26. Trauma Mendalam

443 95 2
                                    

Seperti ucapan Suho, si kembar gelisah menunggu orangtuanya dimeja. Namun begitu melihat ia dan Suho, senyuman Chaeyoung dan Lisa merekah.

"Eomma darimana. Kami takut" ujar Lisa langsung memeluk tubuh Jisoo disisi kanan disusul oleh Chaeyoung disebelah kiri.

"Mian. Eomma tadi sambil cari-cari angin dulu diluar" bohong Jisoo.

"Eomma baik-baik saja kan, ada yang sakit? Apa perut Eomma kram lagi?" Chaeyoung bertanya bertubi-tubi membuat Jisoo terkekeh kecil. Si kembar sangat protektif sekali terhadapnya.

"Eomma baik. cuma adeknya nih grasak-grusuk mulu didalam" kata Jisoo merasakan bayinya aktif sekali diperut.

"Adek jangan nakal. Ini sudah malam waktunya bobo" bisik Lisa dipermukaan perut sang ibu.

"Eommanya belum tidur mana mau dia tidur" kata Jisoo menunduk memperhatikan si kembar dibawah perutnya.

"Iya ya" sahut Chaeyoung.

Jisoo hanya bisa tersenyum tipis memerhatikan aksi si kembar dan bayinya. Ia berharap setelah ini tidak lagi kehilangan salah satu diantara mereka. Cukup Jennie, putri sulungnya yang pergi. Dan dengan tidak tau dirinya Bohyun meminta maaf seolah kesalahan yang ia lakukan kecil. Bohyun telah menghilangkan nyawa putrinya. ibu manapun tidak akan rela dan mau memaafkan pelaku yang telah menyebabkan dirinya berpisah dengan sang anak.

"Apa acaranya masih lama Eomma, Lili mengantuk" Lisa mengucek matanya. Anak-anak itu sudah Jisoo biasakan tidur cepat. Ini memang sudah jam tidur mereka.

"Hu'um Chaeng juga"

"Kita bisa pulang sekarang. Ayo" kata Suho menggandeng tangan Lisa sementara Chaeyoung menggenggam tangan Jisoo.

Saat melewati meja Bohyun, Jisoo tidak sedikitpun menoleh. Bohyun bisa lihat Jisoo sangat membencinya. Jauh dari lubuk hatinya ia merindukan saat-saat mereka masih bersama. Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada yang bisa diperbaiki lagi. Masing-masing mereka kini telah memiliki jalan sendiri. Bohyun ikhlas dan ikut senang Jisoo menemukan pengganti yang lebih baik darinya.

Sesampai di mansion, Chaelisa tidak langsung masuk ke kamar. Ada hal yang ingin mereka katakan namun ragu untuk menyampaikannya.

"Ada apa nak. Kenapa tidak masuk ke kamar?" Jisoo bertanya duluan. Anak-anak kadang masih canggung kepadanya dan Suho.

"Boleh malam ini Eomma tidur bersama kita?" cicit Lisa menundukkan kepala sembari memilin jemarinya diujung baju.

"Iya, untuk malam ini saja" sambung Chaeng sama menunduknya. Hati kecil Jisoo tercubit. Apa sedalam itu luka Bohyun goreskan dihati mereka sampai anak-anaknya trauma mengutarakan perusahaanya.

Walaupun Jisoo dan Suho telah mendekatkan diri dan mencoba berbagai macam cara supaya mereka dekat, nyatanya Chaelisa belum bisa membuka hati sepenuhnya. Terkadang tubuh mereka bergetar ketakutan tatkala mendengar bentakan meskipun itu bukan ditujukan kepada mereka. Hati Jisoo hancur sehancur-hancurnya. Pria biadab itu telah merubah putrinya yang ceria menjadi pendiam.

"Tentu saja boleh. Appa tidak keberatan kan?" Jisoo bertanya kepada Suho. Pria itu terkekeh geli.

"Ya enggak lah. Sekarang masuklah ke kamar hum" kata Suho mengusap rambut anak-anak dan mengecup kening Jisoo.

"Kami mau buat uyyu dulu. Eomma duluan saja" titah Chaeyoung.

"Eomma akan menemani kalian" kata Jisoo menggandeng tangan anak-anak menuju dapur sekaligus membuatkan mereka susu. Chaeyoung dan Lisa tidak bisa tidur sebelum minum susu. Gadis-gadis Kim nya masih bayi dan Jisoo menyukainya.

"Ayo habiskan setelah itu kita tidur" si kembar mengangguk dan menghabiskan susunya. Bersama Jisoo naik ke atas menuju kamar.

Usai mencuci muka dan gosok gigi, Jisoo menyusul anak-anak yang sudah duluan berbaring di kasur. Menyisakan bagian tengah untuk dirinya.

"Eomma tidak bisa berbaring terlentang terlalu lama jadi nanti Eomma akan balik-balik menghadap kalian" interupsi Jisoo agar tidak ada rasa cemburu diantara mereka. Jisoo tidak mau Chaelisa menganggapnya membeda-bedakan kasih sayang.

"Kami tau. Eomma tidak perlu khawatir" cicit Chaeyoung terkekeh kecil.

Kali ini giliran Chaeyoung dulu. Gadis tupai itu membenamkan wajahnya di dada sang Eomma sementara Lisa memeluk Jisoo dari belakang.

"Eomma" panggil Chaeyoung pelan.

"Hum" jawab Jisoo mengusap rambutnya dan sesekali mengecup kening Chaeyoung.

"Kalau adek lahir nanti apa Appa akan tetap menyayangi kami?" Pertanyaan tak terduga dari Chaeyoung tersebut membuat Jisoo tertegun.

"Kalian masih meragukan Appa hum?"

"Bukan meragukan tetapi kami belum bisa mempercayainya semudah itu. Kami takut, saat kami mulai menyayanginya dia berubah seperti apa yang telah dilakukan ahjussi kepada Unnie" ujar Chaeyoung panjang lebar.

"Majayo. Dia monster. Dia membuat Unnie kami menderita. Kalau saja dulu tubuh kita besar, aku akan memukulnya tetapi Unnie selalu melarang dan melindungi kita" timpal Lisa membuat hati Jisoo pedih seperti diiris iris menggunakan pisau tajam.

"Unnie, dia menipu kita malam itu. Aku membencinya" sahut Chaeyoung lirih hingga ia tidak sanggup menahan air mata.

"Dia mengorbankan hidupnya" suara serak Lisa menambahkan. Menandakan bahwa ia sedang menangis.

Apa yang harus Jisoo lakukan. Tembok besar yang ia bangun kokoh selama ini dihancurkan semudah itu oleh air mata anak-anak. Bagaimana dia bisa kuat jika sumber kekuatannya sendiri lemah seperti ini.

"Sayang, Eomma mengerti bagaimana perasaan kalian sekarang. Eomma tidak meminta kalian melupakan Unnie tetapi mari sama-sama kita belajar mengikhlaskannya. Kalau kalian rapuh begini, bagaimana Eomma? Eomma masih bisa berdiri dibumi ini karena kalian. Jadi kuatlah eoh. Anak Eomma harus kuat" ucap Jisoo yang kini sama-sama menangis.

"Hiks Unnie" isak Lisa menutup mulutnya agar tangisannya tidak semakin keras. Jisoo pun lantas berganti posisi memeluk si bungsu yang sebentar lagi menjadi kakak itu.

Tidak ada yang berbicara sampai tangisan ketiganya sama-sama berhenti dan tenang.

"Eomma jangan tinggalin kami juga ya" kata Chaeyoung pada akhirnya.

"Eomma tetap bersama kalian sampai kapanpun itu" ucap Jisoo menekan kata demi kata disetiap kalimatnya.

Karena kelelahan sehabis menangis, Chaeyoung dan Lisa pun tertidur pulas. Hanya Jisoo yang masih melamun memikirkan ucapan anak-anak tadi. Dan beberapa menit kemudian setelahnya ia menyusul Chaeyoung dan Lisa ke alam mimpi.













Tbc

After That Day ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang