Bab 17

17 6 0
                                    

Sesuatu berkelotak jatuh membentur lantai ketika dirinya tanpa sengaja menyenggol benda tersebut. Pemuda itu menoleh sejenak selama beberapa saat sebelum dirinya kembali meneruskan langkah yang sempat tertunda. Setelah berbalik dan menutup pintu dari dalam, bunyi klik terdengar pertanda dirinya telah terpisah sepenuhnya dari lorong gelap tersebut.

Petir kembali menggelegar di atas sana, pertanda rencana mereka kembali berhasil. Semoga saja tidak ada bukti yang tertinggal. Ia selalu mewanti rekan-rekan mereka agar bekerja dengan lebih teliti dan hati-hati. Sedikit kelalaian akan berakibat sangat fatal pada rencana mereka.

Seseorang tengah berdiri di balkon luar sana. Keremangan malam mengaburkan pandangan pemuda tersebut untuk mengenali sosok yang tengah berdiri itu. Dirinya lantas mendekati pintu dan mendorongkannya keluar hingga terbuka lebar.

"Ada apa?" tanyanya pada subjek tersebut. Wajah itu menjadi jelas begitu dirinya telah berada sepenuhnya di depan pemuda itu.

"Saya tidak menemukannya, Tuan," lapor orang itu.

"Yang mana satu?"

"Gadis itu, dan perkamen manuskripnya."

"Kau bercanda? Dia hanya seorang gadis lemah!"

"Ma-maaf, Tuan. Saya menerima laporan dari salah seorang dari mereka." Pemuda itu terlihat sedikit gemetar dan segera berlutut di hadapannya.

"Apa?"

"Ya-Yang Mulia Pa-pangeran,Tuan," cicitnya takut-takut. Melihat respon sang majikan yang tidak baik-baik saja semakin membuat dirinya cemas. Pemuda itu benar-benar rasanya ingin pergi dari sana sekarang juga.

Prang!

Bunyi pecahan kaca jendela menggema ke seisi ruangan. Pemuda itu berjengit kaget saat subjek di depannya itu melontarkan tendangan maut ke kaca jendela hingga membuatnya tak kuasa menutup mata dan semakin menunduk.

"Mengapa pula CrepusElrest itu ikut campur?!"

Itu hanya pertanyaan kosong. Tentu saja ia sudah mengetahui jawabannya. Keturunan Snawalker tidak akan naik tahta sebelum makhluk jenis itu musnah seluruhnya. Tetapi, dirinya akan mengubah takdir itu. Takdir tidak adil ini. Snawalker akan menjadi pemimpin negeri ini. Dan itu adalah dirinya. Maka, apapun yang terjadi, ia akan memusnahkan kerikil penghambat itu satu persatu. Lagi pula, jenis campuran sudah hampir punah, tersisa orang itu saja. 

"Terus pantau pergerakan mereka."

Ia tahu persis, pemuda itu pasti sudah mendapatkan kembali perkamen tersebut.

"Dan laporkan padaku jika ada hal-hal yang mencurigakan," titahnya. Dan pemuda di depannya itu pun mengangguk pelan sebelum menghilang dengan cepat.

***

"Tidakkah kau kembali ke akademi?"

"Kau berani memerintahku?"

Oke, aku hanya bertanya, bukan memerintah layaknya seorang tiran. Lagi pula, bukankah aku benar? Mengapa alligator bermulut pedas ini jadi berada di sini sepanjang hari? Aku bukannya ingin kegeeran, tapi lihat saja. Aku punya bukti kok. Aku berani bertaruh, sejak membukakan mata kemarin hingga terhitung sudah empat hari lamanya ini, ia terus-terusan berada di sini. Dan itu sebenarnya bukan hal yang serius.

Bagian buruknya, sebelah mata itu terkadang menyala-nyala bewarna merah dan menyungging sebuah seringai yang... aku tidak tahu bagaimana mengatakannya dengan rinci. Tapi, aku merasa, seolah...seolah makhluk itu tengah berpikiran mesum padaku. Sialan.

Aku tentu saja takut, bray. Membayangkan taring yang persis seperti malam itu menancap ke dalam kulitku, menembus pembuluh darah dan saraf, dan menghisap cairan merah kental itu, lalu menjilatinya dengan... ah, cukup! Aku tidak mau meneruskannya. Ini berbahaya dan gawat darurat, sungguh. Siaga dua!

BACKHARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang