40

3.1K 79 3
                                    

Aku ke kampus masih dengan pantat yang agak cenat-cenut. Rupanya semalam aku benar-benar menggila. Karena sekarang aku agak menyesal telah memaksa Paklik Damar untuk mengentoti aku segitu kerasnya. Tadi pagi ketika aku ke toilet dan buang air besar, air mata menetes tidak bisa kutahan karena sakit sekali rasanya.

Di kelas tapi aku tersenyum-senyum sendiri. Rasa penyesalan itu menghilang ketika aku membayangkan nanti malam aku dientot oleh Om Naryo dan Paklik Damar. Om Naryo sendiri sebetulnya masih belum membalas pesanku. Tapi membayangkan kontol raksasanya dan kontol Paklikku sendiri masuk ke dalam lubangku membuatku bergairah.

Ketika aku mau pulang, seorang satpam bernama Mukhlis menghadangku.

"Kamu yang namanya Satria ya?"

"Iya," kataku bingung. Kenapa dia menatapku seperti mau memarahiku? Aku kan tidak salah apa-apa.

"Ikut saya bentar," katanya sambil berjalan ke arah pos satpam.

"Lho ada apa ini, Pak?" Tanyaku.

"Udah ikut aja dulu," katanya tidak sabaran. "Bawel banget," katanya.

Aku mengikutinya sambil menggerutu. Sudah jam empat sore. Aku malas kalau sore-sore karena biasanya busway ramai dan aku malas berdesak-desakan dengan orang.

Betapa kagetnya aku ketika sampai di pos satpam dan melihat Om Naryo ada disana. Dia duduk santai, tertawa dengan rokok di tangannya. Di depannya ada kopi dan dia sedang berbicara dengan satpam lain.

"Om Naryo!" Teriakku dengan tawa lebar. Aku segera menutup mulutku. Aku harus cool.

"Satria. Udah pulang kamu," katanya. "Kenalin ini temen Om. Yang ini namanya Budi," dia menunjuk satpam yang tadi menjemputku. "Yang ini namanya Arif," Om Naryo menunjuk satpam di depannya yang paling muda. Umurnya mungkin sekitar awal 30-an.

"Om Naryo ngapain disini?" Tanyaku.

"Jemput kamu lah," katanya.

"Oh... Yaudah kalo gitu. Ayo," kataku.

"Tunggu dulu. Duduk sini aja dulu," kata Om Naryo.

Aku mengikuti dan duduk di samping Om Naryo. Begitu duduk, si satpam yang bernama Budi langsung tersenyum nakal.

"Jadi ini anaknya..."

Aku diam. Jantungku deg-degan.

"Iya." Om Naryo menggosok kepalaku.

"Yaudah. Sekarang aja," kata si satpam yang muda, si Arif.

"Tunggu bentar," kata Om Naryo. "Nggak sabaran banget sih."

"Udah lama nih soalnya," kata Arif sambil menggosok selangkangannya.

Aku hanya diam. Pura-pura tidak tahu walaupun aku bisa menebak bahwa Om Naryo sepertinya sudah memberi tahu satpam satpam ini kalau aku suka kontol.

"Sama nih. Gue udah lama nggak," kemudian si Budi menatapku tajam, "ditelen."

Om Naryo menatapku sambil tersenyum, "Kamu mau nggak dientot tiga satpam sore ini, Nak?"

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now