Kak Aksa, kamu adalah salah satu ciptaan Tuhan yang paling baik.
Sudah hampir 2 minggu berlalu sejak kejadian di Malioboro itu. Kak Aksa agaknya membual perihal kita akan sering bertemu, nyatanya aku tidak pernah bertemu lagi dengannya. Lagipula aku juga begitu bodoh, sih. Tidak mungkin di kampus sebesar ini aku akan dengan mudah menemukan keberadaan Kak Aksa.
"Hari ini katanya anak akuntansi angkatan kemarin bakalan tanding sama anak akuntansi angkatan kita." begitu kata temanku- Anjani, kala kami duduk di taman fakultas.
Kami bertiga memang memutuskan untuk tidak langsung pulang ke kost karena hari dirasa masih siang. Kata Anjani terlalu dini untuk pulang dari kampus.
Anjani menambahkan. "Yang jelas bukan kelas kita, ya. Akuntansi B yang nerima tanding. Cowok kelas kita lembek-lembek gitu, mana bisa main voli."
Kami sontak tertawa atas gurauan Anjani. Memang, sih, kelas ku para prianya memang begitu lembut. Tidak terlihat seperti cowo atlet.
"Akuntansi angkatan kemarin tuh berarti punya Kak Hardian, ya??" tanya Senja.
"Iya! Aduh, nanti nonton yuk. Mau lihat kak Hardian." kata Anjani sambil tersenyum genit.
Sedikit tentang Kak Hardian, ia kemarin adalah ketua koordinasi pkkmb tingkat fakultas yang dikenal dengan keramah-tamahannya. Dia selalu tersenyum, menyapa, bergurau hingga bergosip dengan setiap orang yang ditemuinya.
Mungkin Anjani juga salah satu manusia yang disapa oleh Kak Hardian dengan begitu ramahnya.
Jika bisa diibaratkan, mungkin Kak Hardian adalah sebuah mentari? Sungguh, senyumnya indah dan cerah sekali. Aku tidak membual tentang hal itu.
"Kamu mau ikut nonton pertandingannya nggak, Na?" tanya Anjani kepadaku.
Aku menggeleng. "Nggak ah, panas, nggak minat, mending tidur."
Anjani berdecih. "Yaelah, kapan lagi lihat Kak Hardian keringetan???"
Aku tertawa dan kemudian tetap menggeleng, tanda penolakan.
Mau bagaimanapun Kak Hardian bertingkah, ia tetap tidak bisa memberikanku debar seperti halnya Kak Aksa memberikanku debar.
"Kak Aksara juga ikut, ya, berarti? Dia anak akuntansi juga, kan?"
Pertanyaan Senja menarik perhatianku. Jadi Kak Aksa anak akuntansi juga? Aku baru tahu.
Anjani mengangguk. "Iya, lah. Kan itu bestie-nya Kak Hardian. Kak Hardian tanpa Kak Aksa ibarat indomie kuah tanpa hujan."
Tangan Senja bergerak memukul pelan kepala Anjani. "Jelek banget anjir pengibaratan lo."
"Serius, njir! mereka nempel mulu. Nggak melulu, sih, tapi seringnya barengan terus."
"Lagian kok Kak Aksa mau, ya, temenan sama Kak Hardian." Senja tertawa yang langsung mendapat layangan protes dari fans nomor satu Kak Hardian- Anjani.
"Heh! Kak Hardian tuh keren tau!"
"Iye iyee, tapi kalau dibandingin sama Kak Aksa mah ya jauh bosss." kata Senja yang si fans nomor dua Kak Aksa.
Karena yang nomor satu adalah aku.
Dengan tampak berat hati Anjani mengakui fakta tersebut. "Iya, sih. Kak Aksa kan pinternya kebangetan."
Senja berdeham, bersiap untuk memberikan tambahan yang panjang. "Kak Aksa itu, ya, buat kalian yang belum tahu. Dia tuh rumornya IPK 4, terus pernah juga menangin juara nasional, anak seni abis, anak band juga, tapi cuma bagian nyiptain lagu doang sih. Dia juga pinter basket, sepak bola, voli." Senja menggelengkan kepalanya. "Eh buset, itu cowo apa ya yang nggak bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara dan Yogyakarta
Fanfiction[kim namjoon lokal story] Kak Aksa, seperti katamu dulu, mengabadikan seseorang di dalam lagu itu sebuah hal yang biasa, yang luar biasa itu ketika mengabadikan seseorang menjadi sebuah tulisan-menjadi sebuah buku. Karena berarti orang itu istimewa...