Sudah hampir 2 minggu lebih berlalu. Aku dan Kak Aksa baik-baik saja. Kami mulai tidak canggung satu sama lain. Kak Aksa juga sudah sering mengatakan gombalan pasaran yang sayangnya juga membuat pipiku bersemu merah.
Tetapi ada di beberaa sisi aku sudah mulai nyaman, yang sayangnya bukan nyaman seperti yang aku inginkan. Terkadang aku merasakan bahwa aku nyaman sebagai,
teman.
Tentu saja itu membuatku bertanya-tanya perihal apakah Kak Aksa juga merasakan hal yang sama. Nyaman sebagai teman.
Tetapi itu hanya sebagian kecil, sebagiannya lagi tetap menginginkan lebih. Tetapi tidak selebih beberapa waktu yang lalu.
Aku menghela napas panjang. Minggu ini sudah memasuki minggu tenang, aku benar-benar ingin menenangkan diri. Bahkan ajakan Kak Aks suntuk sekedar jalan-jalan sore saja aku tolak. Agak terkesan jual mahal, ya? tetapi aku benar-benar malas.
Kak Aksa
oett
nggak mau night walk bareng, nih?Kirana
dibilang enggak
tembok pertahananku nggak bakalan runtuh
lagian kenapa pengen night walk sih, masuk anginKak Aksa
ya soalnya kalau night drive nggak bisa :)))))
kecuali kamu yang boncengin :))))Kirana
:)))))
males banget kalau udah begini :)))Kak Aksa
ayo na
kangenKirana
malesssssssKak Aksa
aku kesana, ya?Kirana
ya kesini aja, tapi aku tetep nggak mauKak Aksa
lucu ya
ini kita kayak dipingitKirana
:')))))
udah ah, aku mau tidur lagiKak Aksa
baru jam 5 sore
pamaliSaat menutup room chat Kak Aksa, tiba-tiba ponselku berdering. Aku pikir itu panggilan dari Kak Aksa, tetapi ternyata itu dari Theo.
"NA."
"Apasih teriak-teriak." gerutuku.
Dengan grusak-grusuk, Theo berbicara lagi. "Gue lupa kalau ibu gue sekarang ulang yang tahun, njir!"
Aku menjawab dengan ekspresi terkejut yang tentu saja Theo tidak bisa lihat. "Hah? kok lo oon banget sih?"
"Gue baru buka status whatsapp ibu gue! mana si Jemi tai itu tahu tapi nggak bilang ke gue lagi anjing."
Kini aku tergelak. "Ya elu tahu darimana kalau si Jemi tahu???"
"Status whatsapp ibu gue kan isinya temen-temen yang ngucapin ultah, Na. Terus Jemi juga ngucapin. Mana captionnya gini lagi, 'Terimakasih nak Jemi yang baik sudah ingat ulang tahun Ibu walaupun bukan anak ibu', tapi kan si Jemi tahunya juga gara-gara nonton sw!" Theo berbicara dengan intonasi yang menggebu-gebu.
"Ya lo ucapin sekarang aja, dong. Tinggal 6 jam lagi menuju pergantian hari."
"Itu masalahnya. Gue kalau ngucapin nggak pake kado tuh pasti udah di sindirin, Na! Tahu nggak sih, ibu-ibu sosialita? ya kayak gitu."
"Ya tinggal beli kado."
Lantas Theo terkekeh. "Nah itu juga masalahnya. Temenin gue beli kado."
"Males, sumpah gue beneran males."
"Na, masa gue ajak Jemi, sih? dia seleranya nggak bagus. Lo cuma satu-satunya wanita yang nggak bakalan baper kalau gue ajak jalan-jalan ke mall."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara dan Yogyakarta
Fanfiction[kim namjoon lokal story] Kak Aksa, seperti katamu dulu, mengabadikan seseorang di dalam lagu itu sebuah hal yang biasa, yang luar biasa itu ketika mengabadikan seseorang menjadi sebuah tulisan-menjadi sebuah buku. Karena berarti orang itu istimewa...