16 : Bohong

11 1 0
                                    

Tempat ke 6 : Bioskop

Kak Aksa
sore nonton yuk na

Kirana
buset
nonton apa

Kak Aksa
film
di bioskop

Kirana
oooh
ada film apa emang

Kak Aksa
horor sih
berani nggak?
nggak berani ya? wkwkwkwkk

Kirana
enak aja
berani lah
emang gue cewe apaan

Kak Aksa
wkwkwkwk oke

Kirana
ketemu di bioskopnya aja kak

Kak Aksa
kenapa?
aku kan juga pengen jadi cowo gentle yang datengin kost cewenya

Kirana
(sahabat) cewenya
kasihan nanti Kak Aksa capek ke kost ku naik sepeda terus ujung-ujungnya juga pake gocar :))))

Kak Aksa
loh siapa yang bilang bakalan pake gocar :))))
aku nanti ke kostmu, terus kamu boncengin aku pake motor maticmu itu
:)))))

Kirana
:))))))
yang bener ajeee :))))

Kak Aksa
:))))))

Kirana
oke lah :))))

Dan benar saja, sore ini Kak Aksa sudah mendudukan diri di belakangku. Text dia yang mengatakan bahwa aku akan memboncengkan dia itu bukan candaan semata.

"Dulu kayaknya ada yang bilang harga dirinya bakalan hancur kalau bonceng aku." kataku sedikit kencang karena kami tengah berada di jalan raya, takut Kak Aksa tidak mendengar dengan jelas apa yang aku katakan.

Dengan wajah yang berada di sampingku untuk mendengar dengan baik, Kak Aksa menjawab. "Iya, tapi sekarang kayaknya harga diriku cuma tinggal nol. Pasti minggu lalu ibu udah bicara yang macem-macem sama kamu."

Aku tertawa. Sudah saatnya aku mengerjai Kak Aksa. "Ooh, iya, sih. Katanya Kak Aksa suka ngompol, ingusan, dekil, ter—" ucapanku tak selesai karena Kak Aksa sudah memotong terlebih dahulu.

"Aku nggak pernah gitu, ya, Na! itu pasti cuma karanganmu aja."

"Bener kok! orang Ibu Ning ngomong gitu!"

"Heh belok!"

Kami sudah tiba di parkiran mall. Kak Aksa tetap mengungkit hal tadi, terus menerus mengatakan bahwa ia tidak berbuat demikian. Padahal aku juga hanya mengarang, tetapi tetap saja, Kak Aksa tampak lucu dan lugu disaat-saat seperti ini.

Perdebatan masih berlanjut, kali ini Kak Aksa membeberkan semua hal baik yang pernah ia lakukan kepada ibunya— semata-mata hanya untuk menutupi aibnya yang sepertinya tidak pernah ada itu.

Sampai di ruangan untuk menunggu film dimulai pun Kak Aksa masih sibuk menceritakan bagaimana kebaikannya saat masih kecil, aku kagum sekaligus tertawa geli secara bersamaan.

"Aku nggak takut kodok, Na! serius, aku bisa nangkep 1000 kodok buat kamu kalau kamu mau." ujarnya yang sontak membuatku tertawa.

Lumayan lah untuk mendistraksi pikiranku sebelum akhirnya menonton film horor. Sejujurnya aku paling tidak suka film horor, tidak pernah suka dengan segala jumpscare yang mereka buat.

"Kamu beneran nggak takut?" Kak Aksa memastikan untuk yang ke empat kalinya. Tetapi sama seperti sebelumnya, ia bertanya dengan nada yang mengejek.

Maka dengan kadar percaya diri yang sudah diatas rata-rata, aku mengangguk. "Nggak, lah. Udah biasa."

Aksara dan Yogyakarta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang