17. Masa lalu Pete

782 93 4
                                    

Way mengkerutkan dahinya, di depan mereka sekarang terdapat sebuah jembatan kayu yang mengarah entah kemana. Kecurigaan Way bermula ketika Pete memarkirkan mobilnya begitu saja dan menuntunnya berjalan di jalan setapak yang mengarah ke jembatan ini.

 Kecurigaan Way bermula ketika Pete memarkirkan mobilnya begitu saja dan menuntunnya berjalan di jalan setapak yang mengarah ke jembatan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pete kau yakin kita tidak sedang tersesat?" Pete yang memimpin jalan di depannya menghentikan langkahnya. Pete tersenyum kecil dan mengulurkan tangannya ke arah Way.

Way hanya bisa menghela nafas pelan dan menyambut uluran tangan Way. Mereka berjalan tidak sampai 5 menit sebelum Way menghentikan langkahnya menatap sesuatu di depan mereka.

"Why? This is my second favorite place"

Way tercengang menatap bangunan seperti rumah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Way tercengang menatap bangunan seperti rumah itu. Sementara Pete ia sudah berada di depan pintu rumah dan membukanya dengan kunci disaku celananya.

"Way, come in" Way tersadar dari rasa kagumnya dan memasuki rumah di tengah hutan itu.

"Rumah ini milikmu Pete?" Way memandangi sekeliling rumah yang terlihat bersih seperti berpenghuni.

"Not me, my fathers' house actually"

"Your dad?" Way mencerna, jawaban Pete. Lagi, banyak hal yang tidak ia ketahui tentang Pete.

"Ya. Aku akan memasak makan siang, kau bisa pergi ke kamar dan mandi disana" Way menyadari Pete mencoba mengalihkan pembicaraan.

Pete membawa plastik berisi bahan masakan. Way menyelusuri rumah itu mencari letak kamar yang dimaksud Pete.

Way membersihkan badannya dan mengenakan pakaian yang Pete berikan padanya. Di dapur Pete selesai dengan masakannya, Way dan Pete makan siang dalam hening.

"Ingin mendengar cerita ku Way?" Way dan Pete duduk di sofa kamar tidur. Way membaringkan kepalanya di pangkuan Pete. Pete membiarkannya, tangannya terangkat mengusap rambut Way.

"Kalau kau mengizinkan, aku bersedia mendengarkannya"

"Setelah memutuskan keluar dari rumah Tony, aku sempat berkerja di jalan tidak punya tujuan" Way fokus mendengarkan Pete.

"Apapun aku kerjakan untuk menyambung hidup. Hingga akhirnya aku bertemu seorang pria tua. Dia pria Thailand berkebangsaan Inggris"

"Dia mengulurkan tangannya padaku yang saat itu sedang kacau. Ia bahkan mengangkatku menjadi anaknya ketika tahu bahwa aku Enigma sama sepertinya, dan membawaku ke Inggris"

"Dia mengajariku banyak hal bahkan memberikan nama belakangnya padaku, Peeraphon" Dapat Way lihat mata Pete yang bersinar ketika berbicara tentang ayah angkatnya itu.

"Dia meninggal diusia 65 dan melimpahkan warisannya termasuk Beyond Group pada ku, karena dia tidak menikah dan tak punya ahli waris" Way menggengam telapak tangan Pete, memberi dukungan.

"Rumah ini hadiah darinya" Way berpikir, seberapa kaya ayah angkat Pete hingga mampi membangun rumah di hutan ini.

"Bagaimana beliau membangun rumah di tengah hutan ini? Bukankah di mobil tadi kau berkata ini hutan kota?" Way seketika bangkit terduduk ketika menyadari sesuatu.

"Jangan bilang hutan ini miliknya?"

"Emm ya bisa dibilang begitu" Way melogo ketika menyadari pria di hadapannya ini seorang sultan.

Pete definisi pria tampan, matang dan sultan itu yang ada dipikiran Way sekarang.

"So you're my sugar daddy?"

Pete berpikir sejenak lalu menarik pinggang Way untuk semakin mendekat padanya.

"I'd rather be your lover than your sugar daddy"

To Be Continued...

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan 🙏

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang