Tangkai 3: Camelia

3.8K 343 4
                                    


"Like a domino, our simple meeting brings us much more than we can imagine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Like a domino, our simple meeting brings us much more than we can imagine. Perhaps it's what people call a fateful meeting."


***

Denpasar, Bali.


Senin. Waktu dimana semua manusia bergerak cepat bagai sapi yang tengah dicambuk. Sekumpulan anak yang berseragam sekolah memadati jalanan dengan kendaraan beroda dua. Beberapa orang berseragam rapi sesuai aturan kantor, dan beberapa lagi adalah para wisatawan yang nampak semangat memulai hari dan membakar lembaran uang di berbagai macam tempat wisata.


Lampu rambu lalu lintas berubah hijau, suara deruman motor dan mobil menyadarkan lamunan Gianna yang sibuk menghilangkan kantuknya. Ia menoleh ke kanan dan dan kiri sebelum akhirnya menancapkan gas mobilnya.


Gianna mengetuk-ngetuk jemarinya mengikuti alunan nada lagu fuck, i'm lonely milik lauv. Jangan salah, bukan berarti Gianna merasa kesepian saat ini. Jumlah umpatan yang dilontarkan dalam lirik lagu tersebut cukup membuat otaknya terbangun.


Memutar setir mobil, Gianna melihat gedung dua lantai Indonesia-English Learning Center. Ia sangat beruntung sebab bisa mendapatkan penawaran pekerjaan di IELC tepat di saat ia memutuskan bahwa tidak ada masa depan lagi di Jakarta.


Sebelum menikah Gianna sibuk dengan aktivitas sebagai seorang relawan di Care She. Yayasan non-profit yang didirikan oleh keluarga Kalingga untuk Ibu tunggal yang kurang mampu. Ia menghabiskan waktunya mengajar Bahasa Indonesia dan Inggris kepada anak-anak para Ibu tunggal tersebut, selebihnya ia hanya bekerja sebagai tutor di sebuah platform online.


Mungkin karena pekerjaan yang dipandang kurang bergengsi dikalangan sosialita, keluarga sang mantan menuntutnya untuk berhenti bekerja dan diam di rumah. Bodohnya, ia menurut. Waktu itu ia masih terlalu polos dan tidak bisa berdiri sendiri. Namun semua sudah berubah. Ia tidak bisa lagi disetir seperti itu.


"Mikirin apa, sih. Gi? Masa lalu kok masih diingat-ingat." Gianna memukul gagang setir mobil sebelum akhirnya memarkirkan mobilnya.


Gianna mengambil sling bag dan laptop miliknya, lalu keluar dengan tergesa-gesa. Sesekali ia tersenyum saat instruktur bahasa yang lain menyapanya.


"Pagi, Mbak Nana." Sapa Pak Bayu, satpam IELC.


"Pagi, Pak. Semangat ya hari ini." Gianna mengepalkan tangannya lalu diangkat ke depan wajah.


"Mbak Nana juga yang semangat. Dengar-dengar hari ini akan ramai mbak, jadi siap-siap energi buat berbicara seharian."

Bunga TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang