Bab 10

22 9 0
                                    

Lari!

Kata-kata itu terus berseru dalam kepalaku. Semak belukar yang menghalangi jalanku tidak membuat seorang Freya menyerah pada hidup dan memberikan nyawanya pada sang monster sialan itu. Tidak. Hidupku belum boleh usai. aku masih belum melakukan banyak hal. Snorkeling, panjat tebing, mendaki pegunungan himalaya, dan jangan lupa, membayar lunas hutang orang-orang yang meminjamkan uang mereka pada keluargaku. Sebut saja niatku sangat terpuji sebagai seorang anak yang gemar mendapat perlakuan kasar dari orang tua.

Tak kalah cepat dariku, monster itu mengaum dan menggeram di belakang sana menerabas apa saja yang menghalangi jalannya. Di samping cepat, aku juga harus berhati-hati. Trek berliku dan agak curam ini memudahkan diriku untuk berguling dan terpelosok ke dasar lembah yang lebih jauh ke bawah, sialan. Mengapa saat malam, tidak ada seorang pun yang kutemui? kemana perginya mereka? Apakah aku sudah terlalu jauh masuk ke dalam? Tapi, aku sama sekali tidak melihat adanya tanda-tanda pembatas yang dimaksud. Andai saja aku jago bertarung, namun itu bukanlah keahlianku. Jika kalian menyuruhku untuk membobolkan kunci dan sejenisnya aku sangat dan lebih daripada mahir. Tapi bergulat? Aku angkat tangan.

Angin semakin bertiup kencang menimbulkan bunyi siulan pepohonan yang berdiri vertikal menembak langit. Sesuatu bergerak dari salah satu pohon. Aku tidak begitu tahu apa itu. Akan tetapi, saat mata merah itu berpendar dalam kegelapan, benakku langsung menangkap itu adalah seekor burung hantu. Seketika saja, sebuah ide terlintas di benakku. Aku bermanuver ke balik semak-semak di bawah pohon itu dan mulai memanjat dengan secepat tanpa menimbulkan suara nyaring.

Beruntung, belati yang tadi kuselipkan di dalam saku kaki celanaku sama sekali belum kuusik dan masih berdiam diri di sana. Dengan bantuan benda itu, aku berhasil naik ke atas dengan mudah. Nah, satu lagi yang belum kuberitahu, aku jago memancat.
Asal kalian tahu, setiap tahun, saat sekitar komplek-ku mengadakan acara tujuh belasan, aku selalu memenangkan pentandingan panjat pinang dan memperoleh hadiah paling besar. Iya, aku tahu. Hebat, bukan?

Monster itu semakin mendekat. Bunyi desisan dan geraman kasar terdengar dari atas sini. Aku kembali berdoa dalam hati.Semoga makhluk itu tidak menyadari keberadaanku. Tanpa di duga, yang membuatku terperanjat dan hampir memekik adalah burung hantu yang bertengger di sebelahku terbang dan menabrak ranting dahan hingga menimbulkan bunyi krusuk. Aku berkelit. Bersembunyi di balik dahan pohon yang ditumbuhi lebih banyak dedaunan.

Oh Tuhan, tolong selamatkan aku...

Monster itu menatap ke arah sini. Aku tidak tahu. Aku merasa ia melihat ke arahku. Namun anehnya, mata itu membeliak seolah mencari-cari sesuatu.

Aku bertaubat, aku bertaubat, aku bertaubat...

Suara geraman rendah terdengar lebih keras, dan sejurusnya lolongan memekakkan telinga merobek udara, atau barangkali gendang telingaku juga. Makhluk itu kemudian berbalik pergi dan menyalak entah pada apa.
Napasku tersedu sedan saat makhluk itu telah pergi dari bawah sana. Aku shock. Sekujur tubuhku ternyata telah bergetar. Tremor. Setelah puas menahan napas sedari tadi, rasanya dadaku sesak karena kekurangan oksigen. Aku bersandar pada dahan pohon dan menengadah ke atas sembari menghela napas lega. Sapuan angin malam menderu kuat membuat dedaunan pohon menampar wajahku. Sialan. Sepulangnya dari sini, akan kucari produk perawatan terpecaya!

Tampaknya, kencangnya angin malam ini berhasil membuat langit menjadi bersih dari awan. Dan sepertinya, ini kali pertama aku melihat langit Backharat yang penuh dengan bintang dan di sinari bulan. Tidak begitu terang, namun cukup menerangi atas sana.

Deru napasku sudah hampir kembali normal, hanya menyisakan titikan peluh keringan di dahi dan leher. Kutatap pakaian yang kukenakan. Ini termasuk sebuah keberuntungan. Jika saja tadi aku melepas satu saja lapisan pakaianku, niscaya sekarang aku pasti sudah kedinginan, dan mungkin ini berlangsung hingga nanti. Karena sepertinya, aku juga tersesat sekarang. Tidak ada makanan, tidak ada busur panah, demikian obor. Yah, apa boleh buat. Selamat dari makhluk mengerikan tadi saja merupakan sebuah mukjizat yang nyata dari Tuhan.

BACKHARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang