Meski sibuk bekerja dan sering meninggalkan si kembar di rumah, Jennie tidak melupakan tugasnya sebagai kakak. Dia selalu menyempatkan waktu memperhatikan mereka belajar dan bermain.
"Unnie, Eomma kapan pulangnya?" tanya Lisa menyendu.
"Satu bulan lagi Eomma pulang. Kalian tidak sabar ya?"
"Kalau Eomma pulang kita bisa pergi dari tempat terkutuk ini. Ahjussi dan ahjumma itu selalu memukuli Unnie. Mereka orang jahat"
"Ssuut. Tidak boleh berbicara seperti itu, mereka orangtua kita" tegur Jennie atas ucapan Chaeyoung barusan.
Chaelisa memeluk Jennie. Melingkupi tubuh kurus sang kakak membuat sang empu tertegun.
"Ayo kita pergi dari sini Unnie"
"Nanti ya setelah Eomma pulang. Kalau kita pergi sekarang ntar Eomma kesulitan mencari kita" bujuk Jennie lembut.
Dulu Jennie masih kecil dan tidak tau apa-apa. Apa yang telah terjadi pada orangtuanya, Mengapa Jisoo dibawa ke kantor polisi dan tidak pernah pulang. Jennie baru mengetahui semuanya sekarang. Ibunya membunuh seseorang demi menyelamatkan nyawa sang ayah. Tak ayal mengapa Nara selalu menyebut dirinya sebagai anak pembunuh.
Hal itu pun telah ia ceritakan pada Chaelisa. Chaelisa berhak tau apa yang telah terjadi pada ibu dan ayahnya supaya si kembar tidak membenci Jisoo. Jennie hanya mau penderitaannya ini segera berakhir.
Bohyun tidak tau diri telah membuang Jisoo yang sudah berjasa dalam menyelamatkan nyawanya. Tanpa Jisoo, mungkin pria itu tak dapat berdiri tegak lagi dibumi. Dengan angkuhnya membusungkan dada dan menyombongkan diri. Tanpa dirinya mereka bisa tetap hidup. Jennie telah membuktikannya selama sepuluh tahun ini. Ia berhasil membesarkan Chaelisa.
"Eomma cepatlah pulang dan gantikan posisiku" lirih Jennie menatap luar jendela yang menyuguhkan pemandangan jalan raya.
"Sayang, anakmu itu ternyata berguna juga ya" ucap Nara terengah-engah. Menikmati permainan ranjang sang suami.
"Sudah ku bilang. Dia berguna bagi kita"
"Apa kita bunuh saja dia terus jual organnya. Kan lumayan uangnya buat kita pergi ninggalin negara ini" usul Nara dengan ide gilanya membuat Bohyun menghentikan kegiatannya.
"Kamu gila! Kalau kita bunuh dan ambil organnya kita bisa dicari polisi ke seluruh penjuru dunia" kata Bohyun menolak ide gila istrinya.
"Terus anakmu yang dua lagi tidak kau gunakan. Mereka bagus tuh buat dijual kayak kakaknya"
"Mereka masih sangat kecil. Aku sudah pernah membicarakannya pada temanku tetapi dia menolak. Minimal umurnya harus lima belas tahun seperti Jennie" Bohyun merebahkan tubuhnya ke samping. Dada bidangnya berkeringat memberikan kesan seksi.
"Lima tahun lagi masih lama" dengus Nara menghadap samping kemudian memeluk dada telanjang suaminya.
"Yeoubo, boleh aku bertanya?"
"Hmm" dehem Bohyun dengan mata tertutup.
"Aku udah lama banget penasaran dan ingin menanyakan ini padamu, sebenarnya dulu kenapa kamu mau menikahi Jisoo. Ibumu bilang dia hanya wanita miskin"
Mata Bohyun kembali terbuka. Ia menikahi Jisoo tanpa dasar paksaan. Mereka saling mencintai. Dulu Bohyun adalah anak yang culun. Ia sering mendapat perundungan dari anak-anak lain hingga Jisoo datang menolongnya seperti seorang pahlawan. Mereka satu SMA. Jisoo bersekolah menggunakan beasiswa. Waktu itu Jisoo masih berpacaran dengan Haein tetapi beda sekolah sehingga mereka tidak pernah bertemu. Jisoo memutuskan hubungannya dengan Haein karena mendapati lelaki itu selingkuh.
Bohyun menghampiri Jisoo yang menangis sendirian di taman sekolah. Lelaki culun nan kaku itu berusaha menghiburnya. Singkat cerita, karena sering bersama timbullah benih-benih cinta dihati keduanya. Bohyun menyatakan perasaanya duluan dan berjanji akan menikahi Jisoo usai lulus dari Universitas di Amerika Serikat. Jisoo setia menunggu janji Bohyun. Empat tahun tamat kuliah, Bohyun bicara pada kedua orangtuanya kalau dia mencintai seorang gadis dan ingin menikahinya.
Ayah dan ibunya sempat menentang sebab calon menantunya itu berasal dari keluarga miskin. Empat bulan berumah tangga, Jisoo hamil. Mereka tidak pernah menduga akan diberi buah hati secepat itu oleh tuhan. Hingga rumah tangga yang dulunya harmonis itu terpaksa kandas akibat kejadian di malam festival.
"Sayang, kok malah melamun sih" Nara menggoyangkan lengan berotot Bohyun. Menarik kesadarannya ke alam nyata.
"Aku mau keluar dulu" ucapnya turun dari kasur memakai kembali pakaiannya dan menyeka sebentar buliran bening di ujung mata.
Sampai di ruang tengah, ia mendapati anak-anaknya berkumpul disana. Putranya terasing sendiri. Jennie yang melihat eksistensi sang ayah lantas menarik cepat tangan si kembar menjauh. Bohyun menghela napas berat. Semuanya berantakan.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day ✓
FanfictionSetelah hari itu, malam festival yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia berubah menjadi malapetaka dalam sekejap. - BLACKPINK -