16

5.5K 97 1
                                    

Mas Nando masih di Bali. Menurut pesan terakhirnya dia juga tidak tahu kapan akan kembali karena ternyata katanya ada masalah serius. Aku curiga kalau dia diminta kawin oleh pacarnya. Memikirkan ini perutku mual.

Untungnya aku masih punya Bambang. Sejak ngentot waktu itu, Bambang sepertinya ketagihan dengan servisanku. Hampir setiap malam aku disuruh menginap di rumahnya dan aku dientot habis-habisan. Bahkan kadang sampai menghabiskan dua bungkus kondom. Aku tadinya sudah mulai merasa capek dan pantatku perih. Tapi melihat Bambang di atasku dan menggenjot pantatku dengan semangat membuatku bangga terhadap diri sendiri. Apalagi tahu bahwa Bambang kerja seharian tapi masih mau untuk mengisi lubang pantatku dengan kontolnya yang tebal.

Karena Bambang mengentotiku setiap hari, aku jadi menghiraukan semua pesan dari Mas Yuli. Seperti Bambang, Yuli juga ketagihan dengan pantatku. Dia bahkan bilang bahwa dia siap mengentotiku dengan Pak Anton. Sepertinya main bertiga dengan mereka memang asyik. Tapi aku masih agak malas karena entotan Bambang jauh lebih menggetarkan dari entotan Mas Yuli. Itu sebabnya aku whatsapp Mas Yuli kalau dia mau mengentotiku lagi dia harus beli poppers. Mas Yuli kemudian bertanya apa itu poppers. Aku bilang cari tahu saja sendiri kalau mau mengentotiku. Dan dia menjawab dia akan cari tahu.

Nenekku sebenarnya agak rewel karena aku jarang di rumah. Tapi karena dia tahu aku sering bermain dengan Bambang (dan Bambang sempat aku suruh ke rumah dan mengentotiku di rumah) dia maklum. Karena dulu Bambang juga suka main ke rumah dan kenal dengan nenekku.

Sudah hampir satu bulan aku dientot Bambang. Itu artinya aku sering ada di rumah Bambang. Bahkan ketika Bambang sedang kerja aku disuruh di rumahnya. Menunggunya. Yang membuatku akrab dengan Om Naryo.

Duduk dengan Om Naryo sebenarnya terasa seperti foreplay. Karena dia sangat seksi. Di rumah dia hanya memakai sarung dan kaos kutang putih yang memamerkan lengannya. Walaupun Om Naryo sudah kepala 50-an tapi dia masih kekar dan seksi. Itu karena Om Naryo masih bekerja sebagai satpam di salah satu pabrik motor.

Dia suka bercanda dan bercerita. Terutama tentang kelakuan Bambang. Om Naryo bahkan tahu bahwa Bambang suka memasukkan cewek-ceweknya ke rumah untuk dientot secara sembunyi-sembunyi. Berharap bahwa Om Naryo tidak tahu tapi sebenarnya Om Naryo tahu.

"Yang penting dia gak buntingin anak orang," kelakar Om Naryo.

Setiap kali aku berbicara dengan Om Naryo kontolku ngaceng dan aku merasa celana dalamku basah karena pre-cum. Karena aku yakin sekali Om Naryo tidak memakai celana dalam. Dan kadang aku sempat melihat (atau menerka) bahwa kontol Om Naryo jauh lebih besar dari kontol Bambang.

Dan hari ini aku mengetahui seberapa besar kontol Om Naryo. Dan ternyata memang lebih besar dari kontol Bambang.

Seharusnya aku tidak menceritakan ini karena aku sangat malu. Aku merasa bersalah terhadap Bambang. Padahal Bambang bukan siapa-siapaku.

Hari ini hari Minggu. Biasanya Bambang libur. Tapi Bambang hari ini ada langganannya yang datang dan khusus mencari dia. Jadi pagi-pagi dia sudah berangkat. Aku yang menginap di rumahnya dan masih telanjang karena semalam Bambang mengentotiku dibangunkan dan Bambang bilang, "Gue cabut bentar. Sore udah balik."

"Gue balik aja," kataku sambil bangun.

"Gausah. Bentar doang paling. Gue mau entotin lo lagi sore. Lo disini aja," kata Bambang sambil menciumku.

Aku pun tersenyum dan tertidur lagi.

Jam 11 siang aku terbangun karena lapar. Aku kemudian berjalan ke dapur dan melihat apa yang ada di meja makan. Hanya ada nasi. Dan karena aku sudah terbiasa di rumah Bambang, aku memutuskan untuk masak nasi goreng.

Ketika aku masak nasi goreng, Om Naryo datang. Dia sepertinya baru saja shift malam karena dia masih memakai seragam satpamnya. Seragam satpamnya sangat ketat karena aku bisa melihat jendolan kontolnya di selangkangannya benar-benar besar. Ada apa dengan seragam satpam yang dibuat ketat. Kenapa harus ketat aku juga tidak tahu.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now