45

3K 77 9
                                    

Suatu siang di kampus aku memutuskan membuka grindr. Aku kangen kontol. Sudah lama aku tidak mencicipi kontol. Orang-orang yang biasa menghadiahiku dengan pejuh tidak bisa dihubungi. Mas Yuli tidak membalas pesanku. Mas Nando masih di Bali. Pak Eko bilang sedang sibuk. Paklik Damar juga baru saja pulang kampung. Jadi aku benar-benar haus kontol.

Aku yang memang sudah menjadi lonte tidak malu memasang wajahku. Untungnya aku lumayan menarik jadi tidak lama banyak yang menyapaku. Banyak yang seumuranku membalas tapi aku tidak tertarik. Akhir-akhir ini aku lebih suka yang lebih tua. Usia 30 keatas. Kecuali mungkin Bambang, aku sedang tidak tertarik dengan yang muda-muda.

Kemudian satu pesan menarik perhatianku. Dia tidak bernama. Juga tidak ada fotonya. Dia menyapaku dengan "mau ngisepin kontolku gak?"

Aku bertanya siapa dia. Dia menjawab namanya Rojak, seorang tukang ojek. Aku minta foto kontolnya. Dia mengirimnya. Walaupun kontolnya masih lemas tapi terlihat ada potensi membesar.

"Jago ngisep ga??" tanyanya.

"Kata orang oke," jawabku.

"Mau dikeluarin dimana? Aku suka kalo ditelen," katanya.

"Aku juga suka nelen pejuh. Apalagi kalo pejuhnya banyak," jawabku.

Membayangkan siang-siang minum pejuh membuatku semakin terangsang.

"Yaudah sekarang?" Katanya. "Kuliah di kampus yang itu kan?"

"Nggak bisa kalo sekarang," kataku.

"Yah."

"Paling nanti pulang kuliah. Jam empt sore."

"Yaudah nanti kabarin aja," katanya.

Sepanjang pelajaran aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku membayangkan enaknya sore sore ngemut kontol item gede punya Bang Rojak. Begitu kelas selesai aku mulai chat.

"Jadi nggak?"

Dia tidak membalas. Aku menunggu selama setengah jam. Tidak ada balasan. Aku kecewa dan akhirnya aku memutuskan pulang. Ketika aku berjalan tiba-tiba ada motor berhenti. Ada seorang tukang gojek memakai motor satria berwarna merah, menggunakan jakt ijo dan helm yang tertutup. Suarana berat.

"Naik," katanya.

Aku diam. Tidak menjawab. Dia mengangkat kaca helmny. Aku melihat mata yang keras.

"Jadi mau gak?" Katanya.

Oh mungkin dia Bang Rojak.

Aku menerima helmnya dan langsung ikut naik motornya. "Pegangan," katanya.

Aku memegang perutnya dan tidak peduli dengan tatapan orang. Bang Rojak membawaku entah kemana, aku tidak kenal. Tanganku juga nakal kadang mengelus selangkangannya. Aku merasakan benda yang keras.

"Bandel ya," katanya ketika kami sampai di sebuah pemancingan umum.

"Bang Rojak?" Tanyaku.

"Siapa lagi?" Bang Rojak melepas helmnya. Dia tampan sekali. Yah bukan tampan versi selebriti tapi tipeku. Sangat maskulin. Kulitnya cokelat gelap. Rambutnya agak gondrong. Senyumnya manis. Kumisnya sangat tebal. Aduh seksi.

"Ngapain disini, Bang?" Tanyaku.

Bang Rojak berbisik. "Katanya mau ngisep."

"Oh dimana?" Tanyau.

"Disini," katanya sambil berjalan.

"Aduh takut. Ini kan tempat umum," kataku.

"Jangan khawatir. Ini tempat sepi kok. Nggak ada yang kesini."

Kemudian aku langsung dibawa ke salah satu bilik. Aku mencium bau amis ikan. Memang benar. Tidak ada orang sama sekali.

Begitu sampai Bang Rojak langsung membuka resleting jeansnya dan mengeluarkan kontol hitam tebal. Mungkin 20 sentimeteran. Ada semacam benda menonjol di permukaannya.

"Itu apa?" Tanyaku.

"Besi ditanam."

"Buat apa?" Tanyaku.

"Enak katanya buat ngentot," katanya. Bang Rojak mendorong kepalaku agar aku mulai jongkok. "Udah cepetan."

Aku langsung menjilati kepala kontolnya. Aku mendongak menatap Bang Rojak yang terlihat seksi. Bau kontolnya memabukkan.

"Anjing. Cepetan masukin," bisiknya.

Aku langsung mencaplok kepala kontolnya dan aku langsung maju mundur menyedot nyedot kontolnya. Langsung saja bau amis ikan tidak aku pedulikan karena mulutku penuh dengan kontol tukang ojek yang sangat melenakan.

Bang Rojak menahan sekali desahannya. Dia memegang kepalaku dan mulai mengentoti mulutku.

"LEG LEG LEG LEG..." ludah membasahi leher dan kaosku. Aku tidak peduli. Sepanjang Bang Rojak mengentoti muluku, aku menatap ke arah matanya.

"Anjing suka banget ya lo kayaknya sama kontol," katanya.

Aku mengangguk sambil menyedot kepala kontolnya.

"Anjing enak banget digituin."

Aku memainkan frenulumnya yang membuat Bang Rojak makin mendesah.

"Fuck gue mau ngentot."

"Entot aja aku."

Aku langsung memakaikan kondom ke Bang Rojak dan menurunkan celanaku. Aku memberikan Bang Rojak pelumas dan dia mulai memainkan lubangku dengan jari-jarinya. Aku mendesah.

"Anjing jangan berisik. Lo mau digrebek?" Katanya.

Bang Rojak kemudian mulai memsukkan kepala kontolnya dan aku mulai mendesah keras. Bang Rojak meraih kepalaku kemudian menciumku untuk menutup mulutku. Kontol keras Bang Rojak terasa sesak memenuhi lubangku membuatku makin bergairah.

Ciuman Bang Rojak liar dan membakar gairahku. Mungkin karena bau mulutnya seperti rokok gudang garam. Aku suka banget kalau cowok bau rokok walaupun aku tidak suka merokok.

Bang Rojak terus menghentak-hentakkan pinggulnya tanpa henti sementara lidahnya terus memijat lidahku. Anjing enak banget dientot tukang gojek.

"Gimana? Enak dientot sore-sore sama tukang gojek?" Tanyanya.

"Kontolmu enak banget Bang Rojak."

"Lubangmu enak tenan."

Aku kemudian mulai twerking, maju mundur yang membuat bang Rojak makin menggeliat.

"Anjing istri gue aja nggak bisa kayak gini."

"Oh ya?" Tanyaku. Aku mulai mengempot-ngempotkan lubangku yang membuat Bang Rojak makin belingsatan.

"Bangsat. Enak banget ngentot..." katanya.

"Keluarin di mukaku ya..."

"Anjing... yaudah sini..."

Bang Rojak melepas kontolnya dan kondomnya. Aku langsung menunduk dan tanpa mengocok kontol Bang Rojak langsung menyemburkan pejuh sebanyak lima kali. Pejuh Bang Rojak kental dan berwarna putih pekat dan jumlahnya banyak sekali. Aku tidak pernah melihat pejuh sebanyak ini.

Bang Rojak masih terhenyak ketika aku mulai menjilati kepala kontolnya dan menghabiskan sisa pejuhnya. Dia memegangi kepalaku sambil tersenyum.

"Anjing enak banget lo asli."

Bang Rojak kemudian membantuku mengelap pejuh dengan jarinya dan memasukkan semuanya ke muluku. Ak menelan semua anak Bang Rojak sampai habis.

Bang Rojak yang selama ngentot sama sekali tidak melepas jeansnya, hanya mengeluarkan kontolnya lewat resleting kemudian menyuruhku cuci muka di dekat pancuran. Setelah itu dia berkata apakah aku mau keluar.

Aku bilang aku sudah keluar saat dia mengentotiku dan menunjuk pejuh di tanah.

"Wah lo bisa keluar hanya dientot."

"Iya Bang."

"Malam ini lo kemana?" tanyanya.

"Lo mau gak digilir sama tukang gojek?"

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now