Bab 35

9.1K 530 38
                                    

jangan lupa vote bro

Happy Reading
___________________

Pagi ini Gracia sudah terlihat segar. Satu jam lamanya ia berendam dalam bathtub melepas penat setelah semalaman memaksakan diri untuk lembur.

Itu semua ia lakukan demi sang istri tercinta yang meminta ia untuk menemani hari ini seharian dirumah.

Setelah berpakaian rumah yang terlihat rapi, ia menggantungkan handuk pada jemuran besi yang terletak di halaman belakang. Inilah rutinitas Gracia tiap habis mandi, jika saja ia melewatkan hal ini, suara Shani yang lembut itu mampu berubah menjadi suara raksasa yang mencari mangsa.

Gracia tersenyum mengingat dimana istrinya yang selalu saja cerewet padanya tentang hal kecil, namun diluar rumah Shani terlihat seperti orang anggun yang pendiam seribu bahasa.

"Jangan terlalu capek sayang, harus banyak istirahat" tangan yang panjang itu ia lingkarkan pada perut sang istri, membelai pelan perut yang di dalamnya berisi nyawa. Perut itu sudah tampak besar.

Shani tersenyum tipis, ia menggenggam punggung tangan Gracia yang berada di perutnya.

"Gak capek kok Gee, justru hamil besar ini harus banyak gerak tau" balas Shani yang masih sibuk memasukan bumbu masakan ke dalam panci.

Tema masakan hari ini adalah sup daging, kesukaan Shani tentunya.

"Yaudah deh kalo udah ngomong sama kamu aku pasrah, aku temenin yah" gumam Gracia dengan wajah yang ia benamkan pada ceruk leher Shani yang terekspost, menghirup dalam dalam aroma Shani yang terasa khas di hidung Gracia.

15 menit Gracia berada diposisi ini. walau Shani sedikit merasa terganggu dengan Gracia yang menempel padanya seperti kunti bogel, namun ia biarkan sang suami bermanja padanya.

Sesekali Shani menggeliat saat Gracia mengecup basah lehernya itu, seperti inilah seorang Gracia jika berada di dekat Shani. Bahkan hantu di dapur pun merasa jengah dengan kebucinan pasangan muda yang baru menginjak 1 tahun lebih umur pernikahan mereka.

"Gee" panggil Shani lembut, menepuk pelan lengan Gracia namun sang empu masih saja enggan untuk beranjak.

Nyaman sekali pikir Gracia jika sudah seperti ini, bahkan ia sanggup berlama-lama diposisi seperti ini jika memeluk Shani.

"Gee, ini masakannya udah selesai lho ayo makan dulu" terdengar suara kompor yang dimatikan. Walau terasa sangat berat untuk melerai pelukan itu, Gracia melonggar kan tubuhnya dengan langkah yang ia mundurkan untuk memberi Shani ruang.

"Kok cepat banget masaknya?" Tanya Gracia dengan wajah cemberut.

"Ngga cepat kok ini, cobain deh enak gak?" Satu suapan Gracia terima dari Shani, senyumnya yang manis itu berubah jadi kaku saat merasakan sup daging buatan Shani.

"Gimana rasanya?" Tanya Shani dengan tatapan penasaran, Gracia mengangguk ragu bahkan sisa sop yang masih berada di dalam mulutnya sangat ingin ia muntahkan.

Asin, satu kata yang ada di benak Gracia, sup yang bentuk indah itu ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi. Seharusnya Gracia sudah tahu jika masakan Shani tidak pernah benar. Kalo ga asin ya hambar. Itulah kenapa mereka lebih sering makan diluar atau memesan makanan melalui online. Namun jika saja Shani ingin masak untuk mereka berdua, Gracia selalu memakan masakan sang istri yang tidak terasa bumbu sedikitpun itu, atau jika pun ada rasa bumbu pasti bumbu nya kebanyakan.

"Enak gak? Di tanyain malah bengong" pukulan kecil dari Shani mengejutkan Gracia, dengan cepat ia telan kuah sop itu dan mengangguk kencang memberi jawaban.

Still YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang