Bab 8

15 11 1
                                    

Kelas bahasa Tarfkhii berlangsung dengan sangat menjemukan. Jika boleh dikatakan, aku sama sekali tidak menangkap apa yang guru wanita itu jelaskan pada kami sedari tadi. Aku menyebutnya bahasa alien. Kuperhatikan Delbert dan Jake yang tampak serius memerhatikan ucapan wanita di depan sana. Oh teman-teman, jika kalian paham tolong ajari aku nanti ya!

Tak berapa lama, lonceng pun berdentang pertanda waktu rehat. Syukurlah. Seusai kelas tersebut, hampir semua topik obrolan berkenaan dengan kejadian tadi malam. Kematian Simon. Delbert yang biasa kesal dengan ocehan puisi Simon yang memekakkan kuping, kini tampaknya tengah merindukan kehadiran sang sobat yang biasa mengisi pembicaraan dengan kejenakaannya. Benar-benar miris. Aku sendiri turut berduka cita. Kalian bayangkan saja, teman yang kemarin mengobrol dan bersenda gurau dengan kalian bersama, tanpa ada angin maupun sedikitnya kejanggalan tiba-tiba saja pergi. Bagaimana? Aku tidak mau munafik. Walaupun aku baru berteman dengan mereka selama beberapa hari ini, tapi mereka menyambutku dengan sangat baik dengan perangai mereka masing-masing. Jake si penyabar dan sopan, barangkali mengayomi. Delbert si pengkritik sekaligus sosok yang jujur dan apa adanya, demikian dengan Simon yang ramah dan suka berbuat ulah membuatnya tampak humoris. Mereka adalah trio sempurna jika dikumpulkan secara utuh. Dan sekarang, mereka telah kehilangan salah-satu dari teman baik mereka. Aku bisa merasakan bagaimana perasaan keduanya.

Jake dan Simon berada di asrama yang sama, Asrama Snawalker. Nomor dua dari jejeran. Akan tetapi, walau pun sama, mereka tidak berada di ruang yang sama. Malahan sangat berjauhan. Jake yang berada di ujung terdalam, sedang Simon berada di tengah dekat pangkal pintu. Tapi ternyata, seusai makan malam semalam, ketika kami tercerai berai di aula makan, ternyata Simon tidak langsung kembali ke kamarnya. Dan ketika pukul sepuluh malam, ketika semua para siswa tampaknya telah kembali ke kamar masing-masing, Johanca meraung-raung di atas balkon kamarnya sembari memecahkan apa saja yang ada di sekitar. Tak tahan lagi sekamar dengan orang gila, akhirnya Ruberto memanggilkan seorang penjaga untuk membantu menangani pemuda itu yang tampak sangat stress dan tertekan. Dan kembali, dewan keamanan akademi pun bergerak cepat mengecek setiap sudut akademi untuk mencari siapa lagi korban yang dimaksud. Simon ditemukan sudah tidak sadarkan diri di dalam sebuah peti kayu yang berisi tumpukan kayu api dan arang di belakang gedung aula penjamuan makan malam.

Jake sedari tadi tampak murung, sedangkan Delbert sibuk dengan dunianya sendiri. Melukisan imaji-imaji yang ada di kepala. Kami duduk di bawah salah-satu pohon di luar bangunan. Langit tampak mendung namun tak kunjung hujan. Awan-awan di atas sana saling berarak, barangkali tengah memantau aktivitas di bawah sini dan baru akan menurunkan butirannya ketika kematian kembali berulah.

Setelah kali keempat ini, Johanca akhirnya dipulangkan kepada keluarganya untuk ditangani lebih lanjut. Kondisi pemuda itu dengar-dengar semakin parah saja. Ia berteriak, membanting apa saja yang ada di hadapannya, hingga teman sekamarnya sudah tidak sanggup lagi bersama dengannya.

Dengan dikembalikannya Johanca kepada pihak keluarga, pihak akademi berharap keluarganya dapat memberikan perawatan dan penanganan yang tepat pada Johanca. Beberapa menyarankan untuk memanggilkan seorang Nerty barangkali jika ia memang kerasukan roh jahat.

Berdasarkan penjelasan Jake mengenai Nerty, aku menyimpulkan Nerty adalah seorang yang dipercaya memiliki kemampuan suci untuk menetralkan energi jahat sekaligus buruk pada manusia, maupun benda sekitar. Nerty dipercaya memiliki kuasa sakti yang diturunkan sang pencipta untuk membantu manusia dari gangguan dan keburukan kuasa jahat.

Aku jadi iseng berpikir, apakah sebaiknya aku coba pergi ke Nerty saja untuk membuang kesialan dalam diriku yang barangkali menjadi penyebab mengapa aku selalu menjadi miskin?

Miskin, miskin, mau kemana, miskin? miskin miskin... Sial, reel itu jadi mengalun-alun di kepalaku. Kapan aku tidak terlahir miskin? sudah benar aku mendapat beasiswa ke Inggris ditanggung pemerintah, eh malah tersesat di negeri brengsek dan menjadi miskin kembali.

BACKHARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang