34

2.9K 70 3
                                    

Pak Yanuar terus memainkan pentilku sambil menghentak-hentakkan pinggulnya dalam-dalam. Kontolnya benar-benar terasa di dalam sana. Mengembang. Keras. Hangat. Kenyal. Memijat prostatku. Membuatku menjerit. Seperti serigala di tengah malam.

Karena tanganku terikat, aku tidak bisa mengapa-ngapakan kontolku yang sedang ngaceng.

Tapi salah satu diantara lelaki bertopeng itu mendekat kemudian mengocok kontolku. Aku mendesah.

"Jangan... nanti keluar," kataku.

Tapi lelaki itu justru mengocok kontolku dengan lebih bersemangat. Aku menahan diri sekuat tenaga agar tidak muncrat. Aku masih ingin menikmati kenikmatan ini lebih lama.

Dua dari laki-laki bertopeng lainnya hanya berdiri dan menatap aku dientot Pak Yanuar. Tak lama kemudian lelaki yang memakai jaket hitam melepas celananya dan mengocok kontolnya. Kontolnya tidak besar. Sedang. Tapi melihat badannya yang besar, nafsuku menjadi-jadi.

Kemudian si lelaki yang memakai jaket polos berwarna biru menatap si lelaki berjaket hitam. Kemudian lelaki berjaket polos ikut menurunkan celananya dan mengocok kontolnya. Aku menelan ludah. Kontolnya yang belum ngaceng saja sudah mengembang besar apalagi kalau sudah ngaceng.

Tak butuh waktu lama bagi lelaki jaket biru karena kontolnya ngaceng dan ukurannya hampir setara dengan kontol Mas Johan.

Karena kontolku terus dikocok dan aku merasakan hentakan yang menyenangkan dari kontol Pak Yanuar dan rangsangan luar biasa dari jemari Pak Yanuar di pentilku, aku tak bisa menahan diri.

"Pak, aku mau keluar..." kataku.

Lelaki yang mengocok kontolku bersemangat mengocoknya.

"Keluarin aja anjing..." bisik Pak Yanuar. "Saya mau liat pejuh kamu..."

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK

Pak Yanuar malah mempercepat entotannya. Dan aku tak bisa menahan lagi. Kakiku jinjit. Aku merasakan akan menyembur. Kocokan di kontolku semakin cepat karena dia merasakan kontolku makin mengeras.

Dan akhirnya...

Crot crot crot...

Kontolku memuntahkan pejuh banyak sekali.

"Banyak juga," kata si lelaki berjaket biru.

Ketika aku mengeluarkan pejuh, Pak Yanuar memaki-maki karena kontolnya seperti dipijat oleh pantatku. Dan dia mencoba untuk bergerak tapi susah karena kontolnya seperti disedot, dia menepuk pantatku dan memegangnya dengan erat.

"Bangsat gue juga keluar... ahhh..." kata Pak Yanuar.

Aku bisa merasakan kedutan dari dalam kontol Pak Yanuar. Pak Yanuar mengeluarkan kontolnya dan memperlihatkan kondom yang berisi penuh dengan pejuh.

"Giliran siapa?" Tanya Pak Yanuar.

"Gue aja dulu," kata si lelaki berjaket hitam. Dia berjalan kemudian dia mencium leherku. Aromanya jantan sekali. Seperti laki-laki yang kerja hariannya melakukan pekerjaan berat. Seperti tukang angkut atau tukang becak. Aku mendadak jadi horny lagi.

Lelaki yang tadi mengocok kontolku berdiri dan melihatku mulai dientot oleh lelaki berjaket hitam. Dia melepas kontolnya dan mulai mengocok kontolnya.

"Anjing, rapet..." kata si lelaki berjaket hitam.

Pak Yanuar menyalakan rokok. Aku agak terheran-heran karena Pak Yanuar harusnya tidak merokok.

"Enak kan? Untung banget gue dapet budak kayak dia," kata Pak Yanuar sambil menghembuskan asap rokok ke udara. Macho sekali.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now