4

8.2K 111 2
                                    

Setelah keluar dua kali malam itu, kami tertidur. Karena tidak ada selimut dan cuman ada sarung, Mas Nando memaksa aku masuk ke sarungnya bersamanya. Mas Nando kemudian memelukku. Sebelum memelukku dia bilang, "Lo gue peluk nggak bakalan baper kan anjing?"

Jantungku berdegup kencang karena mencium aroma tubuhnya sedekat ini membuatku mabuk kepayang. "Nggaklah," kataku sok yakin. "Mana mungkin."

"Baguslah kalo gitu," katanya di telingaku, terdengar sangat renyah. "Males gue kalo sama orang baper. Gue lagi nggak butuh masalah sekarang," katanya.

"Nggaklah."

Mas Nando kemudian merangkulkan tangannya ke badanku. Jemarinya yang kapalan menggosok pentilku. Aku langsung ngaceng.

"Kulit lo alus banget lagi kayak cewek. Enak meluknya," katanya.

Mas Nando meremas-remas pentilku lagi. Membuatku menggelinjang. Kami berdua telanjang di dalam sarung. Otomatis aku langsung bergoyang. Badanku bereaksi ketika jemarinya yang kapalan itu menggosoki dan mempermainkan pentilku. Ketika pantatku bergoyang, aku merasakan kontol Mas Nando terasa panas di pantatku. Perlahan tapi pasti kontol Mas Nando akhirnya mengeras.

"Lo jangan gerak-gerak terus, nanti gue ngaceng gue entot lo," katanya.

"Ya abisnya," kataku sambil mendesah. "Mas Nando elus pentilku terus. Jadi sange sayanya."

"Lo jangan-jangan dulu harusnya cewek ya. Kok pentil dipegang jadi sange."

"Nggak tau," kata saya.

"Yaudah. Gue berenti nih."

"Iya jangan diterusin," kataku. "Nanti aku jadi pengen isep kontol Mas Nando."

"Lo beneran baru pertama kali isep kontol?"

"Kenapa emangnya Mas?"

"Ya nggak percaya aja gue. Masa baru pertama kali udah canggih."

"Emang iya? Kan Mas Nando masih sering ngomel kena gigi."

"Iya sih. Tapi gue suka banget ngeliat lo kayak semangat banget ngisep kontol gue. Kayak lo nggak bisa idup tanpa kontol gue di dalam mulut lo."

"Ya nggak tau sih."

"Emang rasanya gimana?" Tanyanya, elusannya di pentilku semakin intens. Membuatku terus bergerak gerak dan membuat kontolnya makin mengeras.

"Enak Mas Nando. Asin enak. Rasanya kayak seneng aja aku bisa nyenengin Mas Nando."

"Anjing, jangan goyang, makin sange gue."

"Abis enak hmmmppphhhh digituin pentil saya."

"Lo mau nggak jadi bini kedua gue?"

"Maksudnya gimana tuh Mas Nando?"

"Ya maksudnya lo mau nggak gue jadiin pemuas nafsu gue?"

"Saya dikasih apa aja?"

"Pake nanya lagi dasar perek."

"Saya beneran nggak tau Mas Nando hmmpphhh enak..."

"Ah anjing lo emang," katanya langsung bangkit dan memaksa membuka mulutku dan memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Dia langsung mengentoti mulutku. Menghujamkan kontolnya yang besar dan tegang sekali ke dalam mulutku. Aku tak punya pilihan lain selain menjilati dan menghisap dalam-dalam. Aku sudah dua kali menerima pejuh Mas Nando dan aku masih kehausan. Kalau Mas Nando tidak ada sepertinya aku akan merasa sangat kehilangan. Pejuhnya seperti oksigen sekarang. Aku tak bisa hidup tanpa pejuh Mas Nando.

"Gimana?" Tanyanya sambil tersengal-sengal. Pinggulnya maju mundur mengentoti mulutku. "Udah ngerti nggak lo sekarang?"

"Hmapskjdhjskskam..." kataku mencoba menjawab dengan kontol besarnya masih ada di dalam mulutku.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now