Seperti rencananya, Jisoo membawa anak-anak tinggal di Jeju. Didesa kecil yang jauh dari perkotaan. Berkat uang yang ditinggalkan Jennie, mereka dapat menyewa satu apartemen kecil. Setelah memastikan waktu sang ibu senggang usai membereskan rumah, Lisa datang memberikan buku diary milik Jennie.
"Eomma"
"Ya nak, apa ini" tanya Jisoo mengambil buku itu.
"Buku diary Unnie. Unnie menyuruhku untuk memberikannya pada Eomma" kata Lisa.
Jisoo membaca diary Jennie di meja makan dengan cahaya minim ditemani secangkir kopi. Malam ini akan dia habiskan dengan membaca isi hati Jennie. Isi hati yang selama ini tersembunyi dan ia simpan darinya.
"Eomma" baru kata pertama Jisoo sontak menutup mulutnya. Buliran-buliran bening menyusul jatuh dari kelopak mata. Jisoo rindu mendengar suara lembut Jennie memanggil dirinya.
"Eomma, aku tidak tau mau memulainya dari mana. Saat itu aku masih kecil untuk memahami situasi disekitar. Di malam festival itu aku tidak tau mengapa Appa ditusuk oleh ahjussi asing dan Eomma dibawa oleh polisi. Eomma hanya bilang semuanya baik-baik saja dan berjanji akan pulang, tetapi setelah dua hari berlalu Eomma tak kunjung datang. Aku terus bertanya-tanya dimana Eomma berada namun tidak ada yang mau menjawab. Mereka memberiku alasan yang sama bahwa Eomma akan secepatnya pulang"
Kedua pipi Jisoo sekarang telah basah dibanjiri air mata. Benar dugaannya. Putri sulungnya kesepian.
"Tak lama Eomma pergi, Appa menikah dengan perempuan lain. Dia memang cantik, namun tak secantik Eomma. Aku memanggilnya Nara ahjumma. Nara ahjumma tidak menyukaiku dari awal. Dia tidak mau aku tinggal bersama mereka. Entahlah, sepertinya aku tidak membuat kesalahan besar hingga ia membenciku sedemikian dalam. Dan aku tidak mengerti bagaimana Appa yang dulunya lembut dan penyayang menjadi sosok yang kasar dan tempramental. Appa dan Nara ahjumma sering memukuliku menggunakan tongkat bisbol dan menginjak-injak dadaku seolah aku adalah kotoran yang sangat hina"
Jisoo semakin kuat membekap mulutnya supaya tangisannya tidak membangunkan si kembar. Lewat tulisan tangan Jennie saja, Jisoo dapat merasakan sakit yang putrinya rasakan. Ia menyesal tidak ada disana saat putrinya terluka.
"Aku merindukan Eomma setiap hari. Setelah menemui Eomma bersama halmeoni kemarin aku percaya Eomma akan pulang oleh sebab itulah aku tidak bosan menunggumu dari balkon kamar. Tetapi Eomma melarangku agar tidak datang lagi. Aku sedih. Pikirku Eomma juga membenciku seperti Appa"
Jisoo menggeleng lemah. Seharusnya ia tidak melarang Jennie datang. Seharusnya ia tidak melakukan itu. Seharusnya ia membiarkan Jennie berkunjung setiap hari.
"Beberapa bulan berlalu aku terkejut saat bibi Seo bilang Eomma ingin bertemu denganku. Aku sangat senang. Akhirnya Eomma tidak menolakku. Sesampainya disana aku lebih terkejut saat Eomma mengenalkan dua bayi mungil yang sangat menggemaskan sebagai adikku. Aku tidak pernah menduga akan mendapatkan dua adik sekaligus. Lagi dan lagi Eomma melarangku datang dan memintaku menjaga si kembar. Eomma bilang aku yang tertua jadi aku harus kuat dan tangguh"
"Eomma menyesalinya sekarang nak" lirih Jisoo.
Ada beberapa halaman lagi tersisa namun dirinya sudah tak sanggup membacanya. Ini terlalu sakit. Kepingan hatinya berserakan dimana-mana. Jisoo tidak dapat lagi merangkainya menjadi utuh seperti semula. Bak kaca pecah yang meskipun telah direkatkan dengan lem retakannya masih ada.
"Hari itu susu si kembar habis. Aku tidak punya cara lain selain meminta uang pada Appa. Awalnya Appa kelihatan ragu namun akhirnya ia memberikan seluruh uang didompetnya padaku tetapi Nara ahjumma merebut semuanya. Aku memohon-mohon dikakinya agar dikembalikan. Dia marah dan menyuruhku bekerja jika mau mendapatkan uang dan menginjak-injak dadaku membabi buta seolah dirasuki setan. Aku akhirnya sadar kalau aku tidak bisa selamanya bergantung pada mereka. Aku keluar mencari kerja di toko dan restoran sebagai pegawai harian. Dari upah itu aku bisa membelikan si kembar susu dan popok"
Jisoo menjeda bacaannya untuk mengambil napas sejenak. Rongga dadanya terasa tambah berat seolah ada sesuatu yang menghimpit diatasnya.
"Aku terpaksa berhenti sekolah padahal cuma tinggal mengikuti ujian akhir supaya aku bisa lulus dari SMP. Tak cukup sampai disana mereka memperlakukanku seperti binatang. Mereka memaksaku menjual ginjal demi pengobatan si kembar di rumah sakit dan sisanya mereka gunakan untuk berfoya-foya. Aku heran mengapa Appa tega memperlakukanku seperti itu demi wanita asing yang baru dia kenal. Aku merasa tidak mengenal dirinya lagi. Ia terlalu mencintai perempuan iblis itu hingga sanggup melukai anaknya. Eomma mianhae, sudah lama aku tidak mengirimimu surat. Maaf terlalu banyak membohongimu dengan cerita-cerita palsu karanganku. Aku berhenti karena tidak bisa terus-terusan membohongi hatiku dan aku tidak ingin Eomma tau kalau aku disini menderita"
"Hiks" Jisoo menahan isakan yang sempat lolos dari bibir. Membiarkan luka terus melebar dan membasah.
"Jennie-ya mianhae. Eomma pasti terlalu banyak membebanimu"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day ✓
FanfictionSetelah hari itu, malam festival yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia berubah menjadi malapetaka dalam sekejap. - BLACKPINK -