41

3.2K 58 2
                                    

Hanya bottom gila yang mau menolak dientot tiga satpam. Tanpa menunggu lama aku langsung bersimpuh dan meraba selangkangan Budi, satpam yang tadi menjemputku. Om Naryo dan Arif langsung tertawa melihatku binal. Budi juga tertawa. Dia mengelus kepalaku dan berkata, "Ya jangan disini. Sempit mainnya. Kita pindah ya, Dek," katanya romantis.

Kami kemudian berjalan ke arah belakang. Ke gedung serba guna yang biasanya dipakai untuk acara kuliah besar dan kalau misalnya kampusku ada pembicara penting. Aku dibawa ke belakang panggung, di balik tirai.

"Nggak apa-apa disini?" Tanyaku sambil melihat ke kanan dan ke kiri.

"Santai," kata si Arif sambil melepas kaosku. "Nggak bakalan ada yang kesini sore-sore gini. Semuanya udah pulang."

SLURRPPP

Tanpa menunggu lama satpam paling muda bernama Arif langsung mengenyot pentilku. Aku langsung mendesah.

"Ahhh... ahhh...."

"Liat dia. Langsung belingsatan kayak cacing dikasih garem," kata Budi sambil melepas resletingnya. Budi ternyata tidak memakai celana dalam. Kontolnya yang setengah ngaceng langsung menyambutku. Tidak butuh lama aku langsung menyaploknya.

SLURRPPP SLURRPPP...

Bau kontol Budi sedap sekali. Agak asam karena lembab tapi sungguh memabukkan. Kontolnya tidak besar. Mungkin seukuran kontol Mas Yuli. Om Naryo melihat aku sambil merokok saja.

"Ahhhh... Ahh... slurrppp..." kataku sambil terus mendesah.

Budi memegang kepalaku dan mulai mengentoti mulutku karena sedotanku makin kuat. "Anjing ini bocah. Aus banget kayaknya dia..."

Aku hanya bisa mendesah karena jilatan Arif enak sekali. Bangsat sekali satpam muda ini. Dia memainkan kumis dan brewoknya di pentilku yang sensitif. Membuatku makin menggila.

"Susumu lebih enak dari punya istriku," kata Arif disela-sela dia menjilati pentilku.

Om Naryo melepas celanaku. Aku kini telanjang bulat. Om Naryo kemudian melepas celananya. Kontol hitamnya yang tebal terlihat begitu menggoda. Di kepala kontolnya ada cahaya mengkilat. Aku melihat precumnya sudah keluar.

Om Naryo menaikkan kakiku dan mulai merimming pantatku. Aku makin menggila. Aku bisa berteriak kalau saja mulutku tidak disumpal dengan kontol Budi. Budi terus menyodok mulutku dengan kontolnya. Sementara Arif dengan begitu bernafsu menyedoti putingku. Ah apakah ini rasanya surga dunia.

Aku tidak tahan merasakan lidah di sela-sela lubang pantatku. Aku melepas kontol Budi dan melongok ke arah Om Naryo yang tidak berhenti menjilati lubangku.

"Om Naryooo itu diapainnn Om Naryooo?" desahku manja.

Om Naryo melirikku. "Gimana? Suka, Nak?"

"Ahhh... enak Om Naryoo..."

"Bacot, udah isep," kata Budi kasar sambil memasukkan kontolnya ke mulutku. Kepalaku dipeganginya dan dia mulai mengentoti mulutku.

LEP LEP LEP LEP...

"Aku masuki ya, Nak," kata Om Naryo.

"Dibasahi dulu, Mas," kata Arif. Arif kemudian maju dan menghisap kontol Om Naryo.

Aku agak kaget karena ternyata Arif yang terlihat sangat macho dan gagah, ternyata mau menghisap kontol. Arif menjilati dan menghisap kontol Om Naryo dengan penuh nafsu. Matanya terpejam. Arif melepas kemeja satpamnya, memperlihatkan tubuh yang terjaga dengan baik. Arif melepas celananya. Dia memakai celana dalam berwarna biru tua. Dadanya penuh bulu. Dia tampak begitu menikmati kontol Om Naryo. Matanya terpejam sambil memainkan putingnya sendiri. Om Naryo tersenyum kepadaku sambil memegang kepala Arif dan mulai memaju mundurkan pinggulnya. Menikmati sekali sedotan Arif.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now