Di minggu pagi yang cerah ini aku sudah tiba di halaman rumah Kak Aksa. Seperti yang Kak Aksa bilang kemarin lusa perihal merayakan ulang tahun adiknya, akhirnya aku datang bersama Mbak Ryuka.
Rumahnya tampak sederhana tetapi juga ada sentuhan mewahnya. Terdiri dari 2 lantai dan di dominasi warna cream.
"Tuh, kan, pialanya dipajang disini semua. Emang sengaja bikin ibu-ibu tetangga pada iri." ujar Mbak Ryuka begitu kami masuk ke ruang tamu.
"Tasya!!" Mbak Ryuka berteriak memanggil seseorang yang sepertinya itu adalah adiknya Kak Aksa.
"Halaman belakang, Mbak!!"
Setelahnya aku berjalan mengikuti langkah kaki Mbak Ryuka yang mengarah ke halaman belakang. Disana ada seorang gadis dengan tinggi semampir, rambut hitam legam yang ia kuncir kuda, dan kulih kuning langsat sedang merapikan meja-meja.
"Aksa sama Ibu mana?"
Pertanyaan Mbak Ryuka langsung membuat gadis bernama Tasya itu menoleh. "Per— eh, siapa ini? cewenya Kak Aksa, ya?"
Matanya berbinar, persis sekali seperti mata Kak Aksa saat memperhatikan lukisan waktu itu. "Kak Kirana, ya?" ia bertanya dan mendekat sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan.
"Iya." aku tersenyum sambil menjabat tangannya.
"Mas Aksa cerita banyak soal Kak Kirana!" ia menggandeng tanganku kemudian menatap Mbak Ryuka. "Mbak, maaf, tolong rapihin mejanya, ya! aku mau ngobrol sama Mbak Kirana sambil beresin ruang tamu!" kemudian Tasya menggandengku untuk masuk.
"Kak Aksa cerita banyak soal Mbak Kirana," ujarnya begitu kami sudah sampai di ruang tamu. Tasya tertawa ringan. "Sebenernya nggak ada yang mau dirapihin, sih. Ke kamar aku aja yuk, Mbak."
Aku menggaruk tengkuk-ku yang sama sekali tidak gatal. "Eh... itu... Mbak Ryuka nggak apa-apa ditinggal?" ucapku karena merasa tidak enak dengan Mbak Ryuka.
"Nggak apa-apa. Udah gede dia, mah."
Selanjutnya aku mengikuti Tasya untuk naik ke lantai atas. Di dinding-dindingnya ada beberapa foto yang terpajang. Di antaranya ada foto keluarga, foto masing-masing, dan foto tempat-tempat yang apik.
Tiba-tiba Tasya berhenti di tengah-tengah tangga. "Lihat, ada foto Malioboro. Ini yang ngambil fotonya Mas Aksa, terus dicetak dan dipajang disini," Tasya menatapku dengan senyumannya. "Kalau Mbak Kirana mau tahu, foto tempat yang dipajang ini tuh foto tempat yang berharga. Dan pas aku tanya Mas Aksa kenapa Malioboro dia pajang disini katanya karena itu tempat pertama Mas Aksa ketemu sama Mbak Kirana."
Tasya tertawa ringan kemudian melanjutkan langkahnya. "Lucu ya kalian."
Sedangkan aku kini diam-diam mengulum senyum tipis. Sangat tipis, saking tipisnya bahkan nyaris tidak terlihat.
Di lantai atas ada 4 ruangan, dan salah satu ruangannya adalah kamar milik Tasya.
"Tadi Mas Aksa bilang kalau Mbak Kirana udah dateng dan dia belum pulang, katanya suruh ajak ngobrol. Kata Mas Aksa, Mbak Kirana tuh agak pendiem sama orang baru. Makanya Mas Aksa nyuruh aku ngomong terus." ujar Tasya disaat kami memasuki kamarnya.
Kamarnya begitu minimalis, tampak seperti kamar orang yang sangat rapi dan perfeksionis. Ada beberapa poster orang korea juga rupanya.
"Kamu suka Jungkook, juga?" ujarku begitu melihat foto Jungkook yang ada di atas meja belajarnya.
Mata Tasya melebar. "Kok Mbak tahu? suka juga?!"
"Iya."
Dengan senyum lebarnya Tasya langsung berseru. "Kapan-kapan kita harus ke event Jungkook barengan ya Mbak!" serunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara dan Yogyakarta
Fanfiction[kim namjoon lokal story] Kak Aksa, seperti katamu dulu, mengabadikan seseorang di dalam lagu itu sebuah hal yang biasa, yang luar biasa itu ketika mengabadikan seseorang menjadi sebuah tulisan-menjadi sebuah buku. Karena berarti orang itu istimewa...