21. Drunk

837 108 9
                                    

!!!Lebih baik dibaca setelah berbuka puasa bagi teman-teman yang berpuasa karena ada sedikit adegan dewasa, sedikit tapi!!!

"Sstt kita masih diluar ok? Kita lanjutkan di apartemen" Pete berbisik pelan ditelinga Way.

Sebelum Pete memasuki apartemennya Pete berbalik pada Big dan supir pribadinya yang masih berdiri disisi mobil.

"Kalian istirahatlah, terimakasih untuk hari ini"

"Khap Khun Pete, selamat beristirahat"

Pete memapah Way berjalan memasuki apartemennya, pria itu masih mengoceh tak jelas.

Pete meletakan Way perlahan di ranjangnya, ia melepas sepatu Way. Dan menyelimutinya hingga dada. Namun sebelum Pete menjauh tangannya ditarik oleh Way menyebabkan Pete terjatuh menimpa Way.

"Bukankah kita harus melanjutkan yang tertunda tadi? Kita sudah di apartemenmu"

Rupanya Way ingat perkataan Pete di mobil. "Hal yang tertunda? apa itu?" Pete menggoda Way yang masih menggenggam erat tangan Pete.

"Pete~"

Tiba-tiba Pete bergerak menaiki Way, ia menahan badannya dengan kedua tangan yang berada di samping kanan dan kiri kepala Way.

"Ini yang kau inginkan Way?" Way menggelengkan kepalanya, menarik leher Pete mempertemukan bibir mereka.

Pete mendominasi ciuman itu. Ia membuka paksa bibir Way, melilitkan lidahnya dan 'menggeledah' mulut Way.

"Enghh Pete" Pete pencium yang handal, Way sampai kewalahan menyeimbangi Pete. Saliva menetes di dagu Way, entah milik siapa.

Nafas Way tersengkal, Way mendorong paksa dada Pete agar menjauh darinya.

Pete beralih menjelajahi leher Way, memberikan kecupan-kecupan kecil disana.

'Enghhh' Tubuh Way menggeliat merasakan bibir Pete dilehernya. Tangan Way menarik-narik ujung pakaian milik Pete.

Tangan Way turun semakin kebawah, mencoba meraih resleting celana Pete.

SET!

Way tersentak tiba-tiba Pete menghentikan kegiatannya. Tangan kanan Pete menggenggam kedua tangan Way di dadanya.

"Aku tidak ingin melakukannya saat kau mabuk, kita lanjutkan ketika kau sadar sepenuhnya Way"

Pete mengecup dahi Way dan kedua kelopak mata Way.

"Tidurlah Way" Pete berbisik pelan di telinga Way. Perlahan mata Way memberat dan ia pun jatuh tertidur.

Pete mengelus wajah damai Way. Ia menyelimuti pemuda itu dan beranjak dari ranjang.

***

Way terbangun ketika sinar matahari mengenai wajahnya. Way menatap sekitar, memandang tempat yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Way terduduk ketika menyadari berada di tempat asing. Way memegang kepalanya yang terasa berat.

Mata Way membesar melihat pakaiannya tanggal dan hanya tersisa pakaian dalamnya saja.

Way reflek menarik selimut menutupi tubuh bagian atasnya.

"Oh? Good morning" Way menatap pria yang baru saja membuka pintu dengan horor.

Pete hanya mengenakan handuk yang dililit rendah di pinggangnya. Rambutnya terlihat basah, pria itu baru selesai mandi.

Way meneguk liurnya melihat tubuh bagian atas Pete yang terekspos, mengagumi otot-otot perut Pete.

"Senang dengan apa yang kau lihat Way?" Pipi Way merona menyadari Pete memandanginya yang sedang menatapi perut pria itu.

Way memalingkan wajahnya, kemudian menyadari kenapa ia bisa ditempat ini.

"Apa ini di apartemen mu Pete?"

"Emm"

Way memang beberapa kali singgah ke apartemen Pete, tetapi ia tidak pernah memasuki ruangan pribadi Pete.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa disini?"

Pete yang sudah mengenakan celana panjangnya berbalik menatap Way bingung.

"You don't remember what happened last night?"

"Eh?" Way berkedip beberapa kali. Seingat Way Pete menemuinya di bar lalu dimobil mereka-

"!!" Way menutup mulut dengan kedua tangannya ketika ingatan-ingatan bermunculan dikepalanya.

"Do you remember now?"

Entah sejak kapan Pete berdiri di hadapan Way. Karena posisi Way yang duduk di ranjang dan Pete berdiri, pandangan mata Way sejajar dengan perut Pete. Dari pandangan sedekat itu ingin rasanya Way meraba-raba perut kotak-kotak itu.

"Aku bisa mengingatkan mu kembali bila kau lupa Way"

To Be Continued...

What If...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang