Bab 13

14 10 0
                                    

Ketika mataku terbuka, udara telah berubah menjadi lebih segar dan menusuk. Warna putih telah melingkupi sepenjuru bumi, demikian Backharat yang mencakup bagian daripada itu.

Siswa-siswa di perkemahan semakin ramai. Sebentar lagi, gong akan dibunyikan, dan aku pun bergegas menuju tempat di mana sarapan tersedia tak jauh dari tendaku saat ini.

Sepertinya aku terlalu cepat pulang semalam. Hanya ada beberapa murid saja yang berada di perkemahan kemarin malam. Sedangkan yang lainnya baru kelihatan ramai pagi ini.

Mereka tampaknya benar-benar menggunakan waktunya dengan sangat baik mencari target buruannya. Aku sendiri sudah merasa lebih daripada cukup bisa kembali dengan nyawa utuh dan anggota tubuh lengkap.

Sup kacang entah apa namanya ini kulahap dengan nikmat. Asap mengepul di udara melawan hawa sejuk yang berada di sekitarnya. Sekiranya merasa sudah kenyang, aku pun kembali ke tenda, dan duduk di depannya karena dingin. Seriusan. Aku tidak berbohong. Kurasa ini sudah mencapai suhu minus tujuh derajat celcius. Tulangku seolah akan beku. Tapi tetap saja, jari-jariku bermain di atas salju tersebut membunuh kejenuhan.

Sesaat kemudian, gong bergema di kejauhan. Kami pun bergegas berkumpul di sana.
Bulu burung telah ku amankan di dalam saku-ku. Kulihat semuanya tampak gembira dan bersemangat, seolah merasa masing-masingnya adalah yang terhebat karena berhasil mendapatkan sesuatu yang unik menurut mereka, namun barangkali tidak dengan yang lainnya. Yah, begitulah manusia. Selalu merasa seolah diri mereka istimewa.

Ketangguhan ada dalam diri sang Penjelajah’. Mr. Rowan kembali melanturkan pepatah yang menjadi simbol kegiatan ini. Dan dari sepenggal kalimat itu saja sudah dapat kusimpulkan, bahwa aku bukan orang yang tangguh. Aku sudah mendedikasikan diri, jika aku benci menjelajah, selepas malam di mana kejadian nahas itu terjadi padaku.

Entah monster apapun itu, kuharap ekormu diambil oleh mereka. Atau barangkali gigi taringmu, untuk dijadikan jimat Nerty//tertawa jahat.

Dan dari kerumunan ini, aku sama sekali tidak melihat Delbert maupun Jake. Kira-kira, mereka berhasil tidak ya menangkap benda-benda aneh itu? Apa mereka mencariku saat tahu aku hilang? kuharap mereka telah kembali dan tidak mencariku hingga ke dalam hutan lebih dalam. Jangan sampai naik gunung.

Seorang pria berbisik di sisi Mr.Rowan dan seterusnya Mr.Bentley.  Mereka tampak terkejut dan menutup satu tangan di mulut. Mr.Bentley pergi dan memanggil seorang penjaga berpakaian prajurit dan mengatakan sesuatu yang tidak kuketahui.

Atensiku kembali beralih pada Mr.Rowan saat pria itu berdeham barangkali membersihkan tenggorokannya yang keruh.

“Setahun belakangan, kita sering mengalami hal yang tak pernah terjadi sebelumnya di akademi ini,” katanya serius.

Seluruh gumaman dan guyonan canda tawa perlahan kian mereda saat pria itu mulai angkat bicara. Kemudian ia kembali meneruskan perkataannya. “Dan festival ini pun tidak pernah memakan korban sebelumnya. Ada sejarah dan sebab mengapa Volna mengadakan festival ini. Dan kurasa kalian telah mengetahuinya di kelas Sejarah.”

“Sejarah bukanlah cerita belaka. Itu nyata, barangkali yang dianggap legenda, belum tentu hanya tahayul semata,” suaranya terdengar tegas. Nah, aku tidak ada dalam kelas itu, dan kutebak kehadiranku yang sedikit terlambat membuat materi ini terlewatkan.

Aku merasakan perbedaan atmosfer saat ini. Seolah segalanya berubah sunyi dan asing. Seolah ada sesuatu yang tersembunyi, terkubur, namun bukan hal terlarang. Tapi aku tidak tahu apa itu. Dan sesaat kemudian ia kembali melanjutkan.

“Saya turut berduka cita atas kematian beberapa orang sebelumnya. Dan hari ini, Saya harus mengatakannya sekali lagi. Pertama kalinya dalam sejarah Volna selama kurang lebih dua abad lamanya berdiri dan lebih dari dua ratus kali menjalani festival ini,  ini kali pertama terdapat korban di dalamnya.” Aku dapat merasakan kekecewaan di dalam suaranya.  

Beberapa siswa tampak terkesiap mendengarnya, dan walaupun merunduk sebagai gestur pada umumnya ketika berduka, namun suara-suara gumaman dan bisikan kian terdengar membuatnya ribut seperti melodi lebah yang berdengung.

Aku menatap kiri dan kananku mencari keberadaan Delbert dan Jake. Perasaan gelisah mulai merayapi diriku. Kemana mereka? siapa korbannya? Apa yang terjadi pada mereka setelah aku menghilang? Berondongan spekulasi kurang ajar merangsek di dalam benakku. Sial.  Jangan sampai mereka korbannya.

Saat nama itu meluncur dimulutnya, seketika udara embun dingin yang menguar di atas tumbukan salju yang jatuh pecah dan retak. Demikian napasku yang terkesiap setelah mendengarnya.

“Levian Escort Mianova, ditemukan tewas di luar batas jelajah.”

***

Setelah aku menyerahkan bulu itu dan mendata temuanku pada seorang senior yang tergabung dalam Dewan Perwakilan Kesiswaan, aku langsung bergegas menuju bilik asrama secepatnya. Aku terlalu shock akibat perngumuman barusan. 
Levian.

Pemuda yang pertama kali mengajakku bicara saat makan malam di aula makan. Orang yang menceritakan padaku pertama kali tentang kejadian aneh selama ini di akademi.

Dan sekarang, ia menjadi bagian dari  sejarah keanehan tersebut. Oh Tuhan. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Rasa pening mendadak menghampiriku.

Bagaimana bisa ini terjadi? apakah dia tertusuk panah beracun? Apakah panah kemarin yang hampir membidikku juga termasuk bagian dari ini? Mendadak sekujur tubuhku merinding. Mereka belum lagi memberitahu bagaimana cara pemuda itu tewas. 
Surat telah dikirim ke pihak keluarga. Aku bertaruh kedua orang tuanya pasti tidak menyangka dan shock. Persis seperti keluarga Simon sebelumnya. Kuharap mereka tidak pingsan dan jangan sampai menggila.

Aku bergelung di dalam selimut yang membungkus diriku dan duduk bersandar di pojokan tempat tidur merenung menatap ke luar jendelan di sebelahku. Matahari tampak akan tergelincir. Dan sebentar lagi akan makan malam. Tapi, alih-alih bersiap-siap, aku malah semakin membenamkan diri dan dan memejam kedua kelopak mataku rapat-rapat.

Aku telah bertemu dengan Delbert dan Jake. Syukurlah mereka baik-baik saja. Mereka mencemaskanku, dan mencariku, tetapi tidak kunjung temu. Keadaan kemah saat mereka kembali sangat kacau. Api padam, dan yang tersisa hanya seonggok tas yang isi-isi nya berserakan di tanah. Mereka hampir putus asa, dan ketika terpaksa harus pulang tanpa dapat menemukanku, saat melihatku Jake seolah hendak menangis. Sedangkan Delbert memelukku erat sembari mengomel laju. Benar-benar Delbert.

Aku seolah lupa tempat ini brengsek. Tapi tetap saja, bayangan kematian yang terkesan menghantui mirip tampak seperti pemburu yang menembakkan pistolnya secara acak dan cuma-cuma. Kau tidak tahu dari arah mana dan kapan ia akan menembak. Apakah ke arahmu, atau ke arah lain. Dan dari siapa serta apa tujuan semua itu, tidaklah jelas. Dan aku bertaruh, kejadian-kejadian sebelumnya juga bukanlah kematian akibat kecelakaan ataupun ketidaksengajaan. Ini bukan kebetulan belaka. Tetapi pembunuhan. Dan katakan saja diriku gila, namun sepertinya aku mulai percaya dengan unsur tahayul dari negeri ini.

Backharat mungkin barangkali memang jahiliyah dan terkesan brengsek, tapi kurasa ada banyak sejarah mistis di negeri ini. Kejadian di gua waktu itu sudah lebih dari cukup untuk meyakinkanku. Dan ketika kedua kelopak mataku kembali terbuka, di sini, di atas jendela kamarku, di tengah keremangan cahaya petang musim dingin, hawa sejuk merembes masuk saat kedua daunnya terbuka lebar keluar, dan seseorang berdiri di atas sana menatap diriku yang merasa horor.

Sekujur tubuhku menggigil dan kaku. Tenggorokanku tercekat. Cukup dengan melihat kedua mata itu saja, sudah berhasil meyakinkanku.

Backharat memang diisi hal yang magis dan penuh misteri. Dan seharusnya pula, aku semestinya pergi makan malam saja tadi.

“Seharusnya, kau pergi ke aula makan,” kata suara itu terdengar datar dan berat. semakin menambah kadar kengerian dalam diriku.

BACKHARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang