9

5.3K 100 1
                                    

Setelah menikmati pejuh Bambang malam itu, Bambang ketagihan dengan servisanku. Karena buktinya hampir tiap malam dia menghubungiku agar aku bisa menikmati kontolnya. Tiap malam selalu beda caranya. Yang paling ekstrim mungkin yang Sabtu terakhir. Dia sedang memperbaiki mesin mobil orang. Posisi mobilnya agak mojok sehingga orang tidak akan bisa melihat Bambang yang sedang mengutak-ngatik mobilnya kalau tidak benar-benar berdiri di dekat mobil. Dan sementara Bambang memperbaiki mobilnya, aku jongkok di depannya menikmati kontolnya yang keras. Sungguh menggairahkan sekali melakukan ini. Dan Bambang pun sepertinya juga menikmatinya. Karena pejuh yang ia muntahkan ke mulutku lebih banyak dari biasanya.

Tapi aku mau bercerita tentang hal lain. Ada hal lain yang membuatku bersemangat hari ini. Bahkan aku sampai menolak bertemu dengan Bambang. Karena Mas Nando kembali.

Aku baru saja pulang kuliah dan mandi. Aku tadinya mau bersiap ke bengkel Bambang untuk memerah pejuhnya sekali lagi ketika pesan itu muncul.

Ada nomer asing yang mewhatsappku. Pesannya singkat.

"Dateng ke tempat kerjaanku dulu. Ini Nando."

Aku kira ini becandaan. Lantas aku membalas, "Apa benar ini Mas Nando?"

Mas Nando kemudian mengirimkan foto selfie dengan kontol yang berdiri tegak. Tidak pakai lama aku langsung memesan gojek dan pergi ke kontrakan Mas Nando.

Di depan kontrakan masih terdengar suara orang ngaji setelah sholat Isya. Rumah itu sudah separuh jadi. Bagian depannya sudah dicat warna putih. Dan semua genteng juga sekarang sudah terpasang. Aku langsung masuk karena Mas Nando memintaku untuk langsung masuk.

Semua tembok di lantai 1 sudah disemen setiap permukaannya. Tinggal dicat saja. Tangganya pun juga sama. Sampai di lantai 2 aku mendengar lagu Peterpan dan bau rokok. Mas Nando yang lebih kurus dari sebelumnya duduk di kasur dan merokok. Dia tersenyum melihatku datang.

"Gue kira lo nggak jadi dateng," katanya.

Aku langsung berlari dan menjatuhkan diri di kasur kemudian memeluk Mas Nando. Mas Nando yang kaget kemudian menepuk-nepuk pundakku karena aku menangis.

"Kenapa lo nangis?"

"Saya kira Mas Nando nggak bakalan keluar penjara lagi," kataku sambil mengelap air mata.

"Hahaha... Emang lo peduli sama gue?"

Aku mengangguk.

"Lo peduli sama gue atau peduli sama ini?" Katanya sambil memegang selangkangannya.

"Ya dua-duanya," kataku sambil mengelus selangkangannya.

"Hahaha dasar binal lo emang."

Aku kemudian meloloskan kancing celana jeansnya dan menggosok-gosok celana dalamnya.

"Buru-buru banget sih lo."

"Kangen," kataku sambil mencium perutnya. Mas Nando habis mandi sepertinya karena aku mencium bau sabun.

"Gue nggak bakalan kemana-mana," katanya sambil menggosok kepalaku. "Lo bisa isep kontol gue kapanpun lo mau."

Aku kemudian meloloskan celana jeansnya. Mas Nando kemudian tiduran. Aku tidur di lengannya sambil memainkan perutnya. Kemudian tanganku turun ke selangkangannya. Berkat sentuhanku selangkangan Mas Nando menggembung. Celana dalam GT Man yang buluk itu (tadinya berwarna putih sekarang jadi kekuningan) tidak muat untuk menampung kontolnya yang besar. Aku memainkan selangkangannya.

Aku merasakan ujung jariku basah. Mas Nando sudah mengeluarkan pre-cum.

"Kok bisa masuk penjara sih, Mas Nando?" Tanyaku sambil menjilat pentilnya. Hmmm... rasanya sungguh nikmat.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now