Chapter 46

46 7 2
                                    

Bandung, 11 Agustus 2023

"Hai, gimana hari ini?" tanya Haikal. Ia mendudukkan tubuhnya di samping Tiara yang tengah duduk di bawah lantai, sebelah ranjang dengan melihat ke arah jendela. Kebiasaan Tiara saat sedang sedih, pasti di sini. Sampai sekarang.

"Ra, kenapa ngelamun?" tanya Haikal mulai khawatir. Tiara menatap lurus ke arah jendela dengan tatapan kosongnya. Ia baru melihat gadis itu seperti ini lagi semenjak mereka pergi ke psikolog. Semenjak Tiara pergi ke psikolog, syukur kondisi Tiara membaik hari demi harinya.

Sumpah, Haikal sedih sekali melihat Tiara yang sedang hancur-hancurnya pada saat itu. Maka dari itu, Haikal tidak pernah meninggalkan Tiara sendirian lagi. Haikal selalu datang ke rumah Tiara setiap hari dan ia selalu menemani Tiara untuk kontrol ke psikolog. Haikal selalu menemani Tiara.

Bayangkan, gadis yang ia sayangi selama ini ternyata ada yang salah dari dalam dirinya. Mentalnya berantakan, Haikal sedih. Sebelum ke psikolog, Tiara selalu meminum obat tidur supaya gadis itu bisa tertidur. Gadis itupun pasti selalu membuat barcode di tangannya yang sampai sekarang masih Tiara lakukan apabila Tiara tengah stress atau dalam tekanan, atau ketika gadis itu sedang ingat dengan masa lalunya.

Tapi Haikal yakin kalau esok hari, Tiara pasti akan kembali seperti semula. Tiara akan kembali seperti Tiara yang dahulu dikenal oleh banyak orang. Haikal tidak akan membiarkan Tiara versi itu mati.

"Ra, mau cerita? Hm?"

Tiara menoleh ke arah Haikal lalu tersenyum tipis. Entah kenapa, senyuman itu membuat Haikal meringis. Senyum tipis yang penuh dengan luka, dan Haikal tidak suka dengan itu.

"Cerita, Ra. Ayo, I'm all ears."

Tiara menundukkan kepalanya. Matanya tertuju pada lengannya yang ternyata sudah banyak luka yang mulai mengering di sana. Tiara berhasil menahan dirinya untuk tidak menyayat lengannya selama seminggu. Hebat, Tiara.

"Tadi aku nganter cookies ke rumah Anrez bareng sama Lele."

Oh, iya. Tiara kini mengisi waktu luangnya sebelum memulai kuliah dengan berjualan cookies bersama dengan Kalea, Keyla, Aruna, dan Aal. Alhamdulillah, Tiara keterima di Universitas Dipenogoro jurusan Psikologi lewat jalur mandiri. Gadis itu akan memulai kuliahnya akhir bulan depan alias September.

"Heem, terus?" tanya Haikal meminta untuk Tiara segera melanjutkan ceritanya.

"Ke-trigger. Jujur sekarang aku lagi nahan diri buat enggak barcode, padahal dari tadi otakku berisik banget pengen barcode lagi."

Haikal meraih tangan Tiara dan mengelusnya lembut. "Jangan, ya? Kalau sedih, sini cerita aja sama aku, jangan sakitin diri kamu sendiri lagi, Ra."

"Kal."

"Iya, cantik?" balas Haikal.

"Aku udah sering banget lewatin Bojongsoang sama Anrez. Sepanjang jalan aku ke sana, aku dejavu banget. Sepanjang jalan aku menyalahkan orang-orang lagi yang terlibat di hubungan aku sama Anrez waktu itu."

"Sepanjang jalan aku mikir, kenapa sih waktu itu mereka harus mempermasalahkan masa lalu aku sampai mereka mandang aku kayak mereka mandang ke Arka cuman gara-gara aku mantannya? Aku enggak bisa buat berhenti salahin mereka, aku salahin Anrez, aku salahin diriku sendiri lagi."

"Tadi aku minta Lele buat berhenti di portal blok rumah Anrez aja, karena aku enggak akan sanggup buat berhenti di depan rumahnya. Aku trauma, aku ke-trigger banget. Kenapa susah banget, ya, sembuhnya, Kal?"

Haikal mengangguk. Ia menarik tubuh Tiara untuk masuk ke dalam pelukannya. Hingga sedetik kemudian, tangis Tiara pecah di dalam pelukannya. Tidak apa-apa, Tiara lebih baik menangis di dalam pelukannya dan bajunya basah dibandingkan gadis itu harus memendam rasa sakit dan traumanya seorang diri dan berujung melukai dirinya sendiri lagi.

My Youth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang