7: Pameran seni dan riuhnya kepala

22 3 0
                                    

Minggu ke 2: Pameran seni

Kak Aksa
Besok udah minggu
Mau kemana?

Kirana
Kenapa nanya aku deh?
Kan yang mau pergi kak Aksa

Kak Aksa
Aku mau ngajak kamu ke pameran seni
Tapiiiii
Kayaknya kamu nggak tertarik

Kirana
Ayo
Tertarik kok
Buat kebutuhan instastory nih

Kak Aksa
Oke, besok jam 8
Aku jemput pake gocar

Kirana
WKAKWKWKWKWK
Belajar motor sana

Kak Aksa
Ogah

Kirana
Cih
Aku jemput di rumah kak Aksa aja gimana

Kak Aksa
Ogah
Hancur harga diriku

Kirana
WKWKWK APA SIH NGGAK JELAS
Yaudah, jam 8 ya

Pesan dari Kak Aksa semalam berhasil membuatku berdiri di depan pintu pameran seni yang tak jauh dari Malioboro. Sebenarnya aku tidak tertarik dengan hal seperti ini- kecuali untuk kebutuhan instastory saja.

Tetapi sepertinya Kak Aksa begitu tertarik. Sedari tadi ia terus memperhatikan setiap seni yang ada dengan cukup lama, seolah-olah ia benar-benar masuk ke dalam sebuah seni yang ia pandangi dengan lama itu.

Sedangkan aku hanya berdiri sejenak di lukisan yang dipamerkan, kemudian memotretnya dengan angle yang harus bagus dan aesthetic, kemudian melakukan hal yang sama pada lukisan yang lain.

Kak Aksa masih setia berdiri di depan sebuah lukisan abstrak. Mungkin sudah sekitar 5 menit ia berdiri sambil memandangi lukisan di hadapannya.

Di 2 menit pertama aku melihat seorang ibu paruh baya juga memandangi lukisan tersebut, kemudian tampak mulai berbicara dengan Kak Aksa. Sebelum akhirnya beliau pergi menuju ke lukisan yang lain.

Aku masih setia berdiri, tetapi bukan untuk memandangi lukisan yang sama, tetapi untuk memandangi rupa Kak Aksa sambil bertanya-tanya perihal apa yang membuat menarik lukisan abstrak tersebut.

Tetapi aku tidak berani untuk bertanya kepadanya sekarang, sepertinya Kak Aksa masih memahami atau mungkin menikmati setiap goresan canvas tersebut.

Aku memandangi sekitar. Ternyata banyak orang yang seperti Kak Aksa, berdiri mematung di depan canvas, kemudian menatapnya dalam-dalam.

Sedangkan aku? aku juga sepertinya sama dengan sebagian lagi yang lain. Yang hanya memandang sejenak, memotret, kemudian pergi hanya untuk mengulangi kegiatan memotret tadi.

"Ini lukisan abstrak semua, ya?" tanyaku begitu Kak Aksa sudah melepaskan pandangnya dari lukisan yang ada dihadapannya.

"Iya. Kenapa? bingung, ya?" tanyanya sambil terkekeh.

"Banget. Aku nggak tahu apa yang harus diperhatiin, aku nggak tahu juga apa yang harus dimengerti. Orang-orang kelihatan menikmati banget, bahkan tadi ada yang matanya berkaca-kaca. Tapi aku nggak bisa lihat apa yang mereka lihat." keluhku pada akhirnya.

"Terus, Kak Aksa tadi juga berdiri lumayan lama di depan lukisan yang menurutku kayak... kenapa Kak Aksa rela berdiri cukup lama cuma buat merhatiin satu lukisan aja?"

Dengan senyum manisnya, Kak Aksa mulai berbicara sambil mengajakku untuk berkeliling.

"Karya seni abstrak emang beda, Na. Seringnya ada beberapa garis dan warna yang ketimpangan, tapi kalau kamu bisa menikmatinya, kamu bakalan tahu apa makna setiap goresan yang dituang sama penulis." Kak Aksa menambahkan. "Jangan terlalu keras buat mencoba memahami, perhatiin aja detailnya, kalau nggak ngerasain apa-apa yaudah. Nggak semua lukisan dapat menarik perhatian kamu."

Aksara dan Yogyakarta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang