20. Kiss

973 114 9
                                    

*Lebih baik dibaca setelah berbuka puasa bagi teman-teman yang berpuasa karena ada sedikit adegan dewasa, sedikit tapi*

"Eh?"

Way tekejut dan mencoba melepaskan lengan dipinggangnya. Namun didetik berikutnya Way menyadari aroma familiar memenuhi indra penciumannya.

"Pete?" Way mengangkat kepalanya memastikan.

"Emm" Pete hanya bergumam. Tidak melepaskan rangkulan pada pinggang Way, Pete malah menarik Way semakin menempel pada tubuhnya.

"Bagaimana kau bisa disini?" Way tiba-tiba memajukan bibirnya, teringat Pete yang tidak mengabarinya seharian ini. "Kau tidak membalas pesanku"

"Maaf, aku menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin agar bisa kembali ke Thailand"

Tanpa mereka sadari, banyak pasang mata menatap mereka berdua. Teman-temannya cukup terkejut dengan kedatangan Pete, ditambah Way yang sekarang tengah asik bersandar ditubuh Pete.

Banyak orang yang mengenal Way di bar itu karena ia sering datang kesana. Tidak pernah terbayang oleh mereka melihat Way didominasi oleh pria lain.

Aura dominasi Pete lebih kuat dibanding Way.

"Kau mabuk Way"

Way menggelengkan kepalanya di bahu Pete yang bersandar disana.

"Sebaiknya kita pulang" Way menggerutu. Ia mengangkat kepalanya, tangannya naik mengalung pada leher Pete. Mencoba berdiri setegap mungkin meski kesadarannya menipis. Kedua tangan Pete menopang pinggang Way, mencegah pria itu menjauh.

Way menatap Pete di hadapannya saat ini. Pete mengenakan kaos turtleneck hitam lengan panjang.

"Tampan" Pete tersenyum tipis mendengar gumaman Way. Wajah Way memerah dan pandangannya sayu, entah sudah berapa banyak alkohol yang ia konsumsi.

"Bagaimana bisa kau setampan ini Pete?" Way mulai berbicara ngelantur. Tangannya yang masih berada dileher Pete memainkan rambut bagian belakang Pete. Pete hanya membiarkan Way melakukan sesukannya.

"Mengantuk" Kepala Way lagi-lagi menyandar pada bahu Pete.

Pete menganggukan kepalanya kepada teman-teman Way yang masih asik memandangi mereka sebelum membantu Way berjalan meninggalkan bar itu.

Di dalam mobil Way terus mengoceh tak jelas, Pete sesekali menanggapi ocehan Way.

Tiba-tiba Way menatap Pete, Pete membalas tatapan Way.

"Why?" Pete bertanya.

"Kau tahu Pete? Kau sangat tampan ketika menggunakan setelan tapi kenapa semakin tampan dengan pakaian biasa ini?" Way memindai penampilan Pete dari atas ke bawah.

Supir pribadi dan Big yang berada dibangku depan melirik kaca spion melihat majikan dan 'kekasih'nya itu.

"So do you like it, Way?"

"Yeah, i like it" Way yang dalam kondisi mabuk, mendekat kearah Pete dan berbisik dihadapan pria itu.

Pete yang ditatap seperti itu oleh Way terpesona. Aroma Way memenuhi penciumannya dijarak sedekat ini.

"You don't want to kiss me?" Way menarik pakaian depan Pete, kesal Pete tidak merespon tindakannya.

Pete terkekeh melihat tingkah Way. Way membuat wajah galak padanya.

Pete yang tidak tahan akhirnya bergerak mencium bibir Way. Dapat Pete rasakan sisa-sisa alkohol dimulut Way.

Way mencoba mendominasi ciuman itu dan Pete membiarkan saja, melihat sejauh mana Way bertindak.

Way menggigit bibir bawah Pete, bibir Pete terbuka mengizinkan lidah Way bermain disana.

Pete tidak menutup matanya, ia menatap Way yang tengah memejamkan matanya. Way yang menyadari Pete menatapnya, balik menatap mata Pete.

Way menarik wajahnya sebelum menarik paha Pete yang tersilang dan bergerak duduk dipangkuan Pete.

Kembali, Way menghisap bibir atas dan bawah Pete bergantian dan membelit lidah Pete. Pete mengikuti permainan Way, tangannya mengusap pinggang dipangkuannya itu.

Suara kecupan memenuhi ruang sempit itu.

Pete yang akhirnya menyadari keberadaan orang lain di mobil itu berdehem. Big dan supir pribadi Pete yang menyadari itu berusaha mengabaikan suasana memanas disana. Supir pribadi Pete bahkan mengubah arah kaca spion agar dirinya tidak melirik kegiatan majikan dibelakang itu.

Way semakin tak terkendali pria itu bahkan melepas jas yang dikenakannya. Menyisahkan kemeja hitam yang kancing bagian atasnya terbuka karena gerakannya yang kasar.

"Way" Pete menghentikan Way saat pria itu sudah hanyut terlalu jauh.

"Way" Pete menangkap kedua tangan Way ketika Way mencoba menanggalkan pakaian Pete, menariknya keatas hingga perut Pete terlihat.

"Why? You don't like it?" Way mengerut tak suka kegiatannya dihentikan. Way bergerak dipangkuan Pete, menggoda pria itu.

Pete mencengkram pinggang Way, menghentikan gerakan Way di pangkuannya.

"Sstt Way, kita masih diluar ok? Kita lanjutkan di apartemen"

To Be Continued....

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang