30. Konflik

825 113 8
                                    

Kalimat pertama yang keluar dari mulut Pete membuat Way mengeratkan pegangan pada ponselnya.

"...Kau tidak membalas pesan dan panggilanku."

Pete menghela nafas diujung sana.

'Way kau tahu aku sangat sibuk disini? Meeting tidak berjalan baik sejak kemarin dan sekarang kau membuatku menunda pertemuan untuk menjawab panggilanmu.'

"Kau bisa pergi berdua dengan wanita itu tapi tidak bisa hanya sekedar menjawab pesan ku?" Way menahan emosinya ketika kalimat itu keluar dari mulutnya. Perasaannya cukup terluka ketika Pete mengatakan ia mengganggu Pete saat ini.

'...Way apa maksudmu?'

"Kau pikir bisa membodohiku? Foto kalian bahkan beredar luas dan sedang dibicarakan diluar sana!"

Keheningan menyeliputi mereka berdua.

'...Way wanita itu adal-'

'Pete-kun?' Kalimat Pete terpotong, digantikan oleh suara wanita.

'Minami?' 

Deg~

Minami Kenemoto, Way ingat nama wanita itu disebutkan di artikel.

Jadi Pete kini tengah bersama dengannya?

"Sorry to disturb your time. Enjoy your time with her, Khun Pete Peeraphon"

Way menutup panggilannya. Tangan yang menggenggam erat ponselnya bergetar hebat.

BRAKK!!

Way melempar ponselnya kearah cermin disamping kanannya hingga kaca itu pecah berhamburan. Way mengabaikan serpihan kaca dilantai, ia mengganti pakaiannya dan mengemasi barang-barangnya sebelum melangkah keluar dari ruang ganti.

Way melewati teman-temannya yang masih berkumpul, tidak menghiraukan mereka Way hanya berjalan menuju mobilnya.

Way menginjak gas mobilnya dalam. Ia sedang membawa salah satu mobil sport kesayangannya, Bugatti Chiron. Mobil itu melaju kencang membelah keramaian Kota Bangkok.

Way mengemudikan mobilnya tak tentu arah hingga berjam-jam. Way bahkan tidak sadar bahwa ia hanya mengandalkan insting tubuhnya saja dalam mengemudi karena pikirannya yang sedang kacau.

Way menyandarkan tubuhnya dikursi mobil dan menghela nafas ketika menyadari dimana ia berada sekarang. Entah insting macam apa yang membuatnya hingga sampai ditempat itu.

Way keluar dari mobilnya, membawa tasnya dan berjalan kaki sebentar sebelum matanya  melihat satu-satunya bangunan ditempat itu. 

Rumah Hutan Pete.

Way melangkah memasuki rumah itu, ia mempunyai akses karena Pete memberinya kunci rumah itu padanya. Pete dan Way sekitar seminggu yang lalu berada disana, sehingga masih ada bahan makanan yang tersisa, meski hanya makanan instant bagi Way itu lebih daari cukup.

Way hanya ingin menghilang sejenak dari pandangan orang-orang, termaksud Pete.

***

Pete mencoba menyelesaikan perkerjaannya di Jepang secepat yang ia bisa. Tengah malam Pete berada di dalam pesawat menuju Thailand. Sejak sambungan telpon diputus sepihak oleh Way, Pete tidak bisa menghubunginya lagi karena nomor Way yang tidak aktif.

Pete sempat menelpon Alan menanyakan keadaan Way, namun jawaban Alan semakin membuat Pete khawatif.

"Way pergi setelah pertandingan dan tidak bisa dihubungi hingga saat ini. Babe mencoba mendatangi apartementnya namun Way tidak ada disana."

"Khun Pete, sepertinya Way sedang tidak ingin diganggu"

Pete menginjakan kakinya di Thailand subuh hari karena perjalanan dari Tokyo ke Bangkok membutuhkan waktu hampir 7 jam diudara.

Tempat pertama yang didatangi Pete adalah apartemen Way, dan seperti perkataan Alan ditelpon, Way tidak berada disana. Pete pun pergi ke apartemennya, meski kecil kemungkinan pria itu ada sana namun apa salahnya mencoba.

Pete terduduk di sofa apartemennya, stres tiba-tiba menghampirinya saat mengetahui Way pun tidak ada di apartemennya. Ponsel Way ditemukan di ruang ganti oleh Alan dan dalam keadaan retak membentur cermin, itu yang Alan katakan ditelpon pada Pete, karena itu Pete tidak dapat menghubungi Way.

Senadainya saja Way membawa ponselnya maka Pete dapat melacak keberadaan Way karena lokasi mereka terkoneksi diponsel masing-masing.

Tunggu,

Pelacak?

Pete menegakan badannya ketika menyadari sesuatu. Pete membuka tabletnya, membuka salah satu aplikasi disana, mengotak-atiknya sejenak kemudian menekan layar bertuliskan 'search'. 

Layar tablet Pete berubah menampilkan sebuah lokasi semacam maps dengan lingkaran merah berkedap-kedip. Pete memperjelas layarnya, memperhatikan sekeliling lingkaran merah itu kemudian bernafas lega menyadari dimana tempat itu berada, rumah hutan miliknya.

Ya, itu lokasi Way saat ini. Kenapa Pete bisa tahu itu lokasi Way?

Pete tanpa sepengetahuan Way memasukan semacam chips pelacak pada jam tangan yang dikenakan Way. Jam tangan itu merupakan jam pemberian Pete sekitar  3 minggu yang lalu. Katakanlah Pete sangat posesif pada Way, namun Pete sangat mencintai pria itu sehingga ia melakukan tindakan semacam ini.

Pete kembali memastikan keberadaan Way, ia mengakses cctv di rumah hutannya dan menemukan pria yang ia cari sedang berbaring di kamar di rumah itu. Pete tanpa pikir panjang langsung mengambil kunci mobilnya dan mengendarainya menuju rumah hutan dipinggiran kota itu.

Awan terlihat mendung saat Pete sampai di hutan. Pete memarkirkan mobilnya di samping mobil sport yang Pete tahu milik Way, ia berjalan cepat setengah berlari menuju rumah. Sampai disana Pete langsung mencari keberadaan Way. Pete terhenti ketika melihat punggung Way yang tengah menyantap makanan di meja makan dengan tenang.

Way menyadari keberadaan Pete sejak pria itu memasuki rumah, selain karena suara berisik yang diciptakan Pete namun juga dari feromon yang tercium indra menciuman Way.

Way masih asik memakan mie instant nya dengan tenang, sepenuhnya mengabaikan keberadaan Pete yang sekarang berdiri diseberang meja makan dihadapan Way.

"Way aku bisa menjelaskan semuanya"

To Be Continued...

Selamat beristirahat

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang