6. Ragu

939 123 3
                                    

'Pete, apa kau menyukai ku?'

* * *

Keheningan menyelimuni mereka berdua, dua pasang mata itu saling bertatap, mencoba membaca pikiran masing-masing.

"Ya, aku menyukai mu"

Meskipun jawaban itu sudah ia prediksi sebelumnya, tetap saja ketika itu keluar dari mulut Pete membuat Way tertegun.

"Maaf, tapi sepertinya aku tidak bisa menerima perasaanmu"

Kalimat itu keluar bersamaan dengan perasaan tidak nyaman di hati Way. Pikiran dan hatinya berlawan, hati kecilnya memberontak.

Yang Way tahu bahwa orang yang dicintainya adalah Babe. Way tidak ingin menjadikan Pete sebagai tempat pelampiasannya semata.

Pete hanya tersenyum kecil mendengar permintaan maaf itu. Pete menyentuh kepala Way, mengusap pelan bagian itu sebelum menatap kedua mata Way.

"It's Okay, aku hanya menjawab pertanyaan mu. Aku tau tidak semudah itu melupakan perasaan kepada seseorang. Kau bebas mengatur perasaan mu, dan untuk perasaan ku biar diriku sendiri yang mengurusnya".

Deg

Jantung Way berdetak kencang, di perutnya seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan.

'O..orang ini kenapa bisa begitu romantis?'

Way menutup matanya, menikmati usapan di kepalanya. Matanya memberat, usapan di kepalanya membuatnya mengantuk. Pete yang menyadari itu menarik pelan tubuh Way, membuat Way bersandar pada nya.

"Mimpi indah, Way"

Way sayup-sayup mendengar, ia ingin membalas tapi matanya terasa sangat berat.

Selang beberapa menit, Pete memastikan Way sudah benar-benar terlelap, Pete secara perlahan meletakan tubuh Way di ranjang. Menaikan selimut sebatas dada Way, kemudian memandang wajah pria itu.

Pete memandang wajah Way, memindai dari dahi, mata, hidung hingga bibir Way, mengagumi pahatan ciptaan Tuhan dihadapannya itu.

Pete bukan orang yang mudah jatuh cinta, namun pria dihadapannya itu mampu mendapatkan seluruh perhatian Pete.

Pete segera beranjak, takut apabila terlalu lama memandang Way yang ada nanti tubuhnya bergerak sesuai instingnya.

Masih ada pekerjaan yang belum ia selesaikan, lebih baik ia kembali fokus dengan pekerjaannya.

***

Pagi ketika Way terbangun Pete sudah tidak berada di ruangannya. Way samar-samar mengingat kejadian sebelum dia terlelap.

Wajah dan telinganya bersemu merah mengingat ungkapan perasaan dan dekapan hangat Pete tadi malam. Namun, tiba-tiba Way terdiam, perasaan bimbang kembali menghampiri dirinya.

Jujur ia senang dengan perhatian yang diberikan Pete padanya selama ini, tak bisa Way pungkiri bahwa ia menikmatinya. Namun ketika sekarang Way mengetahui ada perasaan yang dilibatkan maka ia menjadi bimbang.

Perasaannya pada Babe masih ada, dan  ia masih sangat mencintai pria tersebut. Bahkan pikiran bahwa Babe suatu saat akan membalas cintanya pun masih ia harapkan.

Way terlarut dalam pikirannya hingga fokusnya terpecah saat mendengar ketokan pelan di pintu, dan seseorang masuk ke ruangannya.

Way mengalihkan pandangan pada pintu dan tertegun.

Disana berdirilah seorang pria yang sangat Way kenal.

Pria itu, Babe...

To Be Continued...

Maaf telat update, lagi banyak kerjaan di rl. Terimakasih yang sudah mampir <3

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang