Saat petir menggelegar menyambar awan, suara ketukan pintu bertalu-talu terdengar dan berhasil membangunkannya yang baru terlelap. Jam menunjukkan pukul tiga dini hari, Cavrine seolah sudah bisa menebak tujuan pelaku mengetuk pintunya malam-malam begini.
Ternyata, sosok di ranjang seberang juga tampak sama terganggunya. Saat suara ringisan itu memasuki indera pendengarannya, Cavrine lantas bangkit dari tempat tidurnya dan beralih ke arah pintu untuk membukanya.
Pintu terbuka, menampilkan salah seorang pengajar dengan nama belakang Adrennus berdiri tepat di hadapannya.“Selamat malam Tuan Adrennus, ada yang bisa saya bantu?”
“Mohon maaf jika saya sudah membangunkan Anda, Pangeran. Kami sedang melakukan pengecekan tiap-tiap kamar di setiap asrama. Tolong izinkan saya untuk masuk melihat.”
Cavrine segera mundur dan mempersilahkannya masuk untuk mengecek. Tidak ada apa-apa juga. Dirinya tidak keluyuran untuk menangkap para pembelot itu, pun manuskripnya sudah ia amankan.
Cavrine tahu betul. Dengan cuaca yang suram begini, pasti tengah terjadi sesuatu. Padahal malam kemarin ia baru saja menangkap satu. Entah siapa lagi yang mereka bunuh.
“Anda siswa baru tempo hari lalu, kan?” tanya pria itu pada Fredinant.
Cavrine hanya tahu nama samaran gadis itu. Ia tidak bertanya nama lengkapnya. Tidak penting juga baginya.
“Apa Johanca kembali mengatakan sesuatu?” tanyanya penasaran.
Tentu saja, Cavrine berani bertaruh pasti keadaannya lebih runyam. Tebakannya terbukti saat pria itu memberikan anggukan.
“Oh!” serunya tanpa sadar menutup tangannya di depan bibir.
“Kali ini siapa?”tanya Cavrine akhirnya. Ia hendak memastikan pola pembunuhan ini.
“Simon Alfonso.”***
“Kau mengenalinya?” Di luar dugaannya, gadis itu mengangguk pelan.
Simon Alfonso dari asrama Snawalker. sebelum-sebelumnya ada Gerard Isver Younafth yang ditemukan jatuh di bawah pohon ek, lalu seorang murid tahun kedua bernama Miteus Malbrown. Orang-orang banyak menganggap kematiannya merupakan aksi bunuh diri. Tetapi Cavrine menganggapnya tidak. Itu pembunuhan, dan semua ini adalah pembunuhan, sama seperti kasus putra Count Younafth.
Walau demikian, dari kedua kasus tersebut, mereka berusaha untuk menyamarkan kasus ini agar tidak tampak secara telak seperti pembunuhan. Belum, untuk saat ini belum bisa. Akan sangat berisiko jika masalah tersebut tersorot lebih jauh.
Dampaknya akan merambat hingga pada masalah internal pemerintahan. Selama pelakunya belum ditangkap, Cavrine belum bisa membiarkan ini diketahui oleh banyak pihak lainnya.
Cavrine tahu pasti ini pasti ada sangkut pautnya pada tujuan Snawalker pembelot itu. Tetapi apa? awalnya Cavrine masih tidak memahaminya.
Yang jelas, itu sudah kematian ketiga di tahun ini. Tidak boleh sampai ada korban lagi. Ia mengusahakannya untuk begitu.
“Kau harus cepat pergi dari sini,” katanya terdengar kasar.
Cavrine membayangkan, jika gadis ini mati di akademi, dan penyamarannya terbongkar, akan menjadi seheboh apa lagi keadaannya nanti? Maka dari itu, pemuda itu lebih baik menyuruhnya untuk pergi saja dan menyerah pada misi tersebut.
Bukankah Cavrine sudah cukup baik padanya? Lihatlah, Ruel. Aku bahkan lebih baik dari pria yang kau sebut brengsek itu, katanya dalam hati tanpa sadar sembari samar-samar tersenyum getir.
Namun, manusia memang tidak pernah mau bersyukur pada kesempatan baik yang diberikan oleh penciptanya. Cavrine hendak saja menyuruhnya untuk membuat sumpah terlebih dahulu sebelumnya sebagai jaminan agar tidak membelot. Tetapi entah mengapa, hatinya seakan menolak hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKHARAT
FantasyBetapa menyenangkannya terjebak di dalam gudang penyimpanan roti di samping universitas. Berhari-hari aku terperangkap di dalamnya. Apa? tentu saja aku mencoba banyak cara kekerasan agar bisa keluar. Ketika pintu itu akhirnya berhasil terbuka, pada...