46

3K 73 1
                                    

Aku menanti pesan dari Bang Rojak malam itu tapi tidak ada pesan yang masuk. Padahal lubangku sudah bergetar membayangkan beberapa kontol tukang ojek bergantian memasuki lubangku. Aduh pasti enak sekali bisa merasakan hangatnya pejuh mewarnai wajahku.

Tapi ternyata sampai keesokan harinya Bang Rojak tidak menghubungiku. Waktu aku menggunakan aplikasi Get Contact, nomor Bang Rojak ternyata berbeda nama. Mungkin dia salah kasih nomor. Atau mungkin dia memang tidak mau berhubungan denganku lagi. Aku sih tak masalah. Masih banyak kontol lain meskipun harus kuakui aku tak keberatan mencicipi kontol Bang Rojak lagi.

Hari itu aku dapat tugas yang lumayan berat di kampus. Tugasnya tugas kelompok dan harus dikumpulkan besok. Aku yang terbayang-bayang kontol Bang Rojak tidak bisa konsentrasi tapi terpaksa harus ikut ke rumah temanku, Deni, untuk mengerjakan tugas.

Begitu sampai di rumah Deni mataku langsung terpaku ke foto bapaknya yang perkasa di rumah tamu. Bapak Deni sepertinya seorang aparat dengan pangkat yang tinggi. Meskipun usianya sudah masuk kepala lima (sepertinya, perkiraanku), dia sangat seksi. Perutnya agak buncit kalau di foto tapi kumis dan senyumnya membangkitkan sesuatu padaku.

"Galak banget dia," kata Deni sambil mengglengkan kepala ketika aku melihat fotonya.

"Masa?" tanya Bimo, temanku yang juga ikutan mengerjakan tugas.

"Pernah gue digaplokin gara-gara gue pulang malem. Bangsat emang sianjing. Kayak dia nggak pernah muda aja," kata Deni sambil menyalakan rokok.

Kami mengerjakan tugas selama tiga jam lebih karena Deni dan Bimo tak henti-hentinya membuka instagram demi melihat cewek. Aku sebenarnya kesal tapi aku mengerti namanya jiwa muda. Apalagi setelah aku melihat foto bapak deni yang membuatku ngaceng setengah mati.

Di tengah-tengah tugas kami mendengar pintu dibuka dan muncullah bapak deni yang sepertinya habis dari kerja. Kami berbasa basi dan sesungguhnya aku tak bisa menahan nafas dengan normal karena bapak deni dari dekat terlihat sangat seksi. Perutnya tidak sebuncit itu. Senyumnya sangat manis. Tapi yang membuatku bergetar adalah lengannya yang besar. Sepertinya aku bisa diangkat hanya dengan satu tangannya.

Bimo bertanya kemana ibu deni dan Deni malas-malasan menjawab kalau ibu dan bapaknya sedang berantem dan ibunya sedang tinggal di rumah mereka yang satu lagi.

Tugas kami akhirnya selesai sekitar jam 11 malam. Bimo dan Deni sedang curhat masalah cewek dan aku minta izin ke toilet karena dari tadi aku nahan pipis.

Dalam perjalanan ke toilet aku melihat pintu terbuka. Sepertinya itu kamar bapaknya deni karena ukurannya sangat besar dan desainnya sangat dewasa.

Aku tak sengaja melirik ke dalam dan melihat bapaknya deni sedang ganti baju. Dia hanya memakai kaus kutang putih dan boxer brief warna hitam. Dia sangat seksi sekali. Dan mataku tak bisa beralih dari jendolannya yang sangat besar.

Bapak Deni melihatku dan aku tak bisa bergerak. Dia tahu aku melihat jendolannya.

Kemudian dia duduk di tepi kasur dan entah kenapa dia tersenyum.

Seolah-olah mengajakku masuk.

Aku takut karena ini bapak temanku. Aku masuk ke toilet dan pipis kemudian membasuh tanganku.

Saat aku keluar, aku meihat bapak deni masih di tempat yang sama dan sekarang dia mengelus jendolannya yang semakin besar.

Apakah dia sedang menguji imanku?

Aku hanya berdiri diam. Aku takut tapi aku ingin sekali.

Kemudian entah kenapa bapak deni mengeluarkan kontolnya. Kontolnya tidak begitu panjang tapi tebal sekali.

Ini benar-benar undangan.

Aku langsung masuk ke kamarnya dan langsung berlutut di depannya.

Bapak Deni tidak tersenyum. Mukanya bengis. Nafasnya tersengal-sengal penuh nafsu.

Aku menjulurkan lidah dan bapak deni langsung menampar-namparkan kontolnya ke wajahku.

"Plak plak plak..."

Rasanya hangat dan menggairahkan. Wajahku agak basah karena precum bapak deni sudah banjir banyak.

Kemudian bapak deni memasukkan jari-jarinya yang tebal ke mulutku dan aku langsung menghisapnya. Aku terus menatap bapak deni saat melakukan ini dan dia mendesah agak keras. Desahannya jantan sekali.

Setelah puas memerkosa mulutku dengan jari-jarinya, bapak deni akhirnya memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Dengan senang hati aku menerimanya.

Ketika aku memegang kontolnya, bapak deni memukulku. Kemudian dia menjambak rambutku dan berbisik, "Kamu anjingku. Jangan pake tangan kalau masih mau kontolku. Ngerti?"

Aku mengangguk. Aku berlutut dengan tangan menopang tubuhku. Posisiku seperti anjing.

Aku memasukkan kontol bapak deni dan menghisapnya dengan sepenuh hati. Aku memejamkan mata. Menikmati kontolnya yang semakin mengeras. Anjing enak sekali rasanya.

Aku tahu pintu masih terbuka dan deni bersama bimo bisa kapan saja masuk dan melihat kegiatan bedebah ini tapi aku tak peduli. Gambaran ini justru membuatku bergairah.

Aku membuka mata. Kontol bapak deni masuk semua ke tenggorokanku. Hidungku mencium jembutnya. Aku melihat seorang lelaki paruh baya seksi dengan kutang putih yang menutupi dadanya yang gempal. Anjing enak sekali rasanya.

Bapak deni menatapku dengan senang. "Sedot terus..." katanya.

"Slurrrppp..." aku terus menyedotnya, mengemutnya, menjilatinya, mengulum kontol bapak temanku ini.

Aku tak tahu berapa lama aku melakukan ini karena akhirnya bapak deni melihat jam dan berkata, "Kamu telan ya. Ini hadiah buat kamu."

Tanpa melepas kontolnya, aku langsung menyedot kontol bapak deni dan aku merasakan kontolnya membesar dan akhirnya CROT CROT CROT CROT... pejuh kental panas membanjiri tenggorokanku. Aku menelan semuanya kemudian melepas kontol bapak deni dan memasukkannya lagi sambil menjilati kepala kontolnya.

Bapak deni tersenyum puas.

Setelah semua pejuhnya habis aku berdiri dan turun ke bawah. Aku tahu aku butuh minum air putih tapi aku membiarkan rasa pejuh bapak deni tinggal di tenggorokanku.

Sampai di bawah deni tertawa.

"Lama amat lo? Sakit perut ya lo?"

Aku hanya mengangguk. Aku melirik ke belakang dan melihat bapak deni mengambil air putih. Dia diam-diam tersenyum.

Kalau saja Deni tahu kontol bapaknya baru saja bersarang di mulutku.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now