Habis dari restoran itu Jaehyuk membawa Nara ke toko bunga terlebih dulu karena ingin membelikannya.
Nara sendiri hanya masih bisa diam setelah perlakuan Jaehyuk padanya di resto tadi.
"Kok ngelamun? Ayok pilih bunganya." ujar Jaehyuk.
Nara langsung tersadar. "I-iya pak ini." Nara mengambil salah satu bunga yg disana dan menunjukkannya pada Jaehyuk.
Setelah dari toko bunga Jaehyuk kembali menjalankan mobilnya. Sesekali dia melirik Nara yg tetap diam seperti tadi.
"Maaf." katanya.
Nara lantas menoleh kearahnya.
"Maaf soal yg di restoran tadi."
Nara menghela napasnya pelan. "Kenapa bapak lakuin itu?"
"Saya terpaksa lagian--"
"Sebenarnya bapak itu bisa cari alasan lain lho." potong Nara.
"Maaf Nara, tolong maafin saya kalau kamu gak mau maafin emang mau saya pecat?"
Nara yg tadi melihat kedepan kembali melirik Jaehyuk yg mengemudi. "Kalau niat bapak emang mau mecat saya gaapa! Silahkan aja."
"Yaampun saya cuman bercanda itu."
Pandangan Nara kembali ke depan.
"Kamu bisa gak sih manggil saya jangan pakai 'pak' gitu? Saya jadi merasa tua." ucap Jaehyuk.
"Ya kan bapak itu bos saya! Emang harus manggil kayak gimana lagi?"
"Panggil 'kakak' aja, itu khusus buat kamu." balas Jaehyuk.
"Terserah you sajalah."
Jaehyuk hanya tersenyum kecil. "Eum kamu pernah liat pacarnya Ersa tadi gak sih?" tanya Jaehyuk.
"Kenapa?"
"Gapapa sih, saya cuman ngerasa kayak pernah liat dia dimana gitu."
"Junghwan itu." jawab Nara.
Jaehyuk tiba-tiba memberhantikan mobilnya lalu melirik Nara. "Ah iya, saya ingat! Junghwan adek kamu itu kan?"
Sementara Nara hanya mengangguk.
"Kamu tau mereka pacaran dari kapan?" tanya Jaehyuk yg langsung di balas dengan gelengan.
Jaehyuk pun kembali menjalankan mobilnya.
"Menurut saya kamu dan adek kamu itu sama sekali gak mirip, maaf ya ini cuman menurut saya aja."
"Memang gak mirip, Junghwan bukan kandung saya."
Jaehyuk hanya mengangguk paham. Dia tidak berniat untuk ingin tau lebih jauh.
Karena banyak pekerjaan yg di suruh Jaehyuk pada Nara. Ia terpaksa pulang saat malam hari. Hari ini Nara benar-benar merasa lelah.
Saat Nara membuka pintu rumahnya rupanya ada Junghwan di dalam sambil melihat kearahnya.
"Kenapa baru pulang kak? Sibuk pacaran kah?" tanya Junghwan.
"Kakak kerja! Pacaran apanya." jawab Nara.
"Kerja sambil pacaran tuh pasti."
Nara menatap Junghwan. "Apaan sih Junghwan! Tau dari emang mana kalau kakak pacaran?!"
"Bener kakak pacaran?! Kenapa kakak gak nolak!! Kelihatan banget kalau kak Nana tuh kepaksa pacaran sama dia!"
"Junghwan ka--"
"Walaupun kepaksa tapi kayaknya kakak suka-suka aja, sekarang aku tau kenapa kakak gak mau sama aku."
"Junghwan, ngapain kesal kayak gitu sama kakak? Kamu kan juga udah pacaran sama kak Ersa."
Junghwan tertawa. "Aku sama kak Ersa gak beneran pacaran kak, aku cuman jadi pacar pura-puranya aja aslinya mau sama kakak."
"Kalau gitu sama dong kakak juga cuman jadi pacar pura-pura aja."
Junghwan menautkan alisnya. "Tapi bos kakak itu nyium kakak!"
"Itu katanya terpaksa ngaelakuin, dia juga udah minta maaf kok."
"Harusnya cari alasan lain lah," kata Junghwan. "Yaudah sih!" ucap Nara.
"Kenapa bisa aku punya kakak kayak gini." Junghwan memandangi Nara dari bawah sampai atas.
"Yaudah jadi adeknya Ersa aja sana!! Lo juga bukan adek gue!!" kesal Nara yg hendak meninggalkan Junghwan.
Junghwan lantas langsung memeluk lengan Nara dan menyandarkan kepalanya. "Jangan gitu kak, aku minta maaf."
"Udah sana! Lepasin tangan gue!"
Junghwan menggeleng. "Gak mau! Mau sama kakak!"
"Tau gak sih? Kakak tuh sebenarnya cemburu liat kamu sama kak Ersa ka--"
Junghwan melepaskan tangan Nara yg dia peluk tadi lalu menatapnya. "Kakak udah suka sama aku? Tuh kan bener! Kak Nana tuh sebenarnya suka sama aku!"
"Sok tau kamu! Maksudnya tuh kakak cemburu kamu minta bawain bekal sama Ersa! Padahal kakak juga bisa buatin bekal buat kamu! Kakak gak mau kamu jadi adeknya orang lain." jelas Nara.
Seketika wajah Junghwan berubah. "Jadi kakak belum suka sama aku?" tanyanya.
"Belum, lagian kayaknya kakak gak akan suka sama kamu."
"Iya tau karena kakak sukanya cuman sama pak Jihoon." ujar Junghwan.
"Pak Jihoon udah punya calon istri Wan, bahkan udah lamaran."
"Bagus kalau gitu saingan aku berkurang kak."
"Ngomong apa coba?!! Pulang sana!"
"Adek sendiri kok di usir kak? Lagian aku mau disini dulu nonton tv soalnya tv di rumah banyak ulatnya."
"Terserah lah."
Nara berjalan ke kamarnya meninggalkan Junghwan yg menonton tv di sofa.
Maaf bgt klau cara penulisanku kurang bagus