My Youth

49 7 4
                                    

Tiara tersenyum di depan cermin saat ia baru saja selesai acara dengan pakaian dan riasan di wajahnya. Gadis itu memakai kemeja hitam dilengkapi dengan kain batik sebagai roknya, dilengkapi beberapa aksesoris yang terpasang di leher dan juga pergelangan tangannya.

Kini Tiara berada di ruang tunggu, tepatnya di Gramedia, Jl. Merdeka, Bandung. Ia baru saja menerbitkan novelnya yang berjudul "My Youth", dan kini Tiara tengah baru saja selesai acara meet & greet penulis dimulai.

Ceklek

Tiara menoleh ke arah pintu dan mendapati Haikal yang masuk ke dalam ruangan dengan buket bunga yang cantik di tangannya. Gadis itu tersenyum ke arah Haikal yang tentu saja langsung dibalas dengan senyuman yang tak kalah hangat.

"Hai."

Tiara tersenyum. "Haii."

"Cantik," puji Haikal seraya memberikan buket bunganya kepada Tiara.

"Terima kasihhh, gantengg. Cantik banget bunganyaaa."

"Kamu lebih cantik, sayanggg. Peluk dulu dongg pacarnyaaaa," balas Haikal seraya merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari gadisnya.

Tiara terkekeh pelan. Ia menyimpan buket bunganya di atas meja kemudian langsung berhambur ke dalam pelukan Haikal, memeluk erat tubuh sang kekasih.

Tangan Haikal melingkar pada tubuh gadisnya. Ia mengelus pelan puncak kepala Tiara alih-alih mengecupnya singkat.

"Selamaat, yaaa."

"Makasihhh, Ekaal. Makasih udah support aku penuh dipenerbitan novel ini, Kal," balas Tiara yang ternyata semakin mengeratkan pelukannya.

"Sama-sama, sayang. Kamu hebat banget. Nulis novel ini selama kamu kuliah, terus bisa terbit pas kamu masih semester 5 gini. Proses yang panjang dan berat banget buat kamu, sayang. Aku bangga pisan."

Tok tok

Ceklek

Tiara tersenyum tipis saat si tokoh utama dalam novelnya masuk ke dalam ruangannya. Terlihat Anrez berjalan mendekat ke arahnya dengan senyum terbaiknya.

"Hai, Ra. Hai, Kal."

Haikal tersenyum. "Aku keluar dulu deh, kalian ngobrol aja, ya."

"Eh, enggak apa-apa kok. Maneh di sini aja, Kal," cegah Anrez tidak enak.

"Teu nanaon da, sok weh." (Enggak apa-apa kok, sok aja.)

Haikal pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Tapi, cowok itu tidak menutup pintunya. Pintu ruangan itu ia biarkan terbuka lalu meninggalkannya untuk memberi ruang kepada Tiara dan Anrez.

"Selamat, Ra."

Tiara tersenyum. "Makasih, Anrez."

"Aku kaget pas ada kiriman novel ke rumahku. Pas aku liat, ternyata nama kamu penulisnya. Makasih, ya."

"Makasih juga udah izinkan aku buat tulis cerita kita, Anrez," balas Tiara.

Anrez mengangguk seraya tersenyum. "Sama-sama. Aku baca novelnya bareng sama pacarku. Dia sendiri suka sama tulisan kamu, Ra."

"Terima kasih banyak. Tolong titip salam buat pacar kamu, ya, Anrez."

Anrez mendudukkan tubuhnya tepat di hadapan Tiara setelah ia menarik bangku kosongnya. Ia menatap lekat wajah Tiara yang sudah lama tidak ia lihat lagi sejak mereka berpisah.

"Ra, kamu bahagia sekarang?"

Tiara mengangguk cepat. "Aku bahagia sekarang, Anrez."

"Aku lega dengarnya. Maaf, ya. Maaf, aku sudah kasih kamu luka sedalam itu. Aku enggak sadar. Aku ikut sedih begitu tau kamu sehancur itu setelah aku pergi."

My Youth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang