7. Hati

958 128 5
                                    

Babe berdiri di depan pintu ruangan Way dengan membawa keranjang berisi buah di tangannya. Suasana canggung lagi-lagi menghampiri mereka.

"Oh Babe kau datang" Way membuka suara. Babe tersenyum kecil lalu berjalan menghampiri Way, meletakan keranjang buah di meja lalu melihat Way.

"Heem, bagaimana keadaan mu?"

"Luar biasa baik, mungkin beberapa hari kedepan sudah bisa pulang." Babe tersenyum mendengar jawaban itu.

"Lalu bagaimana dengan mu? Kau datang sendiri ke sini." Babe menundukan kepalanya sebentar, kemudian mendonggak memandang Way.

"Bisa kita bicara berdua, Way?"

***

Dan disinilah mereka berdua. Duduk berdampingan di kursi kayu taman rumah sakit, tempat yang selalu Way kunjungi saat ia bosan berada di ruangannya.

Mereka terdiam berapa saat, hanya terdengar suara angin berhembus serta suara pasien lain yang juga sedang menikmati taman seperti mereka. Hingga akhirnya Way membuka suara, cukup risih dengan keheningan yang ada.

"Apa yang ingin kau bicarakan Babe?"

Babe memainkan jari-jarinya kemudian memandang pria yang duduk disebelahnya itu.

"Way, apa aku bagimu?"

Way mengerutkan dahinya, tak menduga pertanyaan itu terlontar dari mulut Babe. Ia pandangi wajah Babe sebelum menjawab.

"Apa maksud pertanyaan mu? Bukankan aku sudah pernah mengatakannya terakhir kali?"

Babe menggeleng pelan,

"Way perasaanmu padaku, apa kau yakin itu cinta?"

Way terdiam mendengar itu, tiba-tiba emosi menjalar dihatinya.

"Babe, apa maksudmu? Kau pikir perasaanku padamu hanya main-main? Aku mencintai mu dan kau tau itu."

Babe mengambil tangan Way, menggenggamnya cukup kencang.

"Tidak Way, mungkin saja kau salah. Mungkin kau salah mengartikan perasaanmu."

"Babe..." Kerutan di dahi Way semakin jelas.

"Way, coba kau pikirkan baik-baik. Mungkin itu bukan cinta Way, mungkin saja itu hanya perasaan sayang mu kepadaku seperti saudara. Kaupun tau kita sudah lama kenal bahkan melewati suka duka bersama. Mungkin saat itu kau binggung, karena saat itu aku selalu berada disampingmu, hingga mengganggap perasaanmu sebagai rasa cinta. Aku pun menyayangimu seperti saudara ku sendiri."

Way melepas genggaman tangan mereka, perasaan terluka menghantam hatinya. Air mata menggenang diujung matanya. Way memandang Babe dengan pendangan terluka.

"Babe, akulah orang yang paling mengerti hatiku. Aku mencintaimu dan itu tidak mungkin keliru"

"Aku bahkan merelakan nyawaku demi dirimu dan kau bilang perasaanku terhadapmu adalah kekeliruan semata?"

"Way, bukan begitu maksudku..."

Way beranjak berdiri dari duduknya.

"Aku terima kau tidak mencintaiku Babe. Aku terima kau bersama dengan Charlie. Akupun terima kau meninggalkan ku demi dia. Tapi, aku tidak terima kau meragukan perasaanku padamu."

To Be Continued..

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang