7

6.3K 93 1
                                    

Tiap malam sebelum tidur aku berdoa agar Mas Nando baik-baik saja. Aku tahu bahwa ini semua tidak logis. Aku bukan siapa-siapanya. Aku hanya bertemu dia dua kali. Tapi entah kenapa kehadirannya benar-benar berpengaruh terhadap hidupku. Aku tidak pernah lupa dengan sosoknya. Terutama kontolnya yang besar dan tebal itu.

Malam itu nenekku sedang ceria. Dagangannya laris manis hari ini. Dan malam itu dia iseng merebus banyak sekali singkong rebus. Dia kemudian menyuruhku mengantarkan beberapa singkong dan ubi rebus ke rumahnya Mas Yuli.

Aku tadinya malas disuruh pergi-pergi tapi mungkin kalau aku pergi ke rumahnya Mas Yuli aku dapat suapan kontol lagi. Lumayan soalnya sudah lama aku tidak menyusu kontol. Terakhir kali ya sama Pak Anton. Setelah kejadian hampir ketahuan itu aku takut untuk datang ke tempat kerjanya lagi.

Ternyata aku salah. Ketika aku sampai di rumahnya Mas Yuli sedang tidak ada. Kata istrinya dia sedang nonton bola. Ya sudah setelah aku memberikan singkong nenekku aku berjalan pulang.

Keesokan siangnya, hari Minggu yang sepi, aku berjalan dari indomaret depan ke rumah. Dalam perjalanan itu aku melewati rumah mas Yuli. Mas Yuli memanggil dan mengucapkan terima kasih. Dia memberikan piring milik nenek.

Mas Yuli memakai kaos putih tipis dan celana pendek yang membuatku menelan ludah. Pahanya terlihat mantap. Hasil olahraga sepak bola setiap sore menghasilkan otot yang menakjubkan. Bulu-bulu halus di kakinya membuatku ingin menjilati kakinya.

"Mau masuk?" Tanyanya.

"Emangnya Mbak Siska kemana, Mas?" Tanyaku.

"Kenapa?" Selidiknya.

"Nggak. Nanya aja," kataku sambil masuk ke dalam rumah.

"Kirain," katanya.

"Kirain kenapa?" Tanyaku sok-sokan polos.

Kemudian Mas Yuli menoleh dan berbisik, "Kirain mau isep kontol gue lagi."

Tanpa jeda aku menjawab, "Ya kalo boleh sih saya mau," kataku.

Mas Yuli kemudian memegang tanganku dan membawa ke belakang. Belakang rumah mas Yuli adalah kamar mandi yang agak outdoor. Hanya ada pintu yang tidak bisa dikunci disana. Mas Yuli mengganjelnya dengan badannya.

Aku melihat celana dalam pria tergantung disana. Sepertinya milik Mas Yuli.

"Udah cepetan," kata Mas Yuli sambil menurunkan kepalaku ke selangkangannya. "Keburu bini gue balik."

"Entotin mulut saya ya, Mas," kataku.

"Hah?"

"Saya lebih cepet keluar kalo saya dikasarin," kataku sambil meraba-raba selangkangannya yang mulai membesar

"Iya beres."

Aku mulai menciumi celananya. Rasanya enak sekali. Bau selangkangan dan keringat. Kontol Mas Yuli di dalam celananya sepertinya mulai bergejolak karena jendolannya mulai membesar. Mas Yuli mulai membesar.

"Udah langsung isep aja," kata dia.

Mas Yuli menurunkan celananya dan sekarang aku berhadapan dengan kontol Mas Yuli yang setengah ngaceng. Bau selangkangan langsung menguar. Membuatku langsung ngaceng. Aku langsung membuka celanaku dan mengocok kontolku.

Aku hanya menatap mas Yuli dan menciumi kontolnya. Aku ingin bereksperimen. Apa yang terjadi kalau aku pura-pura tidak ingin menghisap kontolnya.

"Isep goblok," kata dia sambil memaksakan kontolnya masuk ke dalam mulutku. Aku menutup mulutku. Sok-sokan menolak.

"Wah anjing," kata dia dengan nafas tersengal. "Lo mau gue perkosa disini hah?" Tanyanya.

Mas Yuli menampar pipiku dengan kontolnya yang mulai mengeluarkan precum. "Buka nggak?" Tanyanya dengan keras.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now