Levian Escort, seseorang kurang beruntung yang menjadi satu lagi korban akibat ulah Snawalker.
"Siapa saja yang menghalangi." kata-kata itu terngiang jelas dibenaknya. Namun, apakah sesederhana itu? tidak ada lagi maksud dan tujuan lain? Cavrine tidak tahu. Dirinya akan terus mencoba mencari tahu hingga dalangnya tertangkap.
Dada dan tenggorokannya terasa panas.
Carikan aku makanan, brengsek!
Elrest menggeram di dalam sana. Entah mengapa, selepas keluar dari gua itu, sekujur tubuhnya seolah ingin meleleh. Seakan, ada sebuah dorongan tertentu dari dalam dirinya hingga seperti ingin meledak.
"Kau gila? pergilah ke alam bawah!"
Cavrine jujur merasa bingung dengan perubahan spirit itu. Elrest tidak pernah memintanya untuk memberikan makanan. Biasanya, spirit itu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dengan berburu di alam bawah. Cavrine jadi curiga dengan perasaan aneh yang sekarang tengah melandanya. Apakah karena itu juga Elrest jadi bertingkah seperti ini?
Grrr...
Dadanya terasa semakin sakit. Sialan. Apa yang terjadi? Cavrine berdecih dan mengaduh memegang kepalanya yang tampak mulai berkunang.
Cavrine! ugh!
Elrest terus-menerus menggeram dan mengaduh, dan itu entah bagaimana juga membuat dirinya merasakan hal serupa. Dadanya terasa seolah terbakar. Panas, dan mendidih. Kedua matanya semakin berkunang dan samar-samar perlahan tepiannya berubah menghitam.
Matahari sudah mulaimembenamkan diri di ufuk barat. Dengan kondisinya yang begini, mustahil ia dapat memburu mereka lagi malam ini. Malahan, bisa-bisanya dirinya yang menjadi korban berikutnya, itu bakal lebih parah.
Jam makan malam pun akan tiba, Cavrine berharap, kamar itu kosong saat ini.
Ketika kakinya telah menginjak di atas pagar balakon, Elrest semakin gelisah di dalam dirinya. Oh, betapa ia membenci ekspektasinya yang tidak sesuai kenyataan. Di sana, seseorang yang tidak ingin ia temui sekarang, dan berharap tidak ada di sana, tengah menatapnya dengan tatapan horor.
Cavrine maklumi, barangkali wujudnya saat ini tengah berapa pada fase half. Ada semacam dorongan untuk bertindak sesuai yang dikatakan Elrest.
Kepalanya sedikit berdenyut, kedua telinganya berdenging selama beberapa saat membuatnya tak bisa melihat sepenuhnya.
Apa ini? batinnya menahan sakit.
Entah sejak kapan, Elrest tiba-tiba menerjang dirinya dan mengambil alih tubuh itu dengan cepat.
Tubuhnya bergerak sendiri tak sesuai naluriah. Elrest telah mengendalikannya.
Be-berhenti, Elrest!
Namun spirit itu sama sekali tidak memedulikannya. Sama seperti yang ia lakukan selama ini pada makhluk itu. Posisi mereka saat ini seolah bertukar.
Bibirnya tertarik ke atas, menampilkan taring tajam di sudut mulutnya dengan angkuh.
"Kau semestinya tidak bermain di sini malam ini, gadis kecil," katanya.
Cavrine dapat melihat melalui matanya, manik mata gadis itu bergetar ketakutan. Tubuh yang memang sudah bergulung bersama dengan selimut sejak sedari tadipun, semakin mengeratkan pegangannya. Tawa Elrest semakin menjadi. Senyum dingin dan pongah terbit di bibirnya, sebelum beberapa saat kemudian, padam dan berganti dengan ekspresi datar nan dingin. Memandang lawan di depannya dengan cemooh.
"Manusia sepertimu hanya makhluk rendahan," cibirnya terdengar kasar.
Salah satu tangannya mulai bergerak terangkat meraih wajah sosok di hadapannya. Kuku runcingnya membelai dengan pelan, dan dari emosinya, Cavrine dapat merasakan emosi Elrest dan keinginannya yang begitu ingin menggoreskan kuku itu ke dalam kulit tersebut. Menusuk dan menyayatnya hingga mengeluarkan cairan kental bewarna merah itu seperti para buruannya di dunia bawah sana.
Elrest, peringat Cavrine tajam.
Dan Cavrine dapat mendengar spirit tersebut tengah terkekeh lantaran tegurannya yang terdengar seperti Elrest adalah anak kecil saja.
Cavrine tidak tahu apa yang sebenarnya hendak spirit kurang ajar ini lakukan. Apa yang ia inginkan? memakan manusia di depannya sekarang?
Awas jika kau sampai melakukan itu, Elrest.
Tangan spirit itu telah menari indah di sekitar poninya. Memelintir dengan halus dan lembut, sebelum kian perlahan entah bagaimana, mereka sudah semakin mendekat saja pada pihak di depannya.
Cavrine andai bisa berteriak keras dari dalam sana untuk menyadarkan Elrest dan gadis itu agar lari sekarang juga dari makhluk itu, niscaya akan ia lakukan tanpa pikir lagi. Tetapi tidak. Cavrine hanya bisa berbicara melalui pikiran dalam raga ini. Jiwanya tertahan di dalam, tergantikan dengan Elrest yang sekarang tengah mendominasi. Cavrine juga tidak tahu dari mana Elrest mendapatkan kekuatan sebesar ini hingga bisa menahannya dengan lebih lama dari biasanya. Cavirine sama sekali dibuat tak berkutik akibatnya.
Sial, umpat pemuda itu.
Berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata yang sama dari pikirannya. Cavrine bahkan juga takut atas apa yang akan spirit brengsek ini lakukan pada pihak di depannya itu.
Jangan melampaui batas, Elrest! teriaknya emosi ketika menyaksikan dirinya tanpa kendali, telah berada di sisi gadis itu dan menyusuri alur tengkuknya dengan hikmat. Teramat hikmat hingga teriakannya pun tidak Elrest pedulikan.
Saat wajahnya telah tiba di balik telinga gadis itu, barulah Elrest mengangkat taringnya setelah sejurusnya menancapkannya dengan kasar.
Gadis itu hendak memekik. Tetapi dengan segera aksinya teredam karena tangan pemuda itu telah membekap erat mulutnya. Air mata jatuh di kedua pipinya. Elrest terus menghisap darah segar tersebut dengan gembira di sampingnya, tak memedulikan kondisi dari sang korban. Cavrine menangkap ketakutan yang berlebih di dalam diri gadis itu atas perlakuan yang dilakukan Elrest padanya. Tetapi, Cavrine bisa apa? Ia sama sekali tidak bisa menolong, bahkan mengambil alih tubuhnya saja Cavrine tak mampu.
Pada akhirnya, akibat perbuatan Elrest, gadis itu semakin melemah karena darahnya yang terus-terusan dihisap.
Aku menyukainya, kata spirit tersebut terdengar gembira.
Dia hanya manusia rendahan. Tidak ada darah sang naga di dalamnya. Tapi mengapa darahnya bisa selezat ini?
Kau brengsek, Elrest!
Elrest tak lagi menyahut, setelah mengatakan itu, ia lantas mendekatkan wajahnya pada gadis itu dan menempelkan benda itu ke mulutnya. Cavrine sudah tidak bisa menerima lagi seberapa rendah harga dirinya sekarang akibat ulah spirit tidak tahu diri turunan leluhurnya ini.
Kuharap kelak kau tidak usah lagi melayani keturunanku yang lain!
Cavrine, kurasa, aku menyukainya. Bibir itu tertarik ketika kedua mata itu semakin terkatup rapat dengan badan yang sudah tidak berdaya untuk bertumpu.
Siapa yang bisa memberitahu padanya kemana gadis itu pergi?
Pagi itu, ketika kedua kelopak matanya baru tiba terbuka, Cavrine berhasil menyadari dua hal dengan cepat. Pertama, ia terbaring di kasur kosong yang selama ini tidak pernah ia sentuh, alias kasur milik gadis itu. Kedua, Gadis itu telah menghilang.
Elrest kembali meraung marah.
Ck, Berisik! kesal Cavrine tak mau kalah. Hancur sudah mood pagi harinya. Elrest memang benar-benar menyebalkan. Sudah cukup dirinya dibuat tidak bisa berkutik semalam. Hari ini, Cavrine lah pemegang kendali atas dirinya, bukan spirit tak tahu diri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKHARAT
FantasyBetapa menyenangkannya terjebak di dalam gudang penyimpanan roti di samping universitas. Berhari-hari aku terperangkap di dalamnya. Apa? tentu saja aku mencoba banyak cara kekerasan agar bisa keluar. Ketika pintu itu akhirnya berhasil terbuka, pada...