Tangkai 33: Snowdrop

1.7K 188 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Too much pain, so little love."

***

Jika ada yang bertanya bagaimana keadaan Gianna, maka jawabannya hanya gundah. Wanita itu menghabiskan hari-harinya mereka kembali komunikasinya dengan Satya beberapa hari lalu.

Sebelumnya ia tidak merasa ada yang salah, namun kian hari rasanya ia tengah dihukum. Buktinya, intensitas komunikasi yang semakin berkurang dan juga respon yang diberikan Satya berbanding terbaling dengan yang selalu dilakukan.

Dibuat hilang pilihan seperti itu membuat Gianna harus mencari letak kesalahannya. Awalnya, ia masih membela diri sendiri, menipu diri bahwa ia tidak melakukan hal apapun yang bisa membuat dirinya menerima penghakiman seperti itu. Namun, seiring waktu berjalan, ego itu runtuh tak bersisa apalagi setelah menelaah bagaimana isi percakapannya dengan Satya.

Gianna terlalu memusingkan Ganesh padahal ada Satya yang jelas-jelas sedang memperjuangkannya mati-matian. Meskipun alasannya untuk khawatir kepada Ganesh valid, namun Satya tidak mungkin bisa menebak. Terlalu banyak hal yang tidak tersampaikan kepada sang kekasih.

Ia menghembuskan napas berat, menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Matanya melirik jam tangan yang memperlihatkan waktu yang telah menyentuh angka tujuh malam.

Saat ini jelaslah bukan waktu yang ideal baginya untuk berlari sendirian, tetapi karena beban pikiran yang terlalu banyak maka ia mencari pelepasan dengan membuat fisiknya lelah.

Wanita itu perlahan melanjutkan langkahnya, menimbang-nimbang keputusannya untuk kembali ke Jakarta dan menemui Satya secara langsung. They badly need to talk things out if they want this relationship to work.

Sebuah suara karena benda terjatuh membuat Gianna berhenti, lalu ia menunduk dan mengambil kunci rumahnya yang entah mengapa bisa lolos dari saku jaket yang dikenakannya. Di saat bersamaan barulah ia menyadari ada bayangan seseorang di belakang.

Gianna menoleh, menemukan sosok tinggi dengan pakaian serba hitam dari ujung kaki hingga kepala. Orang itu memunggunginya, terlihat tidak tertarik namun firasat Gianna berkata lain.

Pelan-pelan wanita itu berjalan ke arah rumahnya, berusaha mengabaikan derap langkah sosok di belakang yang hampir menyerupai dirinya sendiri.

Saliva ditelan susah payah, pandangan yang berpendar ke segala arah untuk mencari keberadaan orang lain yang sekiranya bisa membantu ketika hal tidak diinginkan terjadi. Namun, nihil. It's frustrating to see people disappear when she needs them the most.

Langkah Gianna semakin cepat, begitupun sosok di belakangnya. Tidak salah lagi, seseorang tengah mengikutinya. Sudah beberapa kali ia merasa ada yang menguntit namun baru kali ini sosok itu begitu dekat.

Bunga TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang