37

3K 67 4
                                    

Maaf sekali aku lama update karena sebenarnya aku sedang berduka. Nenekku meninggal beberapa minggu yang lalu. Tentu saja aku tahu bahwa pada akhirnya nenekku akan meninggalkanku. Tapi aku tak menyangka bahwa dia akan meninggalkanku secepat ini. Orang tuaku sudah tidak ada dan dia adalah satu-satunya orang yang dekat denganku.

Sepeninggal nenekku, seluruh saudara jauh datang. Mereka semua bersedih tentu saja karena nenekku adalah satu-satunya benang merah yang menyatukan kami semua. Mereka semua menemaniku dan memastikan bahwa rumah ini disiapkan untukku. Bagusnya tidak ada satu pun keluarga serakah dan meributkan harta peninggalan nenekku. Mungkin karena mereka semua sudah kaya.

Satu per satu anggota keluarga akhirnya pulang. Yang tersisa adalah Bulik Rahayu dan Paklik Damar. Bulik Rahayu adalah anak nenekku paling terakhir. Dari semua saudaraku dia memang yang paling dekat dengan aku. Bulik Rahayu tinggal untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Sampai akhirnya dia harus balik ke Solo karena dia harus lanjut mengurus bisnis cateringnya.

Bulik Rahayu memaksa suaminya untuk tetap tinggal sampai seminggu lagi karena dia khawatir aku tinggal sendirian meskipun sebenarnya aku sudah mengatakan berulang-ulang kali bahwa aku akan baik-baik saja. Di dalam hati sebenarnya kalau boleh jujur aku diam-diam bahagia. Bagaimana tidak bahagia, Paklik Damar ini gagah sekali.

Dia bekerja ikut mengurusi bisnis catering Bulik Rahayu yang memang sudah besar. Dia biasanya lebih mengurusi ke delivery dan stok bahan-bahan. Paklik Damar badannya tinggi tegap. Tingginya mungkin sekitar 180-an. Badannya keras meskipun sekarang perutnya buncit. Tapi tanda bahwa dulu mudanya dia gagah perkasa sangat kelihatan. Lengannya besar dan masih berotot. Sebelum dia bertemu dengan Bulik Rahayu dia bekerja sebagai security di salah satu pabrik rokok di Kudus.

Kulit Paklik Damar berwarna cokelat muda. Tatapan matanya keras tapi sebenarnya orangnya baik dan suka bercanda. Rahangnya kokoh sekali. Waktu aku masih kecil aku tidak tahu kenapa aku suka sekali dipangku olehnya. Sekarang aku tahu kenapa.

Aku sering sekali papasan dengan Paklik Damar setelah dia keluar dari kamar mandi. Dia hanya mengenakan handuk dan aku bisa melihat dadanya yang keras dan pentil cokelat tuanya yang menonjol. Laki-laki dewasa dengan bau sabun dan badan yang menggiurkan tentu saja membuatku ngaceng. Hampir setiap malam aku coli sambil membayangkan kontolnya merojok lubangku.

AKu dan Paklik Damar ada di mobil berdua sepulang mengantarkan Bulik Rahayu dari stasiun. Sepanjang perjalanan kami hanya diam karena aku tidak tahu harus ngobrol apa. Duduk di samping Paklik Damar dan menatap lengannya yang kuat memegang setir membuatku deg-degan. Berkali-kali aku melihat tonjolan celananya yang menggembung. Aku membayangkan seperti monster yang ada di balik celananya. Bulik Rahayu memang hebat. Dia sungguh beruntung sekali mendapatkan suami seperti Paklik Damar yang tidak hanya baik tapi juga menggairahkan.

"Ada semut?" tanya Paklik Damar tiba-tiba.

"Hah?" Aku kaget.

"Kamu dari tadi ngelihatin paha Paklik. Ada semut?" Tanyanya sambil tertawa.

"Oh nggak. Hahaha..." Aku memikirkan bagaimana cara berbohong. "Itu celananya bagus. Beli dimana?"

Paklik Damar kemudian menepuk pahanya. "Nggak tahu. Ini bulikmu yang beli."

Paklik Damar kemudian menggaruk selangkangannya. Aduh jantungku deg-degan. Aku memperhatikan ini yang akhirnya membuat Paklik Damar menjelaskan sesuatu. "Gatel. Kayaknya perlu beli sempak soale aku nggak bawa sempak banyak."

"Yaudah kita nanti mampir Indomaret apa gitu Paklik," kataku.

Dan karena iseng aku menambahkan, "Tapi itu gatel beneran atau karena udah kangen sama Bulik."

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now