Way memarkirkan mobilnya dan berjalan memasuki kantor Pete. Ia mendekati resepsionis disana.
"Selamat Siang Khun, ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis wanita itu tersenyum ramah pada Way.
"Emm, bisa saya bertemu dengan Khun Pete?"
"Apakah Khun sudah ada janji temu dengan Khun Pete?" Resepsionis itu bertanya kepada Way.
"Big mengatakan aku bisa menunggu Pete di ruangannya"
"Maaf Khun, bisa Saya tau nama Anda?"
"Ponrawat Wachirabantoon"
Resepsionis itu tersenyum sebelum mengantar Way pergi ke ruangan Pete di lantai paling atas.
Di lantai paling atas itu Way disambut oleh seorang pria bernama Kim, sekretaris Pete.
"Khun Pete sedang rapat, Anda diminta untuk menunggu beliau di ruangannya"
Way memasuki ruangan Pete, ini pertama kalinya ia berkunjung ke kantor Pete. Kim menawarkan minuman pada Way, Way hanya meminta air putih.
Way duduk di sofa dan memandang ruangan Pete yang didominasi nuasan coklat kayu itu.
Kim datang membawa segelas air putih dengan cemilan manis di nampan.
Way duduk di sofa, menghela nafas ketika menyadari rasa sesak yang sedari tadi memenuhi dadanya masih terasa.
Way mengeluarkan botol dari saku jasnya, obat penenang. Way menimbang-nimbang botol itu, kemudiam memutuskan mengeluarkan 1 butir dari sana.
Menyandarkan badannya pada sofa dan memejamkan matanya. Way merasa kepalanya terasa ringan dan matanya memberat, efek obat yang ia minum mulai bereaksi.
Hingga Way pun terlelap di sofa ruangan Pete.
Satu jam kemudian Pete menyelesaikan rapat dan kembali keruangannya. Big memberitahu Pete bahwa Way sudah berada di ruangannya.
"Batalkan jadwal ku setelah ini"
Big membulatkan matanya, panik."Tapi Khun Pete meeting dengan-"
Pete menghentikan langkahnya dan menoleh pada Big disebelahnya."Aku tidak mengulang kalimatku dua kali"
Big yang ditatap tajam oleh Pete hanya bisa menundukan kepalanya patuh.Sesampai di ruangannya dapat Pete lihat Way yang tengah tertidur di sofa. Pete menghampiri Way dan duduk disebelahnya sepelan mungkin, tidak ingin mengganggu Way.
Pete mengusap poni Way yang berantakan, Pete mengagumi wajah Way yang tengah tertidur. Hingga mata Pete tidak sengaja melihat botol di atas meja. Tutup botol itu tidak tertutup rapat, tanda Way sudah membukanya.
Pete mengenali botol obat itu, ia pernah melihatnya di apartemen Way ketika mengantar Way pulang dulu.
Dahinya berkerut, Pete memandangi Way dan botol obat itu bergantian. Pete mengambil botol itu dan mengantonginya.
Kemudian memutuskan membangunkan Way.
"Way"
Pete mengusap pipi Way dan mengguncang badannya pelan.
Mata Way perlahan terbuka, mengejap beberapa kali hingga matanya terfokus memandang Pete yang duduk disebelahnya.
"Pete"
"Are you ok?" Pete menanyakan keadaan Way. Way tersenyum dan kembali memejamkan matanya, menikmati usapan di pipinya.
"Em, i'm ok"
"Ada laporan yang harus aku selesaikan, tunggulah sebentar"
Way hanya menggangukan kepalanya. Pete beranjak dari sofa menuju meja kerjanya.
Way meregangkan badannya yang terasa kaku karena tertidur dengan posisi duduk. Menatap Pete yang sudah fokus dengan pekerjaanya dan memutuskan membuka ponselnya menjelajahi media sosialnya.
Waktu demi waktu berlalu, Way mulai bosan dengan ponselnya. Sementara Pete masih belum selesai dengan pekerjaanya.
Way memandangi Pete yang sedang fokus dengan laporan dan komputernya. Way bangkit dari duduknya, memutuskan berkeliling ruangan Pete.
Berada di lantai paling atas membuat Way dapat melihat pemandangan kota. Way memandang rak tinggi disamping meja kerja Pete, terdapat buku-buku serta beberapa pas foto disana.
Buku-buku itu rata-rata ber-Bahasa Inggris. Foto-foto yang terpajang kebanyakan foto Pete bersama teman-temannya yang tampak bukan orang Asia.
Way menyadari bahwa dia tidak mengetahui banyak hal tentang masa lalu Pete, Pete pun tampaknya bukan tipe orang yang dengan mudah bicara tentang masa lalunya.
Way kembali melihat Pete di meja kerjanya. Ia perlahan berjalan mendekati Pete. Pete yang menyadari Way mendekatinya, membiarkan saja.
Way berada di samping kursi Pete. Badannya menunduk, mencoba mengintip pekerjan Pete. Mata Way fokus membaca tabel-tabel data di layar komputer itu.
Way tidak sadar bahwa Pete memundurkan badannya, membiarkan Way mendekati layar komputernya. Pandangan Pete pada layar komputer tertutupi badan kepala Way.
"Bagaimana aku menyelesaikan pekerjaan ku kalau kau menutupinya Way?"
Way tersentak dan memalingkan wajahnya seketika. Mata Way membola ketika menyadari jaraknya dan Pete sangat dekat.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
What If...
RomanceBagaimana jika kisah PeteWay tidak berakhir seperti di series? Hanya karya yang tercipta dari kegalauan salah seorang penonton yang memiliki ekspetasi indah untuk kisah PeteWay. Yang tidak terima akhir kisah PeteWay yang tragis bahkan sebelum mereka...