23

2.9K 72 4
                                    

Bambang melongo saat aku mengatakan itu.

"Lo serius?" Tanya Bambang.

Aku tidak tahu harus menjawab apa karena aku sendiri kaget dengan apa yang aku bilang barusan. Tapi aku merasa semua kejujuran sudah keluar jadi buat apa berbohong lagi.

"Iya," jawabku.

Bambang kemudian masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Matanya terbakar penuh amarah.

Kemudian dia membuka resletingnya. Kontolnya masih lemas tapi tetap terlihat menggiurkan. Kemudian dia memaksaku jongkok.

"Bang, nenek gue ada di dalem," kataku ketakutan.

Bambang menjambak rambutku dan memaksaku jongkok. Kemudian tanpa berkata apa-apa dia langsung memasukkan kontolnya ke dalam mulutku.

"Kena gigi gue hajar lo anjing," bisik Bambang menyeramkan.

Aku segera menghisap kontol Bambang. Kontolnya makin mengeras. Mengisi seluruh mulutku yang kehausan akan kontol. Aku sebenarnya deg-degan. Takut kalau nenekku bangun dan menyaksikan aku menikmati kontol Bambang. Tapi ada perasaan lain bangkit dalam jiwaku. Rasanya lebih seru. Entah kenapa dengan begini rasanya jauh lebih menyegarkan. Kontol Bambang terasa lebih lezat.

"Slurrrp... slurrpp..." aku terus menghisap dan menjilat dan menyedot kontol Bambang dan Bambang terus-terusan menyodok kontolnya sampai mentok di tenggorokanku.

Tanganku mencoba memegang tangan Bambang agar aku mencari oksigen karena aku sudah mau muntah. Tapi Bambang tetap menahan kepalaku agar kontolnya tetap berada di dalam.

Rasanya sakit sekali mencari oksigen. Dan Bambang masih terus mendorong kontolnya lebih dalam ke dalam mulutku.

"Lo suka kontol kan, Sat? Yaudah ini isep anjing," bisiknya penuh marah.

"UCCCKKKKK... UCCCK..." suara dari tenggorokanku karena mau muntah muncul terus.

Ludahku kemana-mana karena aku tidak bisa mengontrol lagi apa yang ada di dalam mulutku. Dan Bambang menempelkan kepalaku ke tembok kemudian menahan kepalaku sehingga aku tidak bisa bergerak. Kemudian dia mengentoti mulutku tanpa berhenti.

Suara PLOK PLOK PLOK dari kontolnya ke mulutku terdengar menggema. Aku semakin bernafsu tapi sekaligus takut karena nenekku bisa bangun kapan saja.

"INi kan yang lo mau, homo anjing," kata Bambang.

Kemudian Bambang menusukkan kontolnya sampai pangkal kontolnya menyentuh tenggorokanku. Hidungku menyentuh jembutnya sekarang. Tanganku memegang Bambang ingin mengatakan bahwa aku tak bisa bernafas. Tapi Bambang menahanku.

"Gue mau lo mati keselek kontol anjing," kata Bambang.

Kemudian Bambang menarik kontolnya dan aku langsung memuntahkan isi perutku ke lantai.

Ketika sudah selesai, sebelum aku belum-belum bernafas normal lagi, Bambang memasukkan kontolnya lagi ke dalam mulutku dan mengulanginya.

"Tega banget lo ngewe sama bokap gue juga, Anjing," kata Bambang.

Bambang menarik kontolnya. Sisa muntah dan ludah di daguku belum aku lap. Aku menangis. Aku menatap Bambang dan berkata, "Bang gue..."

Sebelum aku menyelesaikan kalimat, Bambang memegang kepalaku dan menjejalkan kontolnya yang justru lebih besar dan lebih keras dari sebelum-sebelumnya.

Aku akhirnya mencoba menyesuaikan diri dan menyedot kontol Bambang sedalam-dalamnya.

Bambang menjambak kepalaku. Aku merasakan kontolnya kedutan.

Kemudian Bambang menarik kontolnya dan mengocok kontolnya.

"Bangsat!" Teriaknya.

CROT CROT CROT CROT...

Pejuh hangat Bambang membasahi wajahku. Kemudian tanpa berkata apa-apa, Bambang memasukkan kontolnya kembali dan mendorongku karena aku menghalangi pintu dan dia keluar rumah. Meninggalkanku sendiri dengan muntahan di lantai.

Nenekku terbangun dan kaget melihatku jongkok dengan muntahan di lantai. Untung sekali ruang tamu sudah mati sehingga nenekku tidak melihatku dengan pejuh Bambang di wajahku. Aku pura-pura bilang bahwa aku sakit kepala. Nenekku kemudian kembali tidur. Aku kemudian membersihkan muntahanku dalam kegelapan dengan air mata.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now