Bab 9

22 10 2
                                    

Halo, apa kabar? Hehe...
Cerita sebelah jangan ditunggu ya, wkwk... Walau ga ada yang nunggu juga :v
Aku masih pusing ngerevisikannya 😭

Selama fase ini, aku fokuskan nulis yang ini dulu.
Untuk teman-teman yang telah berkenan mampir, semoga suka 😄-author ga bakal minta maaf kalau Mc yang ini rada freak, wkwk

.
.
.
.

"Esperto Malaiaa pirina beis urojeheisha,"

Ketangguhan ada dalam diri sang Penjelajah

-Bahasa Tarfkhii

.

Gemerisik dedaunan dan bunyi retakan patahan ranting mengisi trek yang menjadi jalan tempat kami lalui. Begitu melewati gerbang pembatas tembok itu, kesemuanya berpencar entah kepalang. Menyusuri hutan dengan rasa penasaran dan gembira.

Dari jarak beberapa meter terhadap kami, suara-suara percakapan bergema. Aku dan Jake tak menghiraukan, tapi tampaknya yang demikian berpengaruh pada Delbert hingga membuat pemuda itu berdecak dengan nada sinis.

"Berisik sekali," sewotnya.

Jujur saja, terkadang saat melihat bagaimana sikap Delbert, membuatku merasa dia mirip seperti adik laki-lakiku. Judes, kata-katanya menyelekit, namun di satu sisi memiliki sisi yang tak kalah baik dan bisa berubah sangat lembut. Beberapa kali aku menyaksikan hal itu terjadi antara mereka bertiga sebelumnya. Sebelum Simon pergi.

"Kau hendak mencari apa?" tanya Jake padanya. Lalu dibalas dengan endikan bahu dan bibir monyong kesalnya.

"Aku mau mencari kuku beruang," kata Jake, dan mengibas rumput ilalang yang menutupi untuk membuat jalur. Apa aku salah dengar? Bagaimana caranya mengambil gigi beruang coba? Apakah Jake akan berpura-pura menjadi dokter gigi bagi beruang yang memiliki gigi bergoyang yang meminta untuk dicabut? tidak masuk akal!

"Apa kau bercanda?" tanyaku tak percaya setengah tertawa. Tapi ia menggelelng dan menatapku dengan raut serius. Melihat reaksinya yang demikian membuatku akhirnya percaya ia benar-benar serius dengan ucapannya.

"Kurasa aku akan menangkap tanduk kambing musim dingin," kata Delbert tanpa sadar bergumam.

"Hah?" Apa yang ia bilang tadi? kambing musim dingin? bagaimana bentuk binatang itu? kalian tahu? jika iya, tolong sini jelaskan padaku.

Mendengar rencana mereka yang aneh-aneh membuatku kembali mempertanyakan jati diri sejatiku sebagai seorang pria. Eh, tapi kan aku cuma menyamar. Tapi, mereka juga tidak tahu identitas asliku, dan akademi ini memang dikhususkan untuk pria bukan seorang gadis sepertiku! Ini menyalah sebenarnya. Ah sudahlah, nanti kubawakan ranting sajalah.

"Bagaimana denganmu, Josefint?"

"Kurasa aku akan memikirkannya sembari melihat-lihat dahulu," balasku sambil tersenyum. Melihatku tersenyum pemuda itu hanya melemparkan senyum tipis dan melanjutkan langkahnya dengan sesekali menepas ilalang yang menghalangi.

Matahari telah hampir tergelincir, dan kami memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di sebuah pohon apel yang berada tak jauh dari aliran sungai. Delbert memangkas beberapa ilalang yang menghalangi sekitas, sedang Jake mencoba merapikan segala perlengkapan yang ada. Dan aku, mencoba mengetuk-ngetuk batu kelabu yang tampak mirip seperti abu arang.

Tak kunjung juga menyala, tanpa sadar Jake sudah berada di sebelahku dan melakukan hal yang serupa. Tak lama kemudian, muncul percikan kilatan api dan bau gesekan panas antar keduanya. Kalian tahu? aku merasa seperti beban di sini.

BACKHARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang