43

2.8K 69 1
                                    

Bang Johan suatu hari mengirimiku whatsapp. Aku sudah lama tidak memikirkan tentara ganteng satu itu. Tapi kemunculannya di hapeku membuatku deg-degan.

"Lagi sibuk nggak, At?"

Membaca whatsapp Bang Johan membuat lidahku berair. Aku kangen kontol besarnya yang berurat di mulutku. Apalagi membayangkan bahwa aku meminum pejuh suami orang. Astaga benar-benar membangkitkan gairah.

"Nggak, Bang. Ada apa?" Tanyaku.

"Lagi dimana?" Tanyanya.

"Lagi mau pulang," kataku. "Masih di kampus."

"Tunggu di jalan dekat kampusmu ya. Aku jemput," katanya.

Waduh aku makin deg-degan. Akankah aku akan mencicipi kontol Bang Johan lagi?

Belum lima menit aku menunggu Bang Johan di pinggir jalan, aku melihat mobilnya menepi. Aku segera masuk ke dalam mobilnya. Bau harum pinus memasuki hidungku. Aku melirik ke Bang Johan. Lebih tepatnya ke selangkangannya. Aduh tebal dan menggiurkan. Aku menelan ludahku.

Bang Johan memakai kaos berwarna hitam. Sebenarnya kaosnya berukuran biasa tapi karena badan Bang Johan bagus, jadinya kelihatan ketat. Lengannya besar sekali. Aku membayangkan bagaimana rasanya direngkuh lengan itu jika sudah terlelap. Beruntung sekali istri Bang Johan.

"Apa kabar, Bang?" Tanyaku.

"Ya gini-gini aja, At," kata Bang Johan.

Bang Johan kemudian menggaruk hidungnya. Aku tidak pernah melihat Bang Johan segugup ini.

Apakah Bang Johan memintaku untuk dientot? Kalau iya, astaga. Rejeki nomplok. Membayangkan kontol sebesar Bang Johan merojok pantatku sudah membuat pantatku berkedut.

"Sibuk nggak nih, At?" Tanyanya.

"Nggak kok, Bang. Kenapa?"

"Ikut Abang mau ya?" Tanyanya tanpa melihat wajahku.

"Oke," kataku diam saja. Apapun untuk bisa berdekatan dengan Bang Johan.

Ternyata Bang Johan membawaku ke luar kota. Dekat pelabuhan. Aku yang sepanjang perjalanan tertidur karena kecapean (semalem aku harus memberi servis Paklik Damar lagi. Aku tidak bisa protes karena kontol Paklik Damar sangat enak menusuki pantatku) kaget ketika melihat kapal-kapal besar di sekeliling.

"Mau ngapain, Bang?" Tanyaku.

"Jadi gini, At," kata Bang Johan. "Aku ada bos. Dia minta aku buat nyariin yang mau dia..." Bang Johan menunjukkan tanda ngentot dengan ibu jarinya. "Dia sukanya laki-laki muda. Pas aku kasih fotomu, dia suka. Kamu mau nggak?"

Sebelum aku menjawab, Bang Johan menambahkan lagi. "Kalau nggak mau ya nggak apa-apa. Aku terpaksa banget soalnya dia tinggi banget jabatannya. Kalau aku tolak, bisa-bisa aku dipecat. Atau bahkan mungkin turun jabatan."

Aku memegang selankangan Bang Johan.

"Demi Bang Johan aku nggak apa-apa."

Bang Johan menarik tanganku. "Jangan sekarang. Nanti kamu juga nyicip kok," katanya.

Wah dua kontol? Ini pasti karma baikku.

Kami turun dari mobil dan berjalan menuju ke salah satu kapal. Sebelum kami masuk salah satu kontainer, Bang Johan berkata, "Tapi bosku ini tua lho. Kamu nggak apa-apa?"

"Umur berapa, Bang?"

"Paling 60-an," katanya.

"Nggak apa-apa," kataku. Aku tersenyum dalam hati. Justru aku memang suka yang lebih tua.

Kami sudah masuk ke dalam kapal. Bang Johan bertanya kepada salah satu awak kapal dimana Pak Hari dan dia menunjuk ke salah satu container. Kami masuk ke dalamnya kemudian Bang Johan menutup pintunya.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now