakhiri hidupnya. Ternyata putrinya itu sedang berbadan dua akibat keegoisan sang ayah. Jennie salah jika ia menganggap Jisoo akan malu menanggung aibnya. Ia akan merawat Jennie dan membantunya membesarkan anak itu. Tetapi Jisoo dapat mengerti. Tidak mudah bagi Jennie untuk bertahan hingga titik ini. Demi apapun, Jisoo rela membunuh ribuan orang untuk membalaskan sakit hatinya.
"Jennie-ya Eomma mianhae hiks hiks" Jisoo tak sanggup menahan air matanya lagi. Ia menangis di kesunyian malam. Jennie pergi usai menjalankan seluruh tugasnya.
"Maafin aku Eomma. Kedepannya mungkin aku akan membuat pipi Eomma terus membasah. Jangan terlalu sering menangisi kepergianku ya. Anak Eomma disana sudah tenang bersama tuhan. Jika seandainya aku bereinkarnasi aku ingin menjadi anak Eomma lagi. Boleh kan, Eomma?" Jisoo menggeleng kuat.
"Tidak. Kamu tidak boleh lahir lagi dari rahim Eomma. Kamu berhak mendapatkan kehidupan layak" isaknya.
Tanpa sepengetahuan Jisoo, si kembar mengintip dari balik tembok kamar. Memperhatikan ibunya menangis sambil membaca buku diary Jennie. Mereka penasaran apa isi bukunya sampai membuat Jisoo menangis terisak-isak seperti itu.
"Eomma" Jisoo otomatis menghapus air matanya kala mendengar suara lembut salah satu putrinya.
"Kenapa bangun. Apa Eomma membangunkan kalian hum?"
"Kami tidak bisa tidur kalau tidak dipeluk" cicit Chaeyoung memainkan ujung bajunya.
"Aigoo, jadi begitu ya. Ayo Eomma temani. Sebentar, Eomma habiskan dulu kopinya" Jisoo meneguk habis kopi yang telah dingin itu kemudian menggandeng tangan anak-anak ke kamar.
Berbaring diatas kasur yang tidak terlalu besar ditengah-tengah si kembar sehingga Chaeyoung dan Lisa bisa memeluknya.
"Dulu kami memeluk Unnie, sekarang kami memeluk Eomma" gumam Lisa diketiak Jisoo. Jisoo tersenyum getir. Sekarang tinggal mereka berdua sumber kekuatannya. Jisoo berjanji akan membahagiakan Chaeyoung dan Lisa dan tidak akan membuat kesalahan yang sama.
"Aku akan sukses Bohyun. Akan ku balas semua perbuatanmu. Tunggu saja" batin Jisoo. Balas dendam terbaik adalah menjadikan diri lebih baik.
Esok paginya, Jisoo bangun agak telat. Ia tidak sempat membuat sarapan dan alhasil memilih membelinya di warung terdekat.
"Apa kalian orang baru disini" sapa ahjumma yang tengah mengantri membeli nasi goreng.
"Ne ahjumma. Baru saja sampai kemarin dari Seoul" pandangan ahjumma itu berpindah pada Chaelisa yang memegang ujung hoodie sang ibu.
"Eoh anakmu kembar. Cantik sekali" pujinya mencubit gemas pipi gembul Chaeyoung dan Lisa.
"Iya" ujar Jisoo tersenyum.
"Eomma~"
"Aigoo mian. Ahjumma bukan orang jahat" ucap wanita itu gelagapan. Chaelisa menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Jisoo karena ketakutan.
"Anak saya jarang keluar rumah jadi dia masih takut bertemu orang" jawab Jisoo sekenanya.
"Owh begitu. Siapa namanya?"
"Kim Chaeyoung dan Kim Lisa"
"Bahkan namanya pun sangat cantik. Aku pulang dulu" ahjumma itu pamit pulang setelah mendapatkan pesanannya.
"Eomma takut"
"Gwenchana. Ada Eomma disini" ujar Jisoo menenangkan anak-anaknya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day ✓
FanfictionSetelah hari itu, malam festival yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia berubah menjadi malapetaka dalam sekejap. - BLACKPINK -