Postingan Way seketika dibanjiri komentar. Banyak diantaranya yang bertanya siapa sosok di foto itu, bahkan teman-temannya menggodanya. Way sibuk membalas komentar dari teman-temanya.
Hingga tak lama pesanan mereka datang, Pete menyingkirkan tabletnya, bersiap menyantap makanannya. Melihat Way yang masih asik dengan ponselnya, Pete memintanya untuk fokus pada makannya terlebih dahulu.
"Way"
"Emm, tunggu sebentar"
Way senyum-senyum membalas komen dari teman-teman itu."Way"
"..."
Lagi, Way mengabaikan Pete sepenuhnya.
'Cup'
Way terdiam ketika sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya.
"Makan makanan mu Way." Pete mengambil ponsel di tangan Way dan meletakan ponsel itu di sisi piringnya.
Way pun mulai menyantap makanan, ia sadar Pete tengah kesal karena diabaikan Way.
Mereka makan dalam diam. Selesai makanpun Pete masih menghiraukan Way.
"Pete..."
Way mencoba memanggil Pete. Mereka baru keluar dari tempat makan dan sekarang menuju parkiran.
"Peteee..."
Way menarik baju bagian belakang Pete, mencoba menarik perhatian Pete.
"..."
"Khun Pete..."
Way kemudian merangkul dan menggoyang-goyangkan lengan Pete, kepalanya bersandar di bahu Pete.
Pete yang tidak tahan dengan rengekan Way yang menurutnya lucu itu pun membalikan badannya hingga ia berhadapan dengan Pete.
Pete melihat Way yang masih merangkul lengannya, wajahnya memelas, pipinya menggembung dan bibirnya menggerut lucu.
Pete tertawa pelan, tangan kanannya mencubit pipi Way gemas.
"Pete... Maaf..."
"Bagaimana bisa aku marah kalau kau membuat wajah selucu ini Way?"
Pete mengusap kepala Way. Tangan kirinya melepaskan rangkulan Way dan memindahkan telapak tangan Way dalam genggamannya.
"Ayo pulang"
***
Keesokan harinya Way pergi mengunjungi garasinya. Meskipun Way memiliki manager yang ia percaya untuk mengurus garasi, Way sesekali mengecek langsung.
Sesampai di garasi Way disapa karyawan disana, seorang manajer kepercayaan Way menjelaskan situasi garasi selama Way dirawat di rumah sakit.
Setelah mendengar penjelasan manajer itu Way memutuskan berkeliling garasi.
Perasaan Way tiba-tiba tidak nyaman, ia memandangi mobil-mobil di garasinya itu. Di garasi itu terdapat beberapa mobil milik Babe yang memang Babe titipkan di garasi Way.
Rasa sakit yang Way rasakan saat ini memang tidak sesakit saat pertemuan terakhirnya dengan Babe di rumah sakit.
Way memutuskan berpamitan dengan karyawannya.
Di dalan mobil Way mengambil ponselnya dan menghubungi Pete. Panggilannya tidak diangkat Way pun mencoba menghubungi Big, asisten pribadi Pete.
'Tut...tut...tut...'
"Hallo Khun Way"
"Hallo Big, apa kau sedang bersama Pete?"
"Khap Khun Way, saat ini Khun Pete sedang rapat"
Way menggigit bibir bawahnya ragu ingin bertemu dengan Pete, karena sepertinya Pete sedang sibuk.
"...Apa Khun ingin bertemu dengan Khun Pete?"
"Em, tapi bukankah Pete sedang sibuk? Aku tidak ingin mengganggunya"
"Khun bisa langsung datang ke kantor, katakan saja nama Khun pada resepsionis. Akan saya sampaikan kalau Khun Way akan menunggu di ruangan Khun Pete"
Setelah mengucapkan terimakasih Way memutus panggilannya. Tangan kanan Way memukul pelan dadanya, mencoba menghilangkan rasa sesak disana sebelum menyalakan mesin mobil dan pergi ke kantor Pete.
Semetara itu di kantor Pete, Big mendekati Pete yang sedang fokus dengan rapatnya.
Big membungkuk kearah Pete dan berbisik pelan,
"Khun Pete, Khun Way sedang dalam perjalanan ke kantor. Sudah saya sampaikan untuk langsung menunggu di ruangan Khun Pete"
Pete menganggukan kepalanya merespon Big. Bibirnya tersenyum tipis, tidak sabar ingin bertemu dengan Way.
To Be Continued...
Hi, sudah 10 hari tidak update chap baru hehe, maaf karena lagi banyak kerjaan dan tiba-tiba otak buntu buat lanjut cerita.
Terimakasih bagi kalian yang sudah support dengan vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If...
RomanceBagaimana jika kisah PeteWay tidak berakhir seperti di series? Hanya karya yang tercipta dari kegalauan salah seorang penonton yang memiliki ekspetasi indah untuk kisah PeteWay. Yang tidak terima akhir kisah PeteWay yang tragis bahkan sebelum mereka...