Bab 24

6.7K 538 83
                                    


_

_

_

Setelah mendapat telepon dari Jinan, Gracia berlari masuk ke dalam rumah sakit mencari ruang dimana Shani di rawat.

Bahkan selempang serta toga wisuda nya ia buang entah kemana, tidak peduli dengan itu, Gracia hanya ingin ketemu istrinya saat ini juga.

"Jinan" panggil Gracia yang melihat Jinan terduduk di depan ruangan Shani, serta ada Cindy yang juga menemani Jinan.

Jinan berdiri dari duduknya, dapat Jinan lihat wajah Gracia yang seperti orang menangis.

"Gimana keadaan Shani, Nan?" Tanya Gracia dengan suara serak.

Jinan terdiam beberapa saat, ia pun menelan saliva nya sebelum menjawab pertanyaan dari Gracia.

"Shani sedang di tangani sekarang sama sepupu gue, dan lo tenang dulu ya, kita berdoa agar keadaan Shani bisa membaik" ucap Jinan

Mendengar itu tubuh Gracia tersandar pada dinding, sekarang ia tak bisa lagi menahan tangisannya yang sangat pilu, Gracia benci situasi dimana ia menginjak rumah sakit lagi.

Gracia sudah tidak kuat lagi untuk hari ini, terlalu lelah jika ia hanya kembali ke rumah sakit menyaksikan orang orang yang ia sayang terbaring lemah di ranjang.

"Lo tau Shani kenapa bisa kecelakaan? Dia ga mungkin ngebut nan" ucap Gracia.

Cindy ikut menghampiri Gracia, menenangkan tubuh Gracia yang bergetar saat ini.

"Gre, sabar Gree, semua udah kehendak tuhan" kata Cindy.

"Shani udah hati hati, tapi orang lain tidak Gracia. Gue dapat info kalo Shani kecelakaan itu dari Feni, anggota BEM bilang ke Feni kalo Shani kecelakaan, disitu Feni hubungi gue buat mastiin di lampu merah sana, kenapa Feni ngga ngasih tau lo? Karena kalian ada acara penting dan itu ga mungkin buat di tinggalkan." Ucap Jinan menjelaskan.

"Pas dapat kabar itu jantung gue sempet berhenti beberapa detik, gue dan Cindy lansung ke tempat kejadian, disitu gue shock ngeliat mobil Shani penyok bagian depan. Gue lari ke dalam mobil dan ngeliat istri lo udah ngga sadarkan diri, gue hubungi ambulance, gue bawa dia kesini. Gue juga tanya sama salah satu saksi yang berada disana, Shani di tabrak, dia di tabrak mobil box  yang laju dengan kecepatan tinggi dari arah kiri, hingga mobil istri Lo terpental cukup jauh." Sambung Jinan sambil menepuk pelan pundak Gracia.

Gracia tak bisa lagi berkata kata, lidah nya kelu, tubuhnya melemah saat ini juga, ia terduduk di kursi panjang yang berada di sana.

Cindy dan Jinan hanya terdiam menyaksikan titik lemah seorang Gracia untuk kedua kalinya. Keduanya hanya bisa menenangkan Gracia yang menangis tak bersuara.

"Tolong yang kuat Gre, gimana perasaan Shani kalo ngeliat lo lemah  kayak gini" ucap Jinan.

"Gracia, barang barang Shani untuk lo juga ada di mobil kita, nanti gue bawain buat lo ya" ujar Cindy.

Gracia menggeleng pelan " Ngga ada artinya hadiah itu semua kak, kalo istri gue sendiri kenapa kenapa saat ini juga, bahkan kalo bisa di minta lebih baik gue ngga wisuda sama sekali dari pada harus dengar kabar yang ngga enak ini" lirih Gracia.

Gracia berdiri dengan oleng, ia berjalan menuju celah untuk sedikit mengintip ruangan Shani yang di penuhi oleh dokter dan suster yang menangani disana.

"Aku minta maaf, seharusnya aku ngelarang kamu buat pergi hari ini, gara gara aku kamu jadi sakit gini" monolog Gracia.

Gracia kembali menangis, sekarang air matanya sudah mengering, hanya Isak tangis yang terdengar memilukan.

Still YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang