47

3.5K 67 2
                                    

Aku sedang entah ada dimana dengan dua kontol polisi memenuhi lubangku dan aku sudah hampir lupa bagaimana ada di posisi ini.

Tadi sepulang sekolah aku diajak untuk main ke rumah Deni. AKu mengiyakan karena di rumah tidak ada siapa-siapa. Paklik Damar sudah kembali ke rumahnya dan aku tidak bisa melarangnya walaupun aku kangen sekali sarapan kontolnya. Ada perasaan yang mengasyikkan ketika tidur dipeluk oleh laki-laki gagah dan bangun dengan kontol di mulut. Paklik Damar tidak pernah keberatan. Katanya dia suka aku memanen pejuhnya setiap pagi.

Sampai di rumah Deni ternyata aku kebosanan karena Deni malah asyik main game daripada ngobrol denganku. Kemudian dia malah pergi entah kemana dan nggak balik-balik. Aku di kamarnya sendirian bosan. Jam setengah sembilan malam aku tanya dia dia kemana. Deni menjawab pesanku dengan, "Lah gue lupa ada lo di rumah."

Aku akhirnya memutuskan untuk mau pulang ketika aku berpapasan dengan Bapak Deni.

"Lho ada kamu," katanya.

"Iya Om."

Di kepalaku yang ada justru kontol bapak deni yang besar memenuhi tenggorokanku. Aduh jadi pengen dientot. Sudah lama aku tidak merasakan kontol memenuhi lubangku.

"Deni mana?" Tanyanya.

"Pergi, Om. Saya pamit ya," kataku.

"Kamu ada acara nggak?" Tanya bapak deni.

AKu menggeleng. Apapun aku iyakan. Kali saja aku beruntung malam ini dan mendapatkan kontol bapaknya deni. Jujur, bapaknya deni seksi banget. Selain dia aparat, cara dia memperlakukanku yang seperti lonte membuatku sangat bergairah. Nggak tahu kenapa kalau aku melayani pria sejati yang mengata-ngataiku, gairahku naik dengan tajam.

"Yaudah, kamu ikut saya ya." Katanya.

Masuklah kami ke dalam mobilnya kemudian kami pergi entah kemana. Aku terus memperhatikan gundukan celananya yang menggiurkan. Suasana begitu sepi. Kemudian entah kenapa aku memberanikan diri untuk memegang pahanya dan mulai mengelus jendolannya.

Bapaknya Deni tertawa. "Kamu udah nggak tahan ya?"

"Udah lama enggak, Om," kataku jujur.

"Kamu udah sering main sama laki-laki?" Tanyanya.

"Lumayan, Om."

"Kamu sukanya kayak gimana?" Tanyanya.

"Yang kayak kemarin aku suka Om. Tapi aku juga pengen sih dientot."

"Kamu suka dikasarin?" tanyanya.

"Suka banget Om."

"Dikencingin pernah?"

"Kalau orangnya seksi aku suka Om."

Bapaknya Deni entah kenapa malah tersenyum senang. AKu jadi deg-degan.

Aku kemudian dibawa entah ke sebuah parkiran lalu masuk sebuah lobi hotel yang asing sekali tapi warnanya gelap dan kemerahan. Kemudian aku dan bapaknya deni masuk ke sebuah kamar. Didalamnya sudah ada dua pria seumuran bapaknya deni. Yang satu minum bir. Yang satu sedang menghirup seperti bubuk putih di meja. Narkoba. Aku hampir saja melarikan diri karena takut ditangkap. Tapi aku keingetan kalau mereka semua polisi.

"Nih gue bawa nih yang gue kemarin ceritain," kata bapak deni sambil menutup pintu.

Yang memegang bir kulitnya putih dan botak tapi wajahnya ramah. Senyumnya manis sekali. "Wah muda banget."

"Kesukaan lo kan Iwan?" Tanya bapaknya deni.

"Sini duduk di atas paha om..." kata Om Iwan. AKu menurut. Begitu aku duduk, dia langsung menarik kaosku dan menjilati pentilku. AKu langsung mendesah dan memegang rambutnya.

Petualangan Si BinalWhere stories live. Discover now